Taeil mengendus kemudian mengajak Kun naik ke kantin dokter spesialis karena menu di sana sama seperti makan di restoran bintang lima. Kantin dokter spesialis benar-benar penyelamat mereka.

Di sana ada Doyoung dengan kantung mata juga. Sepertinya Dokter bedah jantung yang bertangan dingin itu juga kelelahan setelah lembur diakhir pekan yang menyebabkan ia tidak bisa pulang sama sekali. Kun bergidik melihat penampilan Doyoung. Taeil mendengus saja.

"Pulanglah setelah ini," gerutu Taeil.

"Aku akan pulang. Apa bisa aku mengjukan pindah ke rumah sakit cabang di pinggiran?"

"Kau akan membuat masalah untuk Jaehyun karena semua pasienmu akan pindah ke sana. Jadi terimalah keadaanmu," balas Taeil.

Doyoung terkekeh. "Ngomong-ngomong Taeyong sudah pulang."

Taeil membeku.

.

.

.

Johnny terkejut ketika ia keluar ruangannya kemudian menemukan Jaehyun menunggunya. Ada perasaan menggelitik di perutnya, Jaehyun masihlah seorang yang ia puja. Maka ia mendekat ke arah pemuda itu.

"Mau minum kopi?"

Johnny tersenyum, "Kau mengajakku berkencan?"

Jaehyun menghela nafas, "Aku jahat sekali bukan?"

Johnny mengulurkan tangannya, "Cafe biasa?"

Jaehyun meraih tangan Johnny kemudian menggenggam tangan yang lebih besar. Johnny tahu ia harus melepaskan Jaehyun. Tapi Johnny ingin egois sedikit saja saat ini, tanpa harus memikirkan rasa bersalahnya kepada setiap orang yang ia sakiti. Sudut hatinya ingin memiliki Jaehyun seutuhnya, namun apa ia sanggup melakukannya? Memeluk Jaehyun seerat yang ia bisa tanpa melepaskannya? Bahkan jika itu menyakiti hati Jaehyun.

Jaehyun menyetir dengan tenang karena Johnny baru saja menyelesaikan operasi dan jadwal Jaehyun hanya rawat jalan serta menyelesaikan beberapa perkejaan soal administrasi rumah sakit. Mereka tiba di cafe yang menjadi langganan mereka. Itu bukan tempat di sisi jalan besar itu ada di gang yang tidak terlalu ramai, sangat nyaman, sehingga keduanya jatuh cinta.

Johnny terkekeh bagaimana bisa hanya mereka berdua yang ada di cafe itu sekarang? Semesta benar-benar melakukan pekerjaannya dengan baik. Jaehyun mengatakan dia yang akan membayar kopi mereka berdua. Jaehyun masih luar biasa di matanya.

Inilah saatnya, semua gemuruh di hatinya berteriak tidak sanggup menerima rasa sakit yang mereka rasakan. Cinta Johnny sendiri, ia selalu mecintai Jaehyun dengan caranya tanpa mengusik orang yang dicintainya. Johnny selalu menjadi sahabatnya, disampingnya saat kesulitan. Jaehyun masih menduduki tahta tertinggi di hatinya, dan sekarang saatnya untuk melepaskannya.

"Aku jatuh cinta padamu saat kau mau repot-repot menolong anak kecil yang terluka ketika kita melakukan kerja kelompok. Aku pikir itu hanya perasaan sesaat ternyata saat aku melihatmu melakukannya lagi. Aku yakin aku sudah terjatuh," Johnny memulai percakapan setelah dua cangkir hangat dihidangkan di depan mereka berdua.

"Itu terlalu lama Johnny," kata Jaehyun.

"Aku tidak menyangka aku bisa melakukannya."

"Aku merasa bersalah pada kekasih-kekasihmu yang dulu," bisik Jaehyun.

Johnny menggeleng, "Aku tulus kepada mereka namun aku selalu menemukan jalan kembali kepadamu. Bukankah itu aneh? Aku merasa aku ditakdirkan untukmu."

"Kau seharusnya membenciku," balas Jaehyun frustasi.

"Tidak akan pernah Jaehyun, aku tidak akan bisa membencimu setelah kejadian memalukan saat itu dan kau menyelamatkanku."

"Kau berhak bahagia," kata Jaehyun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Calm WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang