Bukannya malah bagus kalo nenek lampir ini mati..... HAHAHAHAHA
Gak ada lagi yang bisa ganggu hidup gue.
Betul kan?

Tapi itu artinya gue bakalan dikira seorang penyihir kemudian diburu oleh orang-orang kota dan disalip ditengah-tengah lapangan?

Shit.....

Kok gue malah ketularan Richard, menjadikan film sebagai patokan -_____-

Gue lihat tangan julia perlahan berubah menjadi sangat pucat dan lembab, kukunya memanjang.

Jangan-jangan.....

Gue segera berpindah ke tengkuknya.

Ada!!

Dia juga memiliki tato disana, bedanya denganku, tatonya berbentuk air yang ditusuk oleh es. Sedangkan milikku adalah angin puyuh yang cenderung berwarna biru.

Tatonya itu berdesis dan sedikit mengeluarkan sinar seperti terbakar.

Gue kemudian mencoba bertanya padanya.

"Julia, semalam lo...... FUCK!" Gue terlonjak kaget saat melihat matanya yang berubah menjadi putih semua.

Dia mengingatkan gue pada wanita pucat bermata putih yang sering menghantui pikiran gue.

Dia menggeram menahan sakit, gue yakin sakit pada sekujur tubuhnya dan pada sumber tato itu sebagai pusat kesakitan yang terhebat.

Gak ada yang bisa gue lakukan selain hanya melihatnya saja.

Hingga akhirnya, dia mengerang dengan keras dan kembali terjatuh setelah bergerak tidak jelas menahan rasa sakit.

Pada saat itulah, gue bisa dengan jelas melihat kulit-kulitnya seakan menghilang secara perlahan, digantikan oleh kulit pucat dan lembab, kukunya tidak menghintam seperti milik gue, tapi terlihat tajam dan jauh lebih mengerikan.

Tidak terlalu banyak perubahan yang gue lihat, padahal gue berharap dia berubah menjadi buruk rupa kayak gue -_____-

Gue mendekatinya dan mencoba untuk membangunkannya. Badannya benar-benar dingin seperti es.

"Julia, bangun" ucap gue.

Matanya tiba-tiba terbuka, seluruhnya berwarna putih, lidahnya menjulur keluar, lidah yang terbelah dua.

Gue mundur untuk sesaat.

Jadi, wanita yang selama ini yang sering muncul di dalam pikiran gue adalah Julia?

Tapi kenapa?

Pria berkulit hitam dengan telinga peri mengatakan bahwa gue adalah seorang pemburu. Apa maksudnya?

Apakah gue harus memburu Julia?

Saat dia perlahan berdiri, gue segera mengambil jarak.

"Julia?" Tanya gue. Wajahnya menghadap ke arah gue, kayaknya dia lagi ngeliat gue deh. Matanya putih.... sulit untuk memutuskan. Hingga akhirnya, raut wajahnya terlihat tidak bersahabat.

Dia mendadak menyerang gue, spontan saja gue mencoba untuk berlindung, berharap perisai listrik bisa terbentuk.

Diluar dugaan, yang terjadi adalah semburan angin yang menyerangnya. Dia jatuh terpental, gue ngeliat kedua tangan gue, kali aja ada kipas anginnya, tapi gak ada. Jadi kenapa tiba-tiba ada angin kayak tadi.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara erangan Julia, bersamaan itu, gue ngeliat gerombolan es dengan ujung yang tajam mengarah ke gue.

Gue berteriak melengking ketakutan sembari mencoba sekuat tenaga untuk menghindar dan menyingkirkan setiap es tajam yang ada di depan gue dengan semburan angin yang masih gue gak mengerti datang dari mana asalnya.

The Guardian HunterWhere stories live. Discover now