Stage 1

18 3 0
                                        

"Semua orang pasti pernah bermimpi, mulai dari yang membahagiakan atau menakutkan yang bisa membuat kita terbangun dari tidur."

"Kalau ditanya, 'Apa itu mimpi?'. Mimpi adalah gambaran, pikiran, dan emosi yang dialami seseorang selama tidur. Biasanya terjadi pada tahap tidur REM (rapid eye movement), yakni tahapan tidur yang membuat napas jadi lebih cepat atau tidak teratur, dan mata bergerak ke segala arah dengan cepat."

"Mimpi yang kita rasakan bisa saja sangat emosional, samar, singkat, membingungkan, menyenangkan, atau bahkan menakutkan."

"Selain itu, ada juga yang memiliki jalan cerita atau malah tidak masuk akal sama sekali. Ini terjadi karena yang mengatur adalah pusat emosional otak, bukan wilayah otak yang berhubungan dengan sesuatu yang logis."

"Menurut model aktivasi-sintesis mimpi yang merupakan teori dari J. Allan Hobson dan Robert McCarley, sirkuit otak aktif selama tidur REM, sehingga memicu amigdala dan hipokampus untuk membuat serangkaian impuls listrik. Kombinasi ini akan menghasilkan pikiran, gambar, dan ingatan acak yang muncul saat seseorang tertidur."

"Setelah memahami penjelasan sebelumnya, mungkin terbesit dalam pikiran Kalian, "kenapa kita bermimpi, ya?"

"Satu teori yang dipegang luas tentang tujuan mimpi adalah bahwa mimpi membantu kalian menyimpan kenangan penting dan hal-hal yang telah Anda pelajari, menyingkirkan ingatan yang tidak penting, dan memilah-milah pikiran dan perasaan yang rumit"

"Tapi, pak. Saya pernah mimpi tentang sesuatu yang saya sendiri gak pernah ngalamin hal tersebut. Gimana tuh pak?" tanya Haechan.

"Selain dari teori yang sudah bapak sebutkan. Sebenarnya banyak sekali teori-teori tentang mimpi. Mulai dari yang masih logis sampai yang diluar kepala kita."

"Mulai dari Sigmund Freud, menurutnya mimpi ialah keinginan yang terpendam. Atau ada juga yang beranggapan kalau mimpi ialah gambaran kehidupan kita di semesta lainnya. Atau bahkan gambaran jodoh kita suatu saat nanti"

"Saya suka mimpiin Ariel Tatum. Berarti jodoh saya kelak dia dong pak?" Celetuk Jeno yang membuat seiisi kelas ketawa termasuk Pak Riyan, selaku guru IPA yang sedang menjelaskan teori tentang mimpi ini.

"Semua teori-teori itu bersifat relatif. Percaya atau engga, itu terserah kamu. Karena keyakinan muncul dari pengalaman yang pernah atau akan terjadi."

Bel pulang berbunyi dengan nyaring. Menandakan bahwa kegiatan mengajar sudah selesai.

"Ah, last but not least. Semua itu hanyalah misteri. Percayailah hal yang memang terjadi kepada kalian saja."

"Kalian boleh pulang." ujar Pak Riyan menyelasaikan materinya.

~~~~~

"By the way, lo pernah gak sih mimpi kayak lo lagi dimana dan ngapain. Rasanya kayak deja vu gitu tapi lo gak pernah ngalamin hal tersebut?" tanya Haechan disepanjang jalan pulang. Dia pulang bersama dengan Jungwoo rumah mereka hanya beda satu blok. Pun, jarak sekolah dengan rumah mereka tidak begitu jauh sehingga mereka memutuskan untuk jalan kaki saja dengan alasan lainnya, "Daripada dipake buat sewa ojol, mending dipake buat beli Mie ayam Kang Maman."

"Itu bukannya pertanyaan lo yang tadi gak sih, chan?" Haechan mengangguk.

"Hm, menurut gue sih ya. Hal kayak gitu tuh ga masuk di otak gue. Yang gue pikirin dari tadi tuh gimana caranya lulus sekolah dengan nilai bagus tanpa belajar tapi gak nyontek juga" jawab Jungwoo agak males.

Haechan hanya berdecih agak kesal. Mencoba untuk memaklumi sifat temannya ini.

"Tuhan maha adil, ya. Lo ganteng, ditaksir banyak cewek, keluarga berada juga. Tapi otak lo minus" ujar Haechan agak meledek. Ya, karena itu memang fakta, sih.

"Gue gak bakal kesinggung, sih. Emang fakta." ujar Jungwoo lalu tertawa lumayan keras.

Obrolan agak deep talk mereka membawa mereka terhanyut dalam sesuasa hingga tak terasa kaki mereka sudah berada di depan pagar rumah Haechan.

"Tapi asli ya, Woo. Kalo emang mimpi adalah gambaran penglihatan jodoh kita, masa gue pernah mimpi lagi ngaca trus mukanya cowok." ujar Haechan dengan muka serius.

"Emang ditakdirin jadi homo kali lo, Chan" ujar Jungwoo agak ngeledek. Mendengarnya membuat ia memutar bola matanya malas. Temannya ini memang susah diajak untuk serius.

"Ngomong sama lo serasa ngomong sama orang gila. Cabut deh gue. Hati-hati lo dijalan. Takut digoda banci" ujar Haechan sebelum menutup pagar rumahnya.

"Bancinya gue goda balik tar, Haha. Gue cabut, sob" ujar Jungwoo lalu melangkahkan kakinya menuju rumah.

~~~~~

"Kamu kok tega sama aku? I literally do anything for you, dan ini balesan kamu?"

"Maaf.."

"Aku selalu nurut sama perkataan kamu. Bahkan tanpa disuruhpun aku selalu inisiatif buat bikin kamu nyaman dan bahagia sama aku"

"..."

"Aku bener-bener kecewa sama kamu. Aku udah gak bisa toleransi kesalahan kamu."

"Sayang.."

"Sorry, Ki. I'm done."

Jungwoo bangun dalam keadaan terengah-engah. Butiran air pun menetes dari dahinya. Dadanya tiba-tiba merasakan sakit yang menusuk relung hatinya. Hingga tak sadar, air mata Jungwoo pun menetes.

"Hati gue sakit banget."

Bersambung..

~~~~~

Note :

"Hi, this is my new story. Maaf ceritaku sebelumnya belum kelar tapi udah nulis cerita baru. "Heather" masih aku kerjain, kok. Cuma agak stuck aja karna udah lama gak buka Wattpad. Anyway, semoga kalian suka sama cerita aku yang ini, ya. Aku bakal update secepat mungkin supaya ceritanya tetep fresh.

Last, mind to Voment?"

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Mar 23, 2022 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

MIMPI | LUWOOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant