Apa Kau Melihatnya?

411 32 0
                                    

Sasuke diam seperti patung. Tubuhnya tak bergerak sama sekali ketika merasakan sepasang tangan besar melepas perban putih yang membalut kedua matanya, "Apakah masih sakit?" tanya suara serak itu. Namun bukan serak seperti pria menyeramkan yang menyerangnya, lebih seperti suara seorang kakek-kakek. Sasuke berasumsi bahwa dokter tersebut sudah sangat tua.

"Tidak," jawab Sasuke singkat.

"Kau yakin? Kemungkinan di awal masa penyembuhan rasa sakitnya belum hilang sepenuhnya," tanya sang dokter memastikan, terdengar nada khawatir di dalam suaranya.

Namun Sasuke diam saja. Wajahnya hanya menunjukkan ekspresi datar dengan sorot mata kosong. Karena memang hanya itulah yang dapat ia lihat. Hitam. Gelap. Sasuke tak berniat meng-iya-kan maupun menolak tawaran sang dokter. Ia bahkan tak peduli dengan rasa perih yang sebenarnya masih terasa di matanya saat ini.

Suara helaan nafas membuat Sasuke sedikit menolehkan kepalanya ke arah sang dokter. Ia merasakan perban di kedua matanya sudah terbuka sempurna. Sasuke membuka kelopak matanya perlahan, dan seperti dugaannya...

"Maaf Uchiha-san..."

"Aku buta?" lanjut Sasuke dengan nada mencemooh. Tidak, dia bukannya mengejek sang dokter. Namun lebih kepada keadaannya saat ini.

"Ya..." jawab sang dokter dengan nada sedih, "Seseorang dari pihak kepolisian ingin menemuimu," ucap sang dokter seraya menepuk jemarinya di bahu Sasuke yang terbalut jubah putih khusus pasien tersebut. Walau tanpa melihatnya secara langsung pun Sasuke dapat merasakan senyum hangat dari sang dokter terarah padanya.

"Terimakasih dokter..." jeda Sasuke. Ia baru sadar bahwa ia sama sekali tak mengetahui nama pria tua yang merawatnya ini.

"Orochimaru," ucap sang dokter sebelum benar-benar pergi meninggalkannya.

...

"Jadi..." lelaki berseragam polisi dengan lambang jam pasir khas desa Suna itu menatap lekat lelaki yang duduk tenang di depannya, "Hanya itu yang kau ingat?" lanjutnya dengan nada tak yakin.

"Hn," gumam Sasuke sebagai jawaban, "Apa kau akan menangkapnya?"

"Uchiha-san, kami tidak menemukan korban lain selain anda," balas sang polisi cepat.

"Tidak mungkin, bisa saja dia masih hidup dan bersembunyi di dalam hutan," ucap Sasuke tak terima. Ia dapat merasakan emosinya perlahan memuncak ketika mendengar suara bolpoin yang beradu dengan meja kayu di sebelahnya, seakan-akan polisi tersebut menganggap enteng semua pernyataannya.

"Uchiha-san, apa anda sadar bahwa kuda anda jatuh dari tebing yang cukup tinggi?" suara berat pria itu terdengar tidak sabar, "Petugas kami hanya menemukan darah anda dan kuda liar itu. Selain itu tidak ada saksi mata yang melihat anda pergi dengan orang lain,"

Bibir Sasuke menganga tak percaya. Apakah ia terlihat seperti orang yang akan berbohong dengan keadaannya sekarang ini? Tidak ada untungnya bagi Sasuke sama sekali, "Tanyakan kepada para kusir yang bertenda di sekitar hutan itu. Salah satu dari mereka pasti melihat penjahat itu," balas Sasuke setengah berteriak, berusaha menahan luapan emosi di dadanya.

"Baiklah, kami akan melakukan penelusuran sekali lagi di sekitar tempat kejadian," ucap sang polisi mengalah. Tidak akan ada gunanya berdebat dengan orang yang pikiran dan emosinya belum stabil seperti Sasuke.

"Lalu bagaimana denganku? Kapan aku diperbolehkan kembali ke Konoha?" tanya Sasuke. Agaknya ia merasa khawatir jika penyelidikan mereka berlangsung terlalu lama, maka akan menghambatnya untuk kembali ke rumahnya. 'Orangtua'nya pasti akan merasa khawatir.

"Kami sudah menghubungi kakak anda. Atas permintaan beliau, anda akan tetap di Suna sementara waktu sampai keadaan anda stabil,"

"Aniki?" tanya Sasuke tak percaya. Sasuke dan kakaknya bisa dibilang tidak akrab. Tidak ada alasan tertentu, hanya tipikal konflik keluarga membosankan pada umumnya. Sang ayah yang ingin anak pertamanya menjadi Kepala Kepolisian Konoha menggantikan dirinya, sang anak yang memiliki impian berbeda, kemudian kabur dari rumah dan tak pernah kembali. Secara pribadi itachi dan Sasuke tak pernah memiliki konflik, hanya...renggang. Jarak dan waktu yang jauh terbentang diantara mereka dapat mengubah hubungan mereka dari saudara menjadi orang asing, "Apa aniki akan datang?" lanjutnya.

Red FlagWhere stories live. Discover now