You Again

107 16 0
                                    

Vote dan Komen dong juseyoo...

Bau kopi yang begitu santer tercium pagi itu, membuat Jinsoul tersenyum lebar. Pasti istrinya sudah rapih dan menunggunya di meja makan.

Jinsoul merapihkan sekali lagi tampilannya, menghadap ke kaca. Setelah selesai, perempuan 29 tahun itu langsung keluar kamar dan menghampiri istrinya yang pasti sedang sibuk menyiapkan sarapan mereka.

Ruang makan yang menyatu dengan dapur itu berada tidak jauh dari pintu kamar mereka.

Rumah yang ditinggali Jinsoul dan istrinya, Jungeun, itu dibeli Jinsoul saat dia baru saja lulus kuliah. Uang yang diberikan oleh kedua orang tuanya sebagai hadiah kelulusan dirinya itu ia pakai untuk memarjer rumah kecil di sebuah cluster di tengah kota.

Uang hadiah yang di dapat itu begitu besar? Tidak juga. Namun Jinsoul punya tabungan yang cukup besar nominalnya. Tadinya, uang tersebut memang akan Jinsoul gunakan untuk membayar panjer rumah yang dia idamkan dulu semasa kuliah. Tapi harus dia urungkan karena kejadian yang membuatnya hancur dimasa itu.

Rumah yang dia tempati sekarang lebih murah dibanding rumah itu. Lahannya lebih kecil, dan lokasinya pun tidak sebagus itu. Tapi ini dekat dengan tempat Jinsoul bekerja dan kebetulan juga dekat dengan rumah sakit dimana Jungeun ditugaskan.

Istri Jinsoul, Jungeun, adalah seorang dokter spesialis anak. Buat Jungeun, tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding mengembalikan senyum dan tawa anak-anak yang tadinya merasa sakit itu.

Entah takdir atau hanya kebetulan, Jungeun dipindah tugaskan ke rumah sakit umum itu tepat setelah perkenalannya dengan Jinsoul.

"Pagi sayang," Sapa Jinsoul begitu melihat sosok istrinya yang tengah menyajikan sarapan pagi mereka di piring.

Jungeun tersenyum lebar kala tangan Jinsoul merambat di pinggang kecilnya dan mencium pipinya.

"Morning babe," Balas Jungeun. "Hari ini aku gak sempet masak yang lain ya.. Lupa loh kita belum belanja mingguan," Kata Jungeun saat menyodorkan piring berisi nasi goreng telur yang dia buat barusan.

"Gak papa sayang, makasih ya udah di masakin," Jawab Jinsoul dengan senyum lebar sembari mengambil piring tersebut.

"Kita kayaknya udah mulai harus punya asisten di rumah deh sayang.. Capek juga ya kalau udah seharian kerja, malemnya masih harus nyuci baju gitu gitu," Saran Jinsoul.

Jungeun menggeleng sambil menyantap sarapannya. "Kalau yang kamu pikirin cuma cucian, mending kita pakai jasa laundry aja.. Atau kayaknya kemarin ada satpam yang nawarin deh istrinya buat nyuciin baju kita," Jawab Jungeun.

"Tapi kan sayang.." Saat Jinsoul ingin menolak, Jungeun lebih dulu memotongnya.

"Ah kamu itu.. Tau banget aku kamu males kan beberes rumah? Hm?" Tanya Jungeun yang membuat Jinsoul memajukan bibirnya.

"Ah ketawan deh," Lalu keduanya tertawa sambil menlanjutkan sarapan pagi mereka sambil membicarakan hal-hal saat mereka tidak sedang bersama.

Kebiasaan pagi yang tidak ingin mereka ganggu. Mengobrol hal ringan sampai berat tentang hari-hari mereka saat sarapan dan makan malam.

Jungeun akan bekerja dari senin sampai sabtu. Kadang juga menggantikan rekan dokternya yang berhalangan di hari minggu. Jinsoul akan berada di rumah saat akhir pekan, membereskan rumah dan juga memantau usah pemancingan yang dia mulai semenjak masih berada di bangku kuliah. Usaha yang diberikan oleh kakeknya dulu.

Ayah Jinsoul merupakan anak satu-satunya dari salah satu juragan empang terkenal di pinggiran Jakarta. Saat Jinsoul lahir, kakeknya begitu senang dan memberikan setengah dari usahanya pada ayah Jinsoul untuk dijalankan.

Rembulan | LipSoulWhere stories live. Discover now