Bab 1

99 8 15
                                    

Nice shoot! Memelesat tepat pada sasaran. Semua berakhir indah ketika seluruh penjuru rumah telah dipenuhi aroma anyir karena merah telah menjadi penguasa seutuhnya.

*
*
*

"Apa imbalan yang kamu minta kali ini?" Gu Yiye memaku tatap pada sosok menawan yang tengah duduk pada sofa, pengawal pribadi yang ia beli pada tempat pelelangan dua tahun silam hingga berakhir menjadi partner setia, untuk urusan bisnis tentunya.

"Tidur dan tanpa gangguan. Hanya itu."  Sang partner menyimpan ponsel pada saku, membenarkan kerah jaket yang sedikit tertekuk, kemudian berdiri seraya menuju pintu.

"Sungguh? Tidak ada yang lain?" Gu Yiye memutar-mutar batang rokok dengan ujung yang masih terlihat menyala.

"Usahakan jangan mengusikku hingga tiga hari ke depan!" Membuka pintu, kemudian menutup secara kasar, Yang Zhen---sang partner setia Gu Yiye---mempercepat langkah bersama senyuman tipis ketika memiliki gambaran manis sebuah pertemuan.

A-Zhui ....

******

"Apa bagusnya memiliki ikatan? Bukankah mereka hanya membutuhkan teman tidur? Tsk, menggelikan!" Menekan puntung rokok pada asbak hingga membentuk lekukan, Gu Yiye menuju bar mini yang tidak jauh dari kamar, hanya terpisah tembok dan juga pintu, tempat menyimpan berbagai jenis minuman dengan kadar alkohol lebih dari tiga puluh persen.

Kaki Gu Yiye melangkah perlahan. Sejujurnya, ia sedikit terusik, sedikit kurang suka. Lebih tepat lagi, membenci hubungan yang tengah dijalani oleh si empu netra elang bersama seorang pemuda manis, pemilik netra sipit dengan tahi lalat kecil di bawah mata kiri.

"Sial! Mengganggu saja!" Menyambar botol minuman secara acak, lalu menuang pada gelas, Gu Yiye ingin memaki apa pun untuk kali ini. Kalau perlu, membakar Qin Zhui Liu hidup-hidup, memotong tubuhnya menjadi beberapa bagian, dan dijadikan makanan bebek.

"Tidak! Bukan bebek! Bukan, bukan, bukan! Apa aku sudah mabuk? Bukankah aku baru menghabiskan satu belas kecil?" Gu Yiye melirik pada botol yang tidak jauh dari lengan kanan.

"Ah, ternyata aku sudah menghabiskan lebih dari setengah liquor." Tersenyum miring, lalu memejamkan mata secara perlahan, Gu Yiye menjadikan meja mini bar sebagai alas kepala untuk tidur sekaligus berbantal kedua lengan.

"Terkadang," Gu Yiye mulai menyelami kegelapan seiring mata yang sepenuhnya terpejam, "aku merindukan sebuah pelukan." Gu Yiye menangis dalam diam ketika tersadar bahwa si empu netra kecokelatan itu masihlah manusia yang memerlukan orang lain untuk berbagi kesedihan.

Aku dibesarkan bersama teriakan memekakkan telinga ketika beberapa orang tiba-tiba terkapar sekaligus bersimbah darah. Aku tidak tahu cara memperlakukan orang lain dengan benar karena bagiku semua manusia sama saja---licik, tamak, dan serakah---hanya membutuhkan fisik sempurna dan tidak membutuhkan cinta.

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remove For You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang