"Mengapa kau berpikir seperti itu?" tanya seonghwa mencupit gemas pipi san yang menggembung. Pertanyaan itu hanya dijawab dengan gelengan pria lebih muda.
"Apa karna aku diam di sepanjang perjalanan pulang?" tanya seonghwa lagi
dan kali ini dijawab dengan anggukan kecil. Lantas hal itu membuat seonghwa semakin gemas. Bagaimana tidak, pemandangannya kini seperti melihat kucing yang berwujud manusia.
"Kalau begitu aku tanya, kapan aku pernah marah padamu?" tanya seonghwa ketiga kalinya.
San hanya menundukkan wajahnya beriiring dengan jawaban "Tidak pernah... Tapi bukannya kau seharusnya marah saat aku tidak mau menuruti perkataanmu, hyung?".
"Selama kita bisa membicarakannya kenapa aku harus marah satu sama lain?, Saat kau tidak menuruti perkataanku aku percaya kalau Sannie punya alasan tertentu. Ya, walaupun hyung sering memaksakan kehendak padamu. Tapi kau tau kan kalau yang hyung lakukan semua itu karna apa?" Jelas seonghwa melepaskan tangan San yang sedari tadi melingkar di pinggangnya. Ditautkan jemarinya pada pergelangan tangan San, diajaknya kini ke dalam.
"Aku berharap kau bisa lebih mengomunikasikan hal hal yang tidak kau ingin aku lakukan tapi harus beserta alasannya, agar hyung lebih paham dan tidak memaksakan kehendak padamu." lanjutnya. Kini keduanya sudah duduk di kursi bar dekat dapur, Seonghwa menangkup kedua tangan San yang sesekali diusapnya.
"Hyung,, Bolehkah aku juga meminta hyung untuk berbagi cerita denganku? mengkomunikasikan apapun itu padaku bukan tentang diriku. Tapi tentangmu hyung.." tanya san ragu ragu.
"Iya.. nanti akan ku ceritakan. Kau juga boleh bertanya jika ada hal yg ingin kau tanyakan tentangku. Hhmm trus kau mau makan apa sekarang? I'm calling Mingyu to serve you something for today.. Karna aku harus ke kantor setelah ini." Lugas Seonghwa bergegas menelpon private chef nya, Mingyu.
"Hyung,, aku delivery pizza saja" jawab San
"Engga, kamu udh berapa hari ini gak baik pola makannya. Kau pikir hyung gak tau soal itu?" sanggah seonghwa yang pastinya tidak bisa dibantah oleh San.
"Ia akan datang sekitar 45 menit. Bisa ku tinggal sekarang kan?" tanya seonghwa tak lupa ia mencium dahi pemuda di hadapannya. Walaupun pemuda itu menjebik sebal dengan bibir terpaut maju, mungkin hanya San yang bisa kesal tapi terlihat menggemaskan.
.
.
.
San menenggelamkan dirinya di atas sofa besar, kakinya menendang sebal selimut dan bantal bantal disekitar sofa membuat ruangan tersebut sedikit kacau. Tapi tak berlangsung lama San segera merapikannya kembali.
Meskipun seonghwa sedang tidak berada di rumah ia selalu memastikan rumah itu terjaga rapih.
Bahkan handuk yang ia kenakan tadi pagi sudah menghilang tergantikan handuk baru yang sudah tergulung rapih di lemari kaca sudut kamar mandinya.
Memang Seonghwa suka sekali bebersih hingga para art yang ia sewa pun harus beradaptasi dengan konsep pembersihan ala seonghwa yang detail.
Setelah membersihkan seluruh tubuhnya dan mengganti baju dengan piama silk kesukaannya. San bergegas menghubungi Jongho. Kali aja anak itu sedang luang atau sudah selesai kuliahnya.
"Hoho, uri baby boba" panggil san sesaat setelah telpon diangkat.
"Maaf baby siapa ya?" sahut seseorang di sebrang sana yang pastinya bukan suara jongho.
"Ishh mana bobaku?? kok telponnya kau yang pegang?" dengus kesal san pada yeosang.
"Halo hyung, ada apa?. Sorry tadi lagi ke toilet" jawab jongho mengambil alih telepon
"Lagi sama yeo ya? Tadinya mau ngajak main di rumah"
"Iya, bang yeo cuma mampir makan siang. Setelah ini aku free kok. Mau ku bawakan apa hyung? Sudah makan belum?"
"Bawa boba aja"
"Less sugar?"
"Engga, maksudnya bawa diri aja ho"
"Oh hahahha. Yaudah nanti hoho kesana"
"Siap, kutunggu"
.
.
Setelah menelpon Jongho rasanya masih saja sepi. Rumah itu terlalu besar untuk ditinggali hanya dua orang, walaupun sahabat seonghwa, (hongjoong) seringkali menginap tapi tak membuat rumah itu penuh yang ada semakin dingin jika ada pria itu.
TV dinyalahkan, bekali kali pemuda itu mengganti channel tv tak ada yang menarik perhatiannya. Hingga ia berhenti di satu channel olahraga yang sedang menayangkan ulang olimpiade.. musim dingin.
Kali ini menampilkan seorang atlete figure skating kegemarannya, Jung Wooyoung. Sebuah kebetulan yang rasanya terlalu mendebarkan.
Lekukan tariannya begitu indah diiringi
Chopin - Nocturne in B flat minor, Op.9 no. 1. Membuat San ikut menari mengikuti musik secara mirrored walaupun off ice tapi ia bisa merasakan sejujnya angin ice rink dalam penghayatan yang suguhi oleh Jung Wooyoung. "double salchow di lanjutkan dengan tripple axel, he made it!!" suara komentator.
Nyatanya hanya menonton dan mengikuti iramanya tak cukup bagi San, Ia pun bergegas pergi ke ruang bawah tanah setelah mengganti pakaian (lagi) ke baju khusus latihan.
Ice rink yang cukup besar jika dipakai sendirian telah dibuatkan seonghwa setahun yang lalu khusus untuk San berlatih saat pemuda itu tidak bisa keluar rumah.
Disetelnya playlist yang biasa ia gunakan untuk berlatih. Pemuda itu mulai memejamkan matanya sejenak, membayangkan dirinya sedang menarikan ini berpasangan di tengah ice rink olimpiade.
Membayangkan dirinya tak hanya menjadi ice dancer yang notabennya 'entertainer' tapi menjadi atlete nasional figure skating.
Sayangnya hanya akan menjadi angan semata. Tiap gesekan pisau pada es menghasilkan melodi favoritnya. Angin kencang yg menerpa setiap putarannya, lekuk indah dengan jemari pointee yang dibuat pemuda itu menambah indahnya pemandangan jongho yang saat ini berdiri di pinggir rink tanpa suara.
Hingga lagu selesai san baru mengindahkan kehadiran jongho.
"BOBAAAAA" dalam hitungan sepersekian detik dengan sepatu pisaunya San sudah berada di hadapan temannya itu.
"Ganti sepatu mu, temani aku bermain"
.
.
.
__________________________________________
tbc
__________________________________________
YOU ARE READING
Quad Loop | Ateez
Fanfiction-WOOSANHWA- "Hhmmm sepertinya sannie tidak akan bosan jika selalu bersama wooyoung hyung. Melakukan ini sangat menyenangkan, kau juga sangat menyenangkan. Tidak seperti guru musikku huh" san terus mengoceh ditiap langkah marching*-nya. _____________...
5; Zephyr
Start from the beginning
