29.Kaos tangan

Beginne am Anfang
                                    

Tentu mereka terkejut. Siapa yang tidak kenal dengan gudang yang berada di belakang sekolah. Area situ terkenal karena kesannya yang angker dan kotor. Bahkan rumput-rumput liar tumbuh di sekitar gudang itu.

"Yang bener Bu? Itukan angker Bu," ucap Dika.

"Terus? Kalo angker kenapa?"

"Ya, gimana ya Bu, entar kalo kita kesurupan massal gimana? Mending di suruh bersihin toilet deh Bu," timpal Gilang.

"Bener Bu, Lagian di sana kotor banget. Mana bisa bersih kalo cuman kita berempat mah,"

"Gada penolakan. Kalian aja gak takut sama guru, berarti gak takut juga dong, sama setan."

"T-tapi Bu-"

Ctak

"Terima atau ibu akan bikin surat untuk orang tua kalian."

"Cepu amat sih!" cibir Yoga.

"Kamu ngomong apa!"

"Gak deng, ibu cantik." puji Yoga pada guru berbadan besar itu.

Butut membuang muka ke samping. Perlu kalian ketahui bahwa guru itu tengah salting. Ingat umur Bu!

"Salting tuh," bisik Dika pada Yoga.

"Biarin, biar hukuman kita diringanin," balas Yoga.

Gilang menaikkan jempolnya. "Cuakepp!"

"Yasudah, sana kerjain hukuman kalian. Nanti ibu bakal periksa."

"Iya Bu!"

Mereka melangkah pergi meninggalkan ruangan BK dan menuju ke gudang tempat di mana akan menjalani hukumannya.

***
"Awhh... Shhh... gila! Tangan gue gatel-gatel anjirr!" adu Gilang seraya menggaruk tangannya.

"Ni, rumput ada racunnya kali ya!"

Dika ikut menyaut, "Tangan gue aja udah merah-merah gini,

"Anjing! Gue digigit semut!" pekik Gilang sambil berlari menghindari semut merah yang menggigit kakinya.

"Ya, digigit lah! Masa di cium, yang ada bibir lo dower."

Avi terkekeh sembari geleng-geleng kepala dengan tingkah kedua cowok itu. Sampai akhirnya ia baru sadar kalo Yoga tidak ada. Kemana cowok itu?

"Lang! Yoga mana?" tanya Avi pada Gilang.

"Lah? Bukannya tuh dugong bareng sama kita tadi?" ucap laki-laki itu heran.

"Lah, mana aing tau, aing kan cogan." imbuh Dika.

"Cogan matamu!"

"Wait, wait, wait! Jangan-jangan, Yoga di culik sama penghuni gudang lagi," ucap Dika melantur.

"Gak usah ngadi-ngadi setan!"

"Ehem! Nyari gue ya?"

Tiba-tiba suara Yoga mengalihkan perhatian mereka bertiga yang entah sejak kapan berdiri di antara Gilang, dan juga Dika.

"Woy! Dari mana aja lu?! Orang lagi pada bersih-bersih, lo malah keliaran," decak Gilang.

"Lagi ngobrol bareng mbak kunti mungkin,"

"Relax bro!"

"Bangsat lu!"

Arah pandang Dika jatuh pada tangan Yoga yang dibalut kaos tangan kebun berwarna kuning abu-abu.

Keningnya mengerut. "Lo dapat benda itu dari mana?"

"Sialan! Pantas saja tangan lo gak kenapa-napa, ternyata main curang lu," ujar Gilang tak terima.

"Curang dari mana? Lo pikir kita lagi main?" ucap cowok itu menggantung, kemudian kembali berkata, "

Ini gua dapat di gudang, jadi kalo mau, nyari sono di gudang."

"Ck! Bilang kek dari tadi."

"Ini juga udah gue bilang anjing!"

Dika dan Gilang langsung ngacir ke dalam gudang untuk menghindari amukan Yoga yang sudah tersulut emosi.

"Shhh... gatel banget," ringis Avi menggaruk-garuk tangannya.

Yoga menoleh kearahnya dan melihat Avi tengah kesakitan akibat rumput liar itu. Serbuk dari tanaman dapat menjadi alergen bagi kulit sehingga muncul reaksi alergi menjadi merah dan gatal.

"Eh!" Avi tersentak kaget saat Yoga tiba-tiba saja menarik tangannya.

"Lo ngapain? Lepas, Ga," Avi berontak kecil.

"Diam dulu," titah Yoga.

"Lo mau ngapain sih?!"

Avi menatap Yoga bingung saat cowok itu memasangkan kaos tangan itu di tangan Avi.

"Pake." katanya setelah selesai memasangkan kaos tangan itu.

"Kok di pakein ke gue?" Avi bertanya.

"Pake aja, liat tangan lo udah merah-merah gitu,"

Avi diam. Bukan salting tapi lebih ke canggung dan kesannya aneh, saat Yoga perhatian padanya. Ya, bisa dibilang perhatian.

"Tapi 'kan ini punya lo,"

"Ralat, punya sekolah." koreksi Yoga.

"Terserah, tapi, lo gimana?"

"Gimana apanya?" tanyanya balik.

Avi mendengus sambil memutar bola mata jengah. "Ya, tangan lo gimana?"

"Calm, tangan gua udah kebal,"

"Tap-"

"Udah, peke aja, ribet amat sih!" pungkasnya dengan nada kesal.

Avi menghela napas sejenak, kemudian berkata, "hm, makasih,"

Yoga terlihat mengangguk kemudian melanjutkan aktivitasnya.

***

To be continued

MY COUSIN MY HUSBANDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt