"Oppa, ayolah! kau harus bekerja hari ini." bujuk Alisa dengan wajah yang sangat terlihat seperti bayi. Bibir kecil berwarna merah itu sedikit mengerucut, membuat kesan gemas untuk setiap penikmat, contohnya saja Jimin.

Bukannya menjawab dan mengindahkan, Jimin malah menyandarkan kepalanya di depan dada Alisa sambil mengatup kedua mata setelah bibir tebal itu mengecup dada Alisa sebentar.

"Aku malas," jawabnya seperti anak kecil. "Hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, Alisa. Seharian, berpelukan, ciuman, tidur siang, makan berdua, berenang, dan menemanimu jalan-jalan sore di taman."

"Astaga!" Alisa menepuk punggung Jimin gemas  "Sudah dua bulan Oppa bermalas-malasan seperti ini. Apa yang ayah pikirkan nanti?"

"Aku ini putranya, dia tahu kalau aku punya istri yang sedang mengandung cucunya, dia tidak bisa memarahiku Alisa."

"Oppa!" Alisa mengambil kepala Jimin menjauh dari dada nya. "Lihat aku!" dan Jimin langsung menatapnya dengan mata sayu. "Kau tidak mau mendengarkanku?"

Mendengar itu, Jimin langsung was-was. Dengan cepat dia merubah raut wajahnya menjadi sangat menyedihkan. "Ah, ayolahhh... apa kau akan mengancamku lagi?"

"Dulu Oppa tidak begini, dulu Oppa tidak pemalas seperti ini. Kenapa sekarang malah begini, hmm?"

Tanpa merasa bersalah pria itu melebarkan senyuman sampai deretan gigi putihnya ditampilkan. "Ini semua karna junior, sayang" lantas Jimin mengecup perut Alisa yang kini sudah sedikit membesar. "Ikatan seorang ayah dan anak sudah tenggelam jauh diantara kami, itu sebabnya kami selalu ingin bersama-sama."

Alisa langsung mencibir. "Alasan!"

"Aku serius, sayang." wajahnya ia tempelkan ke pipi Alisa tanpa pergerakan. Mengendus-ngendus harum kulit lembut itu dalam-dalam penuh sayang. Kedua tangan nya pun kembali melilit tubuh ramping itu erat-erat. "Aku ingin seperti ini sampai nanti, besok, besok lagi, besok nya besok lagi, dan besok besok besok--"

Cup

Alisa langsung meragut dagu Jimin sedikit mendongak lalu ia kecup sambil menekan. Disambut demikian malah membuat Jimin tersenyum senang sedang bibirnya menempel tanpa celah dengan bibir sang puai.

Tidak lama, ciuman pun Alisa urai.

"Lagi," pinta Jimin candu.

Cup

"Sekali lagi," ajaknya. Dan Alisa tidak bisa menolak.

Cup

"Lagi, lagi, lagi dan lagi lagi, banyak-banyak, sangat lama, jangan di lepas!"

"Oppa!" Alisa ternganga tidak percaya. "Aku mau mandi. Meladenimu tidak akan ada habisnya, sampai malam pun kau akan menciumku." tidak menunggu lama, Alisa pun langsung beranjak dari paha Jimin.

Sadangkan sang empu yang kini tengah di bicarakan hanya tersenyum menatap punggung kecil itu mendekati arah kamar mandi.

"Alisa tunggu!" panggil Jimin sambil beranjak dari ranjang dan melangkah pergi.

Langkah Alisa pun spontan berhenti. Ibu hamil itu menoleh lambat menatap sang suami yang tengah membuka baju kaus nya. Sehingga tubuh bagian atas yang tak tertutupi sehelai benang itupun terpampang jelas di depan mata.

"Kau mau mengajakku mandi bersama?" tanya Jimin langsung dengan raut wajah kesenangan.

Sedangkan sang puai malah mengerutkan kening bingung. "Tidak, aku mandi sen--"

"Ini buktinya." bibir tebal itu langsung menunjuk ke arah handuk Jimin yang Alisa pegang kini berada di tangannya. "Kau membawanya. Itu artinya--"

"Tidak. Jangan harap! CEO pemalas seperti Oppa tidak ada jatah mandi bersama."

DESTINY IN MY LIFE  ||  [PJM]✓Where stories live. Discover now