surat darimu (Leona K.)

65 8 0
                                    

Tersisa satu kotak lagi dan Leona bisa segera mengosongkan kamar ini pada akhirnya. Studinya di negeri penuh salju telah berakhir sejak kemarin. Hal itu tentunya dimanfaatkan Leona untuk langsung mengepak semua barangnya sehingga ia bisa keluar besok, atau paling lambat lusa.

"Dan untungnya hanya butuh sehari untuk berberes," katanya meneruskan. Ia sudah menghubungi istana dan beberapa pelayan akan datang sekitar 30 menit lagi. Mereka akan membantu Leona membawa barang-barangnya kembali ke istana tentunya.

Benar. Leona akan kembali ke istana dan dia tidak memiliki pikiran untuk tinggal sendiri. Satu tahun berada di "rumah" orang lain, membuat Leona sadar betapa ia masih memerlukan keluarga serta orang-orang yang dikenal. Usia kepala dua sekalipun tidak membuatnya dewasa sepenuhnya ternyata.

Sang pangeran kedua membuang nafas panjang. Ia berjalan mendekat ke ranjangnya yang sudah tidak berselimut seprai dan mendudukkan diri di pinggir. Ia baru sadar kalau seluruh badannya remuk saat duduk begini. Kelihatannya, begitu sampai istana nanti, Leona akan langsung merebahkan diri di kasurnya tanpa pikir panjang. Tidak peduli celotehan sang kakak yang bisa saja ia terima, Leona tetap akan memaksa tidur.

"Mandi malam-malam juga boleh." Di kepalanya sudah terancang apa-apa saja yang akan dilakukan setelah bangun tidur nanti. Berendam di bathtub selama yang ia mau, kemudian makan sebanyak yang ia inginkan. Menjadi tidak bermartabat dalam semalam bukan hal yang buruk.

Baru saja Leona menyalakan ponselnya untuk sekadar scrolling Magicam, matanya seketika terpaku pada tanggal yang ditunjukan benda pintar tersebut. Dia sadar kalau dirinya ini memang termasuk dalam tipe orang-orang pelupa, tapi rasanya agak mustahil kalau sampai Leona melupakan tanggal lahirnya sendiri. Ya, rupanya hari ini sudah tanggal 26 Juli yang berarti besok adalah hari ulang tahunnya.

Leona hanya diam mematung dalam posisinya. Ibu jari yang tadi berniat untuk menari di layar ponsel pintarnya, mendadak patuh akan perintah otaknya untuk ikut diam. Jika dibayangkan, yang ada di dalam kepala Leona sekarang sama halnya dengan serial animasi anak-anak yang ada di televisi. Ada banyak sosok serupa dirinya, berlarian ke sana ke mari, membuka laci meja, lemari, dan sebagainya, hanya untuk mencari entah apa. Semua data yang harusnya tersimpan seakan lenyap begitu saja, bak ada yang mencuri.

Tampaknya sang singa muda perlu waktu cukup lama untuk berbenah diri. Kalau ditanya apakah ini kali pertama ia mendadak jadi orang yang "berbeda" di waktu-waktu menjelang hari lahir, ya, ini yang pertama terjadi dalam 21 tahun hidupnya. Dan kalau ditanya lagi apa hal yang bisa membuatnya seperti ini, jawabannya bisa saja ada pada gadis muda yang ditemuinya dua tahun lalu, dan tidak lagi bisa ia lihat dalam satu tahun belakang ini. Bahkan kemungkinan besar Leona tidak akan pernah bisa melihat gadis itu lagi dalam sisa masa hidupnya.

Setelah berhasil kembali ke dirinya lagi, Leona berdiri dan berjalan mendekat ke salah satu kardus yang tidak ditumpuk. Berjongkok di depan kardus tersebut, Leona mencoba mencari sesuatu. Terasa sia-sia usahanya yang nyaris tidak tidur semalaman hanya untuk merapikan ini semua. Namun ia tidak menghiraukan itu karena dirinya juga tidak masalah kalau harus merapikannya lagi. Selama apa yang dicarinya ketemu, maka itu lebih dari cukup.

"Oh ...." Tampaknya apa yang ia cari berhasil ditemukan. Sebuah buku dengan ketebalan standar. Di sampul buku tersebut tertulis "Kelas Sains" yang langsung bisa ditangkap kalau buku itu merupakan bekas catatannya dulu saat masih belajar di NRC.

Leona membawa buku itu kembali ke sisi kasur. Ia membuka tiap lembarnya perlahan, tapi juga agak tidak sabar. Tak lama setelah membuka dan melompat ke beberapa halaman ke belakang, akhirnya Leona menemukan selembar kertas terlipat yang terselip di buku itu.

Seulas senyum menghias wajah tampannya. Bukan senyum penuh rasa remeh atau ketidaksukaan terhadap sesuatu. Senyum yang tengah ia pamerkan sekarang ini merupakan senyum tertulus yang pernah ia tunjukkan. Dan sepertinya tidak ada yang pernah melihat senyum Leona yang satu itu, kecuali satu orang.

Our Stories in Twisted WonderlandWhere stories live. Discover now