Aku juga merasa sama dengannya.... Satu hal sederhana bisa menyenangkan sepanjang bersama Master....

Setelah itu, aku membuat Master mengatakan apa tujuan aslinya di dunia ini. Tentu saja, aku tahu apa itu sejak sangat awal, tapi aku hanya ingin mendengarnya langsung dari mulutnya, sehingga aku mendesaknya untuk mengatakannya. Kemudian, gelora emosi kebahagiaan memenuhi hatiku setelah mendengar itu darinya. Aku hanya sangat bahagia mendengarnya, bahwa Master ingin melakukan sebanyak itu hanya untukku. Aku tidak bisa menahan semua emosi itu lagi, jadi tanpa persetujuan pikiranku, aku membiarkan seluruh diriku dikendalikan oleh emosi-emosi itu yang membanjiri.

Aku berakhir... menciumnya di pipinya.

Seperti yang kulakukan... di 'malam' itu....

Tapi kemudian sebuah pemikiran datang ke pikiranku, yang beberapa kali terjadi dalam bulan terakhir ini. Aku selalu mengabaikannya sebelumnya, karena kami sangat bersenang-senang dan Master benar-benar terlihat senang setiap kali kami menghabiskan waktu bersenang-senang bersama. Tapi itu masih ada di sana, jauh di dalam hatiku, selagi juga menjulang di pojok pikiranku. Aku tidak bisa menghapusnya. Masih ada di situ, menungguku menghadapinya.

...

Apakah Master perlu melakukan semua ini untukku...?

...

Aku masihlah skill Master.... Aku hanya ada demi dirinya... untuk menjadi Partnernya... dan...

Tidak ada yang lain.... itulah sifat dari keberadaanku....

Bahkan Master menganggap dirinya... hanya menjadi dirinya sendiri, jika dia memiliki aku sebagai Partnernya....

...

Jauh di lubuk hati... aku merasa Master... tidak punya keharusan apa pun untuk melakukan sesuatu untukku.... Hanya akulah yang harus melakukan yang terbaik untuknya... krena aku masihlah skill-nya secara teknis....

Aku tahu Master ingin membuatku bahagia.... Dia bahkan bekerja keras untuknya.... Aku membiarkan dia melakukannya... karena itu juga membuatnya bahagia... jadi itu sebenarnya sesuai dengan tujuanku juga....

...

Tapi tetap saja... aku tidak bisa memahaminya....

Aku tidak merasa perlu untuk merasa bahagia...

Aku selalu puas dengan bagaimana kami sebelumnya....

Tentu saja, aku menghargai apa yang Master lakukan untukku...

Tapi tetap saja... aku merasa seolah... dia tidak perlu melakukannya...

...

Melakukan semua itu...

Hanya... untuk... aku...

...

Apakah aku benar-benar butuh... semua itu...?

...

Apakah aku betul-betul butuh... untuk merasa bahagia...?

...

Apakah aku sepenting itu untuk Master...?

Apakah itu kenapa dia melakukan semua itu hanya untukku...?

...

...

Aku tidak mau semua pikiran dan perasaan gila itu ada lagi, jadi aku mencoba menghapusnya, dengan menyuarakannya pada Master setelah aku menciumnya. Dan seperti yang kukatakan, aku mendapat reaksi yang sangat tak terduga darinya. Master terlihat sangat marah ketika dia mendengar kata-kataku, dan dia berdebat dengan semua kemampuannya. Dan dengan kata-katanya dan tindakannya, aku sepenuhnya menyadari... betapa besar kepeduliannya padaku... betapa pentingnya aku untuknya....

The New Story - That Time I Got Reincarnated as a Slime! (Indonesian-translated)Место, где живут истории. Откройте их для себя