THE LOST : ONE

21 3 2
                                    

Rayn tampak bersenandung sambil memperhatikan pemilik dari Gedung West Trade Central dalam diam. Dia memang diberikan tugas oleh Winter untuk mencaritahu apakah dia terlibat dengan kelompok teroris yang tengah membuat masalah secara besar-besaran, Kelompok Ribelo. Ini sedikit menyebalkan, karena dia harus mencoba mendekat dengan beberapa petinggi Gedung kembar tersebut untuk mengetahui kebenaran apakah benar beberapa pengusaha telah dicuci otak oleh mereka supaya bisa mendanai aktifitas kelompok tersebut. Kalau iya, dia harus segera meringkus dan menyeretnya untuk ditangkap atas tuduhan mendanai kelompok teroris yang dapat membahayakan Negara.

Lalu, dia akan segera resign bersama Ram lalu hidup bahagia selamanya, yey!

Kira-kira begitulah pikiran Rayn.

Sampai akhirnya dia mendapat kabar yang mencengangkan dari rekan misinya kali ini, Destiny.

"Tunggu—apa?! Pesawat?" Ray mengepalkan tangannya, apakah mereka sedang tertipu atau apa...

"Aku serius, Nightmare. Cepatlah kemari, kita harus segera menyabotase pesawat itu sebelum menabrak gedung kembar! Kau tau kan, Gedung itu merupakan titik vital kita dalam perdamaian dengan Ouria Timur?! Kalau sampai gedung itu hancur..."

".... Aku mengerti. Berikan lokasinya, Destiny."

"Oke."

Rayn segera mengganti penyamarannya secepat mungkin, lalu segera pergi dari gedung itu.

___TL___

Rayn, baiklah, mari kita panggil dia Nightmare, melirik kedua pesawat curian yang dimaksud Destiny. "Aku sudah sampai."

"Segera masuk ke pesawat kanan, Nightmare. Pesawat akan lepas landas sebentar lagi."

Tanpa merespon lebih lanjut, lelaki itu segera bergerak cepat, meski sayangnya dia hampir terlambat karena pesawat tersebut mulai berjalan. Dengan sekuat tenaga lelaki itu berlari, melemparkan tali dari jam tangannya secara otomatis yang syukurnya berhasil terikat dengan erat pada roda pesawat, lalu segera meloncat dan membuka paksa pintu pesawatnya dengan membobol sistemnya, sebelum akhirnya pesawat itu berhasil lepas landas.

Nightmare menghitung jarak antara tempat pesawat ini dengan gedung WTC. Sekitar 30 menit, dan mereka harus berhasil mengambil alih kendali, secepatnya.

Tapi sebelumnya, ada baiknya dia mengecek kabin pesawat. Betapa leganya dia saat kesana, tempat itu kosong. Itu artinya penabrakan ini hanya akan dilakukan oleh pilot. Dari ringkasan yang dikatakan Destiny, 2 pesawat dinyatakan hilang dari bandara. Kemungkinan besar kelompok teroris hari inilah yang mencurinya.

Lelaki bersurai hitam itu melirik pilot yang tengah menjalankan pesawat dari kaca pintu kokpit. Sepertinya pilot ini hanyalah salah satu pion yang digunakan untuk menabrakkan diri ke gedung kembar. Bisa saja dia tidak bersalah, jadi mungkin Nightmare bisa meminimalisir korban...

Baru saja Nightmare bergerak cepat untuk memukul tengkuk Sang Pilot, tubuhnya terpental karena gerakan refleks dari pria yang tengah mengendarai pesawat tersebut.

"Sialan! Apa yang sedang kau lakukan disini?!" teriakan marah Pilot tak membuat Nightmare berhenti. Lelaki itu segera menyerang pilot, sedikit tidak menguntungkan untuk kedua belah pihak karena tempatnya sangat sempit, jadi keduanya berusaha saling menyikut satu sama lain.

"Kau! Sebaiknya jangan keras kepala!" gerutu Nightmare sembari memukul ulu hati Pilot. Tak menyerah, Pilot tersebut segera melawan dengan membenturkan kepalanya ke kepala Nightmare.

"Omong kosong! Kau yang harusnya tidak keras kepala!" teriaknya kesal.

Nightmare tersenyum jengkel, dibenturkannya kepala Si Pilot ke kursi pilot, lalu tangannya dengan cepat menarik suntikan yang dia sembunyikan lalu menusuknya tepat di nadi lelaki itu. "Huh, tahanlah sedikit. Akan kupastikan kau menyesali perbuatanmu, bodoh." Gerutunya kesal sembari mengikat tangan dan kaki Pilot tersebut..

The LostМесто, где живут истории. Откройте их для себя