"Aku akan ganti baju, tunggu dan siapkan mobilnya. Aku ingin kesana. Tidak ada yang bisa membantahku!"

"T-tapi nona--"

"Aku bisa naik taksi jika kalian tidak ada yang bersedia menjaga ku." Alisa mengancam sedang telunjuknya menghadap tajam ke arah para Ava, menunjuk wajah mereka satu persatu seperti memperingati. "Bagaimana? sebaiknya aku memesan taksi lebih dulu--"

"Tidak nona!" Ava yang tadi menjawab lantang.

Setelah di pikirkan kembali, membawa Alisa ke tempat Jimin atau membiarkan Alisa pergi sendirian, hukuman yang akan mereka dapati dari Jimin tentu saja sama. Kepala mereka yang akan di tampar, atau tubuh mereka yang akan di tendang habis-habisan. Kedua nya sama-sama menyakitkan, tidak ada pilihan juga untuk menolak keinginan Alisa.

"Saya akan mengantar nona kesana."

Ava yang lain nya mendadak resah. Mereka saling bertatapan dengan rekan yang lain. Wajah takut mereka tampak jelas. Jimin benar-benar akan memberikan pelajaran yang bisa saja sama seperti Han malam itu.

Ketika Jimin sudah memerintah, maka tugas Ava adalah melaksanakan.

"Ingat! tidak ada yang boleh lengah sedetikpun. Jaga ketat rumah ini dan pastikan Alisa tetap aman di dalam. Kalian mengerti!" begini lah pesan Jimin tadi sebelum pergi bersama lima belas Ava entah kemana.

Jujur, mengamati bagaimana Jimin sangat tegas kepada para pekerjanya, Alisa yakin kini para Ava sangat cemas. Entah cemas memikirkan Alisa yang tidak bisa di tahan, atau cemas memikirkan kesialan mereka setelah ini. Tapi tetap saja, kali ini Alisa sangat resah. Dia tidak bisa menunggu lama. Mau pulang jam berapa Jimin?

Ingat! sekarang bahkan sudah akan memasuki pukul tiga dini hari.

"Bagus," jawab Alisa, hanya itu. Kemudian berbalik badan dan melangkah memasuki rumah.

Tinggal lah para Ava yang memejamkan mata dan berdecak mulai resah. Matilah mereka malam ini.

🗝️
🗝️

Mobil merk Hyundai keluaran terbaru yang diketahui memiliki harga fanstastis berwarna hitam itu sudah melaju stabil di jalanan. Sedang Alisa duduk gelisah di bangku belakang sambil terus berusaha menghubungi seseorang.

Sejak tadi Alisa mencoba menghubungi Sora, tapi tidak bisa. Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali percoban. Namun tidak satu pun mendapat jawaban. Rasanya Alisa sampai prustasi sebab orang-orang yang ia hubungi tidak ada yang merespond.

Baik Jimin atau pun Sora, tidak ada dari mereka yang bisa di hubungi.

Tidak mungkin Alisa menghubungi kedua orang tuanya tengah malam begini. Lagi pula Alisa tidak mau orang tuanya turun tangan dan mengetahui soal ini.

"Harukah aku hubungi ayah mertua?"

"Ya?" Ava yang sedang mengemudikan mobil itu menoleh sekilas pada Alisa. "Nona bicara pada saya?"

Mendengar itu Alisa langsung menggeleng. 'Tidak, maaf."

Ava itu mengangguk dan kembali fokus mengemudi.

Sekitar dua puluh menit di perjalanan, Alisa pun sampai di area apartement Taehyung. Di bukakan pintu mobil lalu Alisa turun, langkah nya begitu acak, tergesa-gesa mencari lift. Sial! ujung-ujung jemarinya pun mendadak dingin. Kaki nya tidak sabaran, darahnya pun mendesir tidak karuan.

Ting!

Pintu lift terbuka.

Bergegas Alisa meninggalkan tabung besi itu di ikuti empat Ava di belakang nya. Seperti sudah mendapati aba-aba dari Ava yang bersama Alisa kini, Ava yang berada di dalam apartement Taehyung sudah berdiri teratur layaknya menunggu kedatangan presiden mereka. Pintu apartement juga sengaja di buka lebar-lebar menunggu Alisa datang.

DESTINY IN MY LIFE  ||  [PJM]✓Where stories live. Discover now