"Untung temen, kalau pacar sudah kucium kau wooyoung"

"HAHAHA BYE TERIMA KASIH"

___________________________________________

Seonghwa mengendarai mobilnya dengan San masih bertampang musam di sampingnya. 

Seonghwa belakangan ini memperhatikan San lebih dari yang pemuda itu kira. Sudah beberapa kali San melupakan password rumahnya, bahkan ia juga sesekali lupa arah jalan pulang.

Banyak sikap yang tidak biasanya dari pemuda berambut pink itu. Ia hanya takut jika tidak ditangani dengan cepat, hal itu berbahaya juga buat San.
.
.

"San, san, san! San terus yang kau perhatikan!. Bagaimana dengan dirimu?  Atau perlu aku bilang pada anak itu, agar ia tidak lagi menggantungkan hidupnya padamu?"

suara amukan kesal dari balik telepon yang baru saja diangkat seonghwa. Siapa lagi kalau bukan dari sahabatnya, Hongjoong atau yang sering di sapa edward.

"Aku sedang di rumah sakit, tolong pelankan suaramu Ed"

"Biarkan! aku ingin anak itu dengar!"

"Tolong redamkan emosimu"

"Okey, setelah ini kita bertemu di tempat biasa" lugas hongjoong menutup sambungan teleponnya.
.
.
San sedari tadi memperhatikan raut wajah Seonghwa, sedikit khawatir setelah mengangkat telepon.

"ada apa hyung?" tanya san dengan seonghwa yang masih termenung dan bisu.

"hyung? apakah soal pekerjaan? kita bisa re-schedule appointment hari ini"

"Tidak, kita harus konsul dulu" jawab seonghwa tegas.
.
.
Nyatanya dokterpun masih belum bisa memastikan diagnosa yang pasti.
.
.
.

"Bener kan hyung aku tidak apa apa, malah jadi ditambahin obatnya sama dokter kan, ishh"

Seonghwa hanya terdiam, pergi meninggalkan pemuda itu ke bagian kasir untuk pembayaran dan farmacy untuk mengambil obat.
.
.
Di dalam mobil pun hening, San hanya mengira bahwa hyungnya kesal karna dirinya sulit untuk diajak ke psikiater. Tapi nyatanya pikiran Seonghwa melalang buana jauh dari itu.

New york masih diselimuti salju. Siang ini bagai sore menuju malam, tidak ada matahari musim dingin masuk ke puncaknya. Jalanan yang licin tak membuat padatnya jalan brooklin berkurang.

Heater mobil yang pastinya sudah terpasang. Tapi nyatanya tak membuat hidung pemuda beramput pink tidak memerah dingin.

Sadar akan hal itu, seonghwa melepaskan earmuff dan memberikannya pada San yang pastinya ditolak. Hal itu tak membuat Seonghwa diam, ia memasang auto pilot lalu melepaskan kemudinya untuk memakaikan earmuff dan syal tambahan pada San. Bisa dibayangkan bagaimana bentuk San kali ini, setengah wajahnya tenggelam di dalam syal tebal. 

San hanya terdiam berbisik terima kasih yang bahkan suaranya terlalu kecil untuk bisa didengar seonghwa. Pemuda itu lanjut memandang jalan sesekali melirik ke arah Seonghwa. Ada rasa bersalah menyelimuti dirinya, sekaligus bingung harus bagaimana. 

4 tahun tinggal bersama tidak membuatnya kenal bagaimana Seonghwa yang sebenarnya. Rasanya selalu ada hal yang tak pernah ia kira sebelummnya yang ia temukan di diri pria berjarak 10 tahun dihadapannya.

.
.

Sejenak seonghwa melangkah masuk rumah. San menyergapnya dari belakang dengan pelukan. Dengan itu mengharuskan seonghwa membalikkan badannya agar ia dapat melihat wajah pemuda itu dengan baik.

"Ada apa?" tanya seonghwa lembut sambil membuka topi baseball yang dikenakan pria berambut pink.

"Kau marah padaku?" tanya san mendongakkan wajahnya tepat di depan dada Seonghwa. Namun tidak disangka, Seonghwa tersenyum lembut sambil menyisir surai pink milik san.

Quad Loop | AteezWhere stories live. Discover now