Chapter 10 : Mimpi Buruk yang Lolos

Beginne am Anfang
                                    

Manik matanya tak lepas dari iris hijau terang yang redup itu yang tengah mengalihkan perhatian ke arah lain.

"Di...." Ruby membuka mulutnya untuk berbicara, namun alhasil suaranya tercekat. Ia menarik napas, kemudian kembali berbicara. "Dimana... kita?" lirihnya.

"Rumah Lesley. Aku awalnya ingin membawamu pulang ke rumahmu, tapi tak tahu di mana."  Granger menjawab, namun ia masih belum mendapatkan respon dari pandangan Ruby.

Ruby akhirnya menatap Granger yang sedari tadi memandanginya. Ia harus memastikan satu hal.
"Dimana Pale Tusk? Dia sudah mati, kan?"

Pertanyaan itu, berhasil membuat Granger terdiam. Sudah pasti, hal itu akan ditanyakan oleh Ruby.

Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian mengerikan itu, dan selama itulah Granger menahan kekesalannya ketika Ruby terbaring lemah dan terserang demam tinggi yang parah.

Ia... benar-benar tak terima akibat perbuatan dari pemimpin para serigala itu.

Flashback on

Granger mendapati Ruby telah menutup mata dalam pelukannya, tenaga gadis itu pun telah lenyap hingga ia harus menahan bobot tubuh gadisnya.

Tapi sebelum itu, sebuah suara di belakangnya membuat ia terusik hingga ia memutar kepalanya.

Granger terkesiap ketika mendapati sosok yang baru saja terbaring dengan perut berlubang yang sudah ia tembak menghilang bak debu. Cahaya fajar menyingsing tetapi tak dapat merekam jejak mahluk itu.

Pale Tusk baru saja melarikan diri darinya. Mahluk itu belum kalah, dan sudah pasti akan kembali menagih balas dendam.

Granger ingin bergerak mengejar mahluk itu yang mungkin jaraknya belum jauh dari sini.

Tapi, melihat keadaan Ruby yang sama sekali tak berdaya dengan darah kering yang menempel di tubuhnya, membuat lelaki itu mengurungkan niatnya.

Dia lantas mengangkut Ruby dengan menyelipkan tangannya di belakang tengkuk lutut gadis itu dan juga tengkuk lehernya.

Terutama, keselamatan kekasihnya adalah prioritasnya saat ini.

Flashback off

"Jawab. Apa Pale Tusk sudah mati?" Ruby mengulangi pertanyaannya ketika mendapati Granger yang terdiam mengatup bibirnya.

Pagi yang dipenuhi kicauan burung dan cahaya yang masuk melalui jendela tak bisa menghangatkan suasana di antara mereka. Situasi tidaklah sama seperti waktu-waktu yang lalu.

"Dia lolos."

Ruby membeliakkan matanya terkejut bukan main. Tangan kanannya semakin kuat mencengkram kain sprei yang ada di bawahnya. Harapannya dan usahanya seakan tengah dipermainkan saat ini.

Pale Tusk lolos? Setelah ia hampir saja kehilangan kewarasannya malam itu dengan trauma yang mencekiknya? Seusai mahluk itu melukai teman-temannya? Mahluk itu... tidak mati?

"Jangan bercanda," Ruby menggeram kesal. Granger dapat merasakan cekalan gadis itu meremat tangan miliknya dengan sangat kuat sehingga rasanya tulang-tulang jarinya akan patah saat ini juga.

Namun lelaki bersurai hitam itu hanya diam tak bersuara.

"Jangan bercanda! Bagaimana dia bisa lolos?! Padahal seharusnya dia sudah mati!" teriaknya menggema di ruangan itu. "Jika begini, bagaimana caraku menepati janjiku terhadap ibu, ayah, kakek, dan nenek? Bagaimana?" lirihnya menjatuhkan buliran air dari matanya.

Penutup mata sebelahnya kini menjadi basah karena isakan halus.

"Sudah... tidak ada yang bisa kulakukan. Aku lemah... aku tidak sebanding dengannya.... Aku... tidak bisa menepati janjiku.... Mereka semua... telah meninggalkanku."

The Little Redhood and The Vagrant PoetWo Geschichten leben. Entdecke jetzt