"Siapa?"

Sebuah suara khas datang dari dalam kamar itu. Membuat hati Si Buruk Rupa semakin begetar.

"Ini aku,"

Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki manis yang membuat Si Buruk Rupa sempat sedikit gila. Hanya dengan menatap surai cokelat lembut lelaki itu selalu berhasil membuat hatinya menghangat. Tidak salah, Junkyu memang telah berhasil mencuri hatinya.

"Eh, aku..."

Entah kenapa lidahnya tiba-tiba menjadi kelu. Semua kata-kata yang sudah ada di dalam otaknya, hilang begitu saja. Dia melirik ke arah Si Lilin yang ternyata sudah pergi entah ke mana. Si Buruk Rupa mulai merasakan darahnya berhenti tepat di jari kakinya. Dia hanya bisa tersenyum canggung, berharap semua kegugupan ini tidak bertahan lama. Sialnya, memandang wajah damai Junkyu malah membuatnya semakin buruk. Jantungnya berdegup semakin kencang, mirip seperti genderang perang. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana.

"Kau tau, eh.. Nanti malam akan ada pesta di sini. Lalu... Lalu.... Semuanya akan berkumpul di aula besar, merayakannya. Dan.. Akan ada musik dan dansa. Jadi, itu, aku..."

Ingin sekali Si Buruk Rupa memukul dirinya sendiri.

"Apa kau mau berdansa denganku malam ini?"

Pemuda yang berdiri di depan pintu kamarnya tampak terkejut dengan ajakan Si Buruk Rupa. Bahkan tanpa disadari, muncul semburat merah seukuran tomat di bawah matanya. Junkyu tampak berpikir. Hal ini tentu saja membuat Si Buruk Rupa mulai berpikir yang tidak-tidak. Hingga, suara kecil Junkyu membuatnya bisa bernapas dengan lega. "Aku rasa tidak buruk."

Senyuman lebar terpatri dalam wajah Si Buruk Rupa. Tak ada yang bisa membuatnya sesenang ini sebelumnya. Rasanya seperti baru saja memenangkan undian berhadiah tanpa dipungut biaya.

"Baiklah, sampai ketemu nanti malam."

▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️

Di kedai itu, Sunghoon terlihat sedang menikmati minumannya dengan beberapa pria di sebelahnya, yang sedang memanjakannya juga. Suasana saat itu pun bisa dibilang ramai karena Sunghoon sudah bilang untuk membayar semua pesanan orang-orang yang ada di dalam. Sorak-sorai dengan sentuhan tawa memenuhi kedai kayu tersebut. Hingga suasana itu kacau saat seorang pria tua diikuti oleh seorang wanita menerobos masuk ke dalam, mencoba mengacaukan perhelatan kecil itu. Semua orang sempat berbisik-bisik heran karena kabar yang dibawa Sunghoon beberapa waktu lalu mengenai Tuan Kim yang meninggal karena diserang serigala. Namun, saat ini seseorang yang dikabarkan tiada itu muncul di tengah keramaian, mencuri perhatian.

"Tuan Kim, kau masih hidup?" tanya seseorang di sana, merasa tidak percaya melihat sosok yang menjadi bahan gunjingan seluruh desa, muncul di depan mata.

Tuan Kim hanya tersenyum remeh, tidak menjawab pertanyaan itu sembari terus memeriksa seluruh isi kedai. Mata tuanya memicing ketika melihat seseorang yang dia cari tampak duduk membelakanginya.  Dia berjalan mendekat dengan mata penuh api. Mendekat ke arah pria rupawan itu.

"Aku bisa saja mati jika wanita ini tidak menyelamatkanku." Ucapnya. "Mengapa kau meninggalkanku dengan keadaan seperti itu? Mengapa kau mengikatku, Sunghoon?"

Semua orang terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Tuan Kim. Suasana semakin dicuri oleh ayah anak satu itu. Semua telinga mulai dipasang dengan jelas agar dapat mengais informasi yang datang tanpa aba-aba. Apa yang dikatakan Tuan Kim sangat berbanding terbalik dengan cerita Sunghoon yang dia bawa semenjak dia kembali dari hutan.

"Kau menyebar kebohongan bahwa aku sudah meninggal!!"

"Park! Apa itu benar?" Teriak salah seorang penikmat kedai. Rasanya cukup menyenangkan menyalakan api yang sudah dipercik.

Beauty and The Beast [Harukyu Version]Where stories live. Discover now