Desember Wind

127 3 0
                                    

Pedestrian mulai ramai kala senja berarak turun, udara bulan desember terasa basah, mungkin angin membawa partikel air dari samudra dan menyeretnya kemari, langit tertutup awan meski bukan awan gelap yang membawa matrial hujan. Aroma kopi menyeruak dari kedai ujung jalan, berkolaborasi dengan aroma manis dari roti dalam panggangan, menghasilan kehangatan tersendiri bahkan tanpa menyentuhnya sama sekali.

Jungkook mengaduk cangkir kopinya sekali lagi sebelum menyeruputnya pelan, pahit americano langsung bertabarakn dengan indra pencecapnya, memberi sensasi menanangkan yang sudah menjadi candu. Ini sudah cangkir ke dua sejak duduk disini 30 menit lalu, entah karena benar ingin menikmati kopi atau sekedar menghilangkan rasa gugup. Terhitung sudah 10 tahun dari yang terakhir kali, bedanya, dulu setiap detik yang terlewat berisi suka cita, dengan berbagai kisah mulai dari hal-hal lucu sampai memalukan. Seakan semua tak pernah habis untuk dikisahkan, bersamanya. Ya dia. Kim TaeHyung. Mantan kekasihnya. Cerita cinta remaja yang masih buta dan naif. Bersikeras bahwa kisah mereka akan bertahan meski harus mementang norma, nyatanya mereka kalah. Meski sudah berjalan lebih dari 8 tahun, tak bisa meruntuhkan stigma sosial tentang hubungan sesama jenis.

Jungkook hancur kala itu, saat perpisahan menjadi satu-satunya pilihan. Kekasihnya harus menikah, selain untuk membersihkan namanya, tuntutan keluarga juga berperan besar kenapa kisah mereka terpaksa karam. Hingga JungKook memutuskan untuk pergi, sejauh mungkin agar tidak melihat pernikahan itu di depan matanya, jiwanya masih terlalu rapuh dengan hati yang berserak. Maka, meninggalkan negaranya bukanlah menjadi pilihan melainkan keharusan. Memilih Amsterdam sebagai tujuan untuk menyembuhkam diri sendiri, setelah 10 tahun, entah apakah bisa dikatakan berhasil jika seluruh poros hidupnya masih berpusat pada orang yang sama, hanya saja, rasa cinta yang dia miliki bukan lagi rasa cinta yang mengharuskan ingin bersama namun rasa cinta penuh keikhlasan dengan semboyan 'aku bahagia jika kau juga bahagia'. Dan Jungkook memilih hidup dengan rasa yang seperti itu, karena tak lagi bisa bersama bukan berarti saling lupa, sedangkan kisah yang dulu pernah terukir sudah menjadi prasasti dalam diri.

Tepat ketika jam di pergelangan menunjukkan waktu dimana mereka merencenakan janji temu, Lonceng yang tergantung di belakang pintu cafe berdentang, pertanda ada seseorang masuk, dan benar saja, tatapan JungKook seketika terkunci pada entitas orang yang baru saja melewati pintu. Kim TaeHyung. Dia masih benar-benar sama, tak ada yang berubah selain terlihat lebih matang dari sebelumnya. Mata Hazelnya menangkap sosok Jungkook yang sedang duduk di meja ujung dekat perapian, ah dia ingat, ini dulu tempat favourite mereka, karena selain hangat, pemandangan disini juga langsung mengarah pada sungai besar yang membentang sepanjang kota. Senyum kotaknya mengembang begitu maniknya bersibobrok dengan manik sehitam jelaga milik JungKook, rasanya sudah sangat lama, TaeHyung rindu, sangat rindu bahkan, sayangnya manik hitam yang serupa galaksi bima sakti itu harus berkabut oleh air yang beriak memaksa untuk turun. Ada nyeri yang mencubit tepat pada ulu hati milik TaeHyung, karena sekali lagi, dia penyebab binar mata milik JungKook meredup.

"Sudah lama" TaeHyung menarik kursi depan JungKook dan menjatuhkan diri disana, suara berat miliknya bagai symphony yang mengalun dalam pendengaran Jungkook. Jungkook hanya tersenyum tipis, menyeruput kopinya sekali lagi guna mengalihkan debaran jantungnya yang semakin menggila, bahkan tangannya sudah mulai gemetaran. Menyusupkam telapak tangan kebawah meja setelah meletakkan cangkir kopi pada cawan.

"Belum terlalu" jawabnya lirih dengan jemari saling meremat. Sedikit menundukan pandangan agar kegugupannya tak bisa terbaca. Sayangnya itu semua percuma, TaeHyung terlalu mengenalnya, luar dalam.

TaeHyung tersenyum tipis melihat lelaki didepannya menunduk dalam, persis seperti siswa smp yang ketahuan mencuri uang kas kelas. Ingin sekali TaeHyung merengkuh JungKook dalam dekapan, tapi dia bisa apa, pertemuan ini hanya berbatas sebagai pertemuan teman lama. Jangan mengira TaeHyung juga tidak gugup menghadapi hari ini, bahkan dia tidak bisa tidur nyenyak sejak diberi kabar oleh Jimin bahwa JungKook akan pulang satu minggu lalu. Jika diperhatikan lebih seksama, ada kantung mata hitam yang sedang berusaha ditutup dengan concealer tebal.

One Shoot TaekookWhere stories live. Discover now