5. Situasi tidak terduga part.1

Bắt đầu từ đầu
                                    

"ibu.."

"ibu.. Ibu..."

Pemandangan dibalik pintu atap rumah sakit sangatlah mengagetkan dirinya.

Sekitar 5 orang perawat dan dua orang dokter berkumpul sambil memanggil nama ibunya. Beberapa dari perawat itu bahkan terlihat memelas.

Kaki ibunya telah naik keatas ujung atap rumah sakit. Jika ibunya bergerak selangkah saja dari tempatnya berdiri, tubuhnya pasti akan jatuh menghantam jalanan yang ada didepan rumah sakit.

Suasana ditempat itu terlihat sangat buruk. Para dokter tidak dapat melakukan apapun selain mencoba terus berkomunikasi untuk menenangkan ibunya.

Mereka tidak dapat mendekati ibunya karena jika mereka melakukan itu, ibunya pasti akan segera melompat.

Perlahan wajah menakutkan ibunya yang biasanya terlihat sepeti mayat hidup itu mulai terisak.

Air mata jatuh membasahi kedua pipinya.

Ibunya sekarang mulai menangis dengan sangat menyakitkan. Tangisan itu tidak terlihat seperti tangisan anak kecil, tangisan itu juga tidak terlihat seperti tangisan ketakutan.

Didalam mata Cherin, tangisan ibunya sekarang terlihat seperti tangisan seseorang yang sudah sangat menderita, hingga lebih memilih untuk mati.

Wajah, alis, gerak tubuh, semuanya terlihat seperti menggambarkan luka yang sudah tidak dapat terbendung lagi.

Luka yang sudah tidak dapat dikontrol oleh dirinya sendiri.

Mata coklat ibunya yang bewarna sama seperti bola matanya juga terlihat kosong.

Wajah ibunya sekarang seperti memohon untuk mati.

Melihat tangisan ibunya yang begitu menyakitkan. Membuat Cherin berlari kearahnya tanpa pikir panjang.

"ibu!"

"pergi! Pergi! Jangan mendekat! hu....hu.... maafkan aku, aku salah." Tubuh ibunya bergetar hebat, sambil menangis meminta maaf kepadanya.

Maafkan aku?

Bahkan didalam situasi seperti inipun, tubuh ibunya masih mengingat luka yang diberikan oleh ayahnya.

Otomatis kata maaf keluar begitu saja dari mulut ibunya. Mungkin semua itu telah menjadi kebiasaanya. Mengingat perkataan itu adalah perkataan yang paling sering didengarnya diseluruh masa kecilnya.

"Ibu, ini Cherin anak ibu." Cherin berusaha berbicara selembut mungkin. "Jangan takut ibu, tidak ada yang dapat melukai ibu sekarang."

Cherin membuka kedua lengannya sambil berjalan perlahan, selangkah demi selangkah untuk mendekati ibunya yang masih bergetar ketakutan.

"Cherin?" tampaknya ibunya bereaksi dengan namanya. Mata ibunya yang kehilangan fokus itu, sekarang menatap kearah Cherin.

"iya... Cherin, putri ibu satu-satunya. Kemarilah ibu..." Walaupun wajahnya sekarang terlihat sangat berantakan, dengan air mata yang masih terus mengalir dikedua matanya, Cherin mencoba untuk menaikkan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum indah.

Tetapi Cherin tetap saja tidak dapat mengontrol kedua ujung bibirnya yang kaku.

"Ber...bersembunyi lah didalam lemari. Sebentar lagi ayahmu pulang." Kaki kurus ibunya akhirnya melangkah turun dari ujung atap rumah sakit. Matanya bergetar mengamati sosok dewasa Cherin dengan lekat.

Entah kenapa terasa aneh jika melihat ibunya dapat mengenali sosoknya seperti ini.

Cherin yang ada didalam ingatan ibunya adalah Cherin kecil yang masih belum dewasa.

my perfect revenge (End) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ