part 1. Jabatan Baru

3.1K 443 17
                                    


Rahang lelaki irit bicara itu tampak mengeras, wajahnya memerah menahan amarah, tangannya mengepal, napasnya terdengar memburu. Saat ini dirinya sedang menerima telepon dari seseorang.

“Jalannya bisa agak cepat, Pak!” ujar lelaki itu pada sang supir.

Melihat majikannya yang sedang tidak baik-baik saja, sang supir hanya mengangguk, lalu melajukan kendaraan dengan kecepatan yang ditambah.

Beberapa menit kemudian mobil memasuki pelataran kantor. Seto, Direktur salah satu Showroom mobil terbesar di Palembang itu terburu turun dari mobil mewahnya. Langkah besarnya tergesa menuju lift yang akan membawa dirinya ke lantai dua, seakan ada sesuatu sangat genting di sana.

Sesampainya, Seto menghentikan langkah ketika melintas di depan meja kerja sang sekretaris yang tak berpenghuni. Sorot amarah kembali terlihat di wajah pria itu, setelah terdiam untuk sesaat ia kembali melanjutkan langkah menuju ruang pribadinya. Tiba di depan meja kerja miliknya, Seto mengempaskan tubuh pada kursi kebesarannya, bersandar sambil memijat kening. Cukup lama ia berada di posisi seperti itu, sampai akhirnya terdengar embusan napas berat dari mulutnya, lalu menegakkan tubuh dan membuka komputer di hadapannya.

Dering ponsel yang Seto letakkan di atas tumpukkan map mengusik pendengarannya, membuat fokus buyar seketika. Ia meraih benda tersebut, lalu membaca nama si penelepon. Terdengar decak kesal sebelum dirinya menggeser layar untuk menerima panggilan.

Gimana, Mas. Sudah ketemu?”

“Sudah. Nanti kuhubungi lagi.”

Jangan lama-lama, Mas. Kita sudah tidak punya waktu lagi.”

Tak ada jawaban yang Seto berikan, ia pun menutup telepon sepihak. Raut wajahnya berubah menjadi lesu. Laki-laki itu meletakkan ponsel dan meraih map berwarna kuning  di sisi kanannya.   Setelah membaca selembar kertas di dalamnya, Seto menutup kembali map tadi lalu menghubungi seseorang.

Sementara itu di tempat lain. Seorang gadis dengan rambut di bawah bahu terlihat begitu semangat dan detail menjelaskan produk yang ia jual. Cashback, free service beberapa periode, pilihan warna yang masih lengkap serta jaminan asuransi atas barang yang tawarkan jika membelinya hari ini. Dan itu adalah salah satu trik yang dirinya pakai untuk memikat konsumen.

Seorang gadis bertubuh tinggi semampai dan berseragam sama dengan wanita tadi datang menghampiri.

“Dhis, kamu disuruh ke kantor sekarang.”
"Aku?"

“Iya, barusan Pak Indra telepon aku. Dia bilang kamu diminta menghadap ke ruang si Bos.”

“Duh, ada apa, ya, Des?”

“Enggak tahu, deh.”

“Temani, yuk.”

“Terus yang jaga stand siapa? Udah bismillah aja semoga aman. “

Adhisti nama gadis berambut di bawah bahu yang Seto panggil menghadapnya.  Salah satu SPG di perusahaan yang ia pimpin.
Setelah menyelesaikan urusannya dengan salah satu costumer, gadis itu merapikan kembali berkas-berkas penjualan miliknya. 

“Des, aku berangkat, ya.”

“Hati-hati, kabari kalau ada sesuatu, ya.”

“Siap.”

Adhis meraih helm di bawah meja yang menjadi tempat duduknya, kemudian bergegas ke tempat parkir.

Setelah mengendarai sepeda motor selama 10 menit, Adhis tiba di sebuah gedung bercat putih bergaya minimalis berlantai dua. Ia memarkirkan motor scoopy kesayangannya, kemudian menuju ke atas. Jantungnya sudah berdebar kencang ketika menginjakkan kaki di lobby kantor tadi, dan kini setelah tiba di dalam semakin tak karuan rasanya.

Second Love (Ready Ebook, Karya Karsa Dan Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang