19

19 8 35
                                    

"Kalo udah malam gini, kak Seulgi ga takut pulang sendirian."

Pertanyaan gue di jawab senyuman tipis kak Seulgi.
Secara tiba-tiba kak Seulgi memperagakan gerakan menendang ala atlet taekwondo sembari bilang 'hiyaa' terus dengan laga jago nya dia mengusap hidung pake jari jempolnya.

"Gue kan altet taekwondo, sabuk hitam lagi. yg ada pada takut sama gue." Seru kak Seulgi.

Gue cuma pasang wajah cengir kuda ngeiyain aja dah.

"Masih jam delapan nih, main dulu yuk ke rumah kakak."

Sambil nunjukin rumahnya yg ternyata itu seperti asrama cewe. Gue coba nolak tawaran kak Seulgi tapi dia bersih keras nawarin gue main dulu. Alasannya mau ngenalin gue ke teman-temannya.

Dan ya, gue jadinya main dulu karena tangan kak Seulgi nariknya kenceng banget.

Pas kita masuk, udah ada empat cewe lagi sibuk masing-masing. Ada yg lagi nobar film, ada yg belajar dan ada juga yg lagi masak. Pemandangan khas penghuni asrama.

"Woy."

Teriak kak Seulgi manggil teman-temannya dan mereka semua noleh ke kita. Tatapan mereka malah fokus ke gue.

Kemudian ga lama mereka semua menghampiri kita.

"Lo bawa siapa?."

"selera lo brondong ya?."

Belum apa-apa dia jengah sama pertanyaan temannya itu.

"Ini adik gue. Adik sepupu gue." jawab kak Seulgi.

Salah satu temannya lalu pake kacamata terus memicingkan mata kearah gue sampai beneran dekat banget.

"Gak ada miripnya." celetuk noona itu.

"ya ampun Joy, namanya juga adik sepupu ya mesti mirip ayahnya lah masa' harus mirip gue." balas Kak Seulgi.

"Iya juga ya." lalu noona itu mengangguk paham.

"Yuvin, ini teman-teman kak Seulgi. Yg pake kacamata itu namanya Joy, terus yg mukanya ke bule-bulean namanya Wendy, yg sebelahnya itu Yeri dan terakhir yg paling cantik itu Irene." Sesi perkenalan gue ke para noona temannya kak Seulgi. Dan gue coba ngenalin mukanya satu per satu.

"Namanya siapa tadi?." giliran Irene noona yg nanyain nama gue.

"Yuvin."

"Kayaknya ga asing deh, pernah lihat dimana ya?."

Kak Seulgi narik gue ke ruang tengah ngelewatin Irene noona yg lagi coba berfikir tadi tapi ujungnya gak jadi karena kak Seulgi takut kalo ngibulin teman-temannya bakal ketahuan.

"Udah gue buatin nih jajangmyeon nya satu panci." Yeri noona duduk sebelahan sama gue.

Akhirnya gue ikutan mereka makan jajangmyeon bareng. Masakannya enak mirip masakan mama, ah jadi kangen deh.

Jadi pingin pulang ke Busan.

Inget inget tentang mama, gue ga sadar kalo gue udah mau nangis aja tapi Yeri noona colek lengan gue.

"Kenapa?."

"Ga apa-apa noona."

"Pasti karena masakan Yeri enak, Yuvin jadi nangis terharu gitu." sambung Wendy noona ngeledekin gue.

"Hehehe iya noona."

Ga lama kak Seulgi celoteh gini. "lo ga usah manggil Yeri pake Yeri noona, dia kan masih kelas satu SMP."

Gue noleh ke Yeri dan dia senyum sambil ngacungin dua jari ✌. "Salam Yuvin oppa."

"Sorry kak Seulgi, gue ga tau kalo dia lebih muda dari gue. Makanya pas gue manggil noona dia nya kayak nahan tawa."

Neighbor 2 : Song Yuvin & Jung Yein [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang