Oneshot!

470 12 5
                                    

"Hyuuu~ng..." suara berat, dalam dan lembut menyapu telinga Jooha. Tidak. Empunya suara tidaklah disini. Suara itu hanyalah suara kerinduan terhadap kekasih jauhnya.

Ia baru saja hendak pergi ke pasar di arah selatan. Biasanya ikan - ikan dan kerang - kerang baru di angkut keluar dari kapal. Ia berencana membeli sekantong kerang tiram dan beberapa potong ikan tuna untuk ia masak hari ini. Seseorang yang ia tunggu - tunggu akan datang. Jadi, Jooha akan memasak masakan special kesukaan kekasihnya itu.

***

"Ayolah paman! Tidak bisakah kau berikan potongan harga untuk ikan tuna ini? Aku 'kan sudah menjadi langgananmu selama berbulan - bulan" Jooha memautkan bibirnya. Paman penjual ikan hanya tersenyum melihat betapa imut dan tampan wajah Jooha di pagi itu.

"Oh langit kian cerah. Dan seorang tampan sepertimu, mengapa kau selalu meminta setengah harga di setiap awal bulan?" Paman menggerutu. Jooha terkikik. Ia kembali pada fantasi, betapa rindunya ia akan sentuhan kekasihnya nan jauh disana. Di Seoul. Ia bekerja demi membahagiakanku. Aku akan masak makanan kesukaannya hari ini , benak Jooha sambil tersenyum sendiri.

"Sekarang kau malah senyum - senyum sendiri, dasar pria tampan! Menyebalkan pun kau tetap tampan" sahut Paman resah yang membuyarkan isi kepala Jooha. Ia berdeham, mengembalikan maskulinitasnya di hadapan sang Paman.
"Umm... Jadi, bagaimana paman? Kau berikan aku setengah harga untuk ikan ini, kan?" Jooha bersikuku. "Ayolah, paman... Kekasihku akan datang hari ini..."

"Hyuuuung!!!!!" Suara itu datang lagi, Jooha memejamkan mata nya. Ia harus kembali ke dunia nyata. Suara itu hanya ilusi, kan? pikir Jooha.

"HYUUUUUUUNG!!! INI AKU DOOSHIK!"

Benar saja. Jooha menengok ke arah suara. Suara itu bukanlah ilusi. Ia melihat seseorang dari arah pelabuhan berlari menghampiri Jooha. Wajah itu. Dada bidang itu. Dan suara itu. Semua milik Jooha sudah kembali.

Air mata nya berjatuhan. Rasa rindu nya pudar sudah. Ia akan benar - benar menikmati malam tanpa lelah, malam ini.

Jooha berlari, menghempaskan dirinya ke pelukan Dooshik. Rindu. Ia amat merindukan Dooshik. Akan banyak cerita yang ingin ia ceritakan. Kerang dan ikan, dan kisah - kisah lainnya.

"Kau kembali?" Jooha memandang wajah kekasihnya dengan penuh air mata. Dooshik mencium pipi Jooha dengan lembut. Ciuman termanis yang pernah ia berikan.
"Aku pulang, hyung!"

***

Dooshik merogoh kantong nya dan memberikan seratus ribu won kepada Paman si penjual ikan.
"Ambil saja kembaliannya, Paman. Asalkan kau katakan padaku bahwa kekasihku ini adalah yang tertampan se-Korea" Dooshik memampangkan gigi kuda-nya.
Jooha menyikut dada Dooshik, "Jangan melakukan hal yang tidak perlu, Dooshik!!!"
Dooshik tersenyum ke hadapan Jooha. Ia sangat senang menggoda kekasihnya. Dooshik suka melihat Jooha cemberut. Wajah imut nya sangat menggoda. Membuat ia ingin segera memakannya tanpa sisa.

"Anak muda, kekasihmu memang sangat tampan, aku mengakui nya. Aku sudah sering bilang padanya," timpal Paman. "Hanya saja dia berisik sekali ketika membeli ikan - ikanku!"
Dooshik terkekeh mendengar kata - kata Paman barusan.
"Benarkah, hyung?"
Wajah Jooha sontak berubah seperti tomat. Ingin rasanya ia menyikut kedua pria tak berguna ini.

"Aku pergi saja!" dengan cemberut Jooha pergi meninggalkan Paman dan Dooshik. Dooshik yang masih terkekeh bersama Paman, memperhatikan betapa bersinar kekasihnya, walau terlihat dari kejauhan. Ia memang sempurna, teriak Dooshik dalam hati.

***

Dooshik melemparkan diri ke atas sofa di dalam rumah mereka. Tak terasa, sudah 3 tahun mereka menempati rumah yang mereka bangun atas kerja keras Dooshik. Bekerja di Seoul bukan perkara mudah. Ia harus mengorbankan diri nya sendiri sebagai seorang anggota gangster. Walau pada akhirnya, Dooshik pulang dengan keadaan baik.

Pearl Field Where stories live. Discover now