Matanya berbinar jelas ketika menangkap sebuah interior klasik yang ada di dalamnya. Keadaan di dalam begitu berbanding terbalik dengan keadaan luar yang tampak tidak terawat. Lantai feldspar gelap dan dinding marmer serta ornamen pualam yang tampak elegan. Terdapat satu dua tangga di sisi kanan dan kiri yang mengarah ke sayap timur dan barat. Namun, kastil ini tetap memancarkan aura dingin dan keputusasaaan.

"Ayah!" Teriakan menggema di dalam kastil yang kosong. Membuat beberapa benda hidup di dalamnya mampu menelan ludah—takut jika Tuannya akan mendengar. "Ayah! Kau di mana?"

"Pelankan suaramu, Tuan Muda."

"Siapa dia? Apa dia tidak diajari sopan santun dalam bertamu di rumah orang?"

Mengernyit aneh, selidik kanan kiri, "Siapa yang bicara?" Teriakan lantang menggema lagi. Membuat suasana semakin tidak kondusif. Membuat nyali Junkyu semakin berada di ambang batas.

"Ayahmu ada di sayap timur, di penjara."

Suara lain menyeruak, namun dia tidak peduli. Dia harus segera menyelamatkan ayahnya. Junkyu berlari menuju sayap timur, menjejakkan kakinya pada tangga spiral dengan anak tangga yang terhitung gila. Terus naik dan naik sampai di ujung dan menemukan sebuah ruangan dengan pagar besi berdebu.

"Ayah!"

Pria tua itu terkejut tidak menyangka bahwa ternyata anak manisnya nekat kemari. Sudah pasti kerjaan Juliet. Kuda itu terlalu patuh sampai dengan beraninya membawa anak satu-satunya mengarungi jalanan berbahaya dengan bermacam konsekuensi. Lalu membawanya kemari dengan prosentase bahaya yang lebih besar.

"Pulanglah, nak! Di sini berbahaya!"

Menggeleng, sudah tentu lelaki itu akan menggeleng dengan kuat. Tidak akan membiarkan salah satu alasan hidupnya terkunci di dalam.

"Aku akan membebaskanmu, Ayah." Junkyu berucap sambil memperkuat genggamannya di antara sela-sela pagar tralis.

Tuan Kim tersenyum lemah. Anak lelakinya begitu keras kepala, menurun dari sifat mendiang ibunya.

"Pulanglah sebelum dia menemukanmu. Ayah sudah kehilangan ibumu. Ayah tidak ingin kehilangan kau juga!"

"Siapa dia?"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Sebuah suara lantang dengan hembusan napas yang kuat terdengar dari seberang menara. Suara mengerikan menggema di penjuru tempat. Tapi, suara itu sama sekali tidak membuat Junkyu takut. Apalagi ketika mendengar bunyi kaki besar yang mendekat padanya. Hingga sebuah siluet besar tercipta.

"Siapa dirimu?" Tanya Junkyu, memberanikan diri sambil mengambil lilin yang tergantung di sisi pintu penjara, menempatkannya di depan sosok besar dalam kegelapan itu.

Lilinnya hampir jatuh, tangannya gemetar. Junkyu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Sosok yang tidak lebih mirip dengan serigala raksasa dengan badan besar, berbulu cokelat lebat kucal, dua taring atas sisi kanan kiri, kuku hitam yang mencuat, dan dua tanduk legam di kepala—besar dengan ujung runcing yang terlihat kuat. Cukup membuatnya tidak mengerti bagaimana ada monster semacam ini. Kembali menguasai dirinya, terlihat takut justru akan membuatnya terlihat lemah. Setidaknya melawan adalah cara yang benar.

"Tolong lepaskan ayahku." Pintanya memohon pada sosok yang masih memandangnya dengan napas berderu yang terus keluar dari hidung yang menyerupai singa. "Pencuri harus dihukum sesuai dengan apa yang dia perbuat."

Menahan amarahnya. Dia yakin ada kesalahpahaman karena ayahnya bukanlah sosok pencuri seperti yang dikatakan olehnya tadi.

"Dia mengambil mawar di depan."

Beauty and The Beast [Harukyu Version]Where stories live. Discover now