NWY 2

5 0 0
                                    

"Atlet Park Sunghoon dipersilahkan untuk mengambil posisi.."

Aku segera mengembalikan fokus ku ke arena, setelah mengingat sudah hampir 3 tahun lamanya aku duduk di bench ini dan menatapnya berseluncur di arena ice skating. Sebenarnya dia tidak berlatih di arena yang sama denganku tapi, sesekali dia datang berlatih di arena ini, karena arena ini biasanya dipakai untuk nasional ranking.

Top 3, aku berhasil menduduki posisi 3 di nasional ranking sejak tahun kemarin berkat dirinya. Dia tidak membantuku secara langsung. Tapi, melihat dirinya di arena mempertahankan posisi Top 3 nasionalnya membuatku terpacu. Setelah semua yang ku lalui, disinilah aku, mendapatkan poin tertinggi di nasional dan menonton penampilannya.

"Heh Yena, kok lu ngelamun mulu sih.."

"Anjirr ngagetin aja lu ah.." ucapku sambil mengelus dada karena terkejut.

"Yena, Yena.. gw kenalin gak mau, 3 taun kerjaannya natapin mulu .. Padahal gw pengen jodohin dia ama lu biar fans-fans genit dia pergi semua, muak gw liatnya..

"Gw gak suka ama abang lu Yeji.. mw gw ulang berapa kali dah.."

"halah paling bentar lagi.." ucapnya mendengus

"diem lu ah gw mo nonton.." ucapku sambil berusaha Kembali fokus menonton penampilannya

.

Ranking short program wanita dan pria sudah keluar. Aku menduduki posisi 1 untuk nasional kali ini dan aku melihat nama Park Sunghoon di sampingnya. Saat aku sedang menatap papan skor tiba-tiba..

"Woy! Lu Go Yena kan?" panggil seseorang

Aku mengarahkan tubuhku ke sumber suara dan melihat Park Sunghoon berlari kecil ke arahku. Ia masih menggunakan kostum tampilnya tadi dan belum mengganti sepatu ice skatingnya. Mungkin dia baru selesai ngeladenin fans-fansnya yang selalu aja mengantri di setiap penampilan ice skatingnya.

"Iya. Kenapa? Nyari Yeji?"

Ia mengangguk, merespon pertanyaanku.

"disana dia, duduk belakang juri.." ucapku sambil menunjuk ke bench dekat juri.

"makasih.." ucapnya sambil berlalu dan pergi ke bench tempat Yeji berada.

.

"Mama.. Yena bolos sekolah ya, capek.." ucapku merajuk kepada mamaku.

"Tidak! Cepat pakai seragammu sebelum papa siap berangkat ke kantor.."

"Aku ada pelatihan sore ini ma.. ayolah.."

"Tidak! Pokoknya harus masuk sekolah! Bangun Yena cepetan.. Kamu belum siapin tas sekolahmu, tas trainingmu ada di tempat biasa.."

"Tapi ma.." belum selesai aku mengucapkan kalimatku, mama sudah keburu keluar dari kamar.

Aku berjalan gontai menuju kamar mandi, membasuh diriku, menggunakan seragam, dan segera menyiapkan tas sekolahku. Tepat pukul 6.30 aku keluar dari kamar dan langsung turun ke bawah untuk menunggu papaku pergi kerja. Biasanya aku selalu berangkat bersamanya karena sekolahku searah dengan kantor papa.

"Yena sarapanmu.." ucap ibuku sambil menyodorkan roti tawar coklat dan segelas susu putih.

Setelah menghabiskan sarapanku, tepat pukul 07.00 papa keluar dari kamarnya dan segera pergi ke parkiran mobil. Dingin, itu satu kata yang bisa menggambarkan papa. Papa itu tipikal orang yang tidak banyak bicara, tapi sebenarnya penyayang dan perhatian. Aku tidak pernah kesal dengan sikapnya, malah menurutku sikap papa itu lucu. Kadang-kadang aku suka menggodanya dan itu malah bikin papa jadi salah tingkah dan mama cuman tertawa melihatnya.

.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nothing Without YouWhere stories live. Discover now