Bab 1

111 6 14
                                    

Seberapa lama manusia mampu bertahan sendiri? Masa lalu tidak selamanya mampu dipeluk. Tubuh menginginkan sebuah kehangatan ketika usia tidak lagi menduduki kata remaja.

*
*
*

"Aku memiliki banyak kenalan. Salah satunya," mendekat seraya berbisik, "dia duduk di sebelah sana, deretan kursi nomor dua dari meja paling belakang." Menjauhkan kepala dari sosok menawan yang tengah mengedarkan pandangan, sang pihak lain menepuk bahu si tuan muda, kemudian menjauh bersama senyuman miring setelah melancarkan sejurus aksi nekat seiring harapan besar sebuah keberhasilan.

"Semoga saja tidak mengecewakan." Mengembuskan napas lelah, sang pihak lain menuju meja paling besar yang berisi beberapa tamu penting sekaligus pemilik rumah.

"Apa semua berjalan lancar?" Ibu dari sang tuan muda, meminta si pihak lain---kakak sepupu sekaligus sahabat  sang tuan muda---untuk duduk pada kursi kosong di hadapan.

"Semoga saja, Bi. Kali ini harus berhasil. Sudah cukup lama dia terkubur kesendirian hingga lupa cara menjalin hubungan dengan benar. Aku tidak mau adikku menjadi kakek-kakek peyot sebelum menikmati indahnya sebuah pernikahan." Terkekeh di antara riuh sebuah pesta, berharap sendu dan juga pilu akan segera menghilang, si empu iris abu menatap dari kejauhan, menunggu aksi sang adik yang tengah mendekat pada sasaran.

"Apa kamu yakin pemuda manis itu akan menyukai putraku?" Nyonya Chen berusaha bersikap santai meskipun debaran jantung sudah tidak lagi terkontrol. Feng Hao Xing---kakak sepuluh Chen Yu---meletakkan gelas kosong pada meja, menggenggam jemari sang nyonya besar, memberikan sapuan hangat seraya menenangkan.

"Kita hanya bisa menunggu, Bi. Semua tergantung garis takdir yang akan menuntun mereka." Benang merah terbentang tidak kasatmata, tengah menunggu sebuah ikatan akan tercipta. Sang tuan muda berulang kali menghela napas ketika gugup tengah menguasai seirama langkah kaki yang kian dekat pada sosok manis di hadapan.

"Sial! Aku seperti pemuda ingusan! Bukankah ini sangat memalukan?!" Mengehentikan langkah, lalu duduk pada kursi kosong yang tidak jauh dari jangkauan sang sasaran, Chen Yu menekan kedua siku pada permukaan meja, menutup wajah dengan telapak tangan, mencoba mengabaikan rasa penasaran ketika dihadapkan pada sosok manis yang tengah asik mengobrol dengan pihak lain.

"Apa aku bisa menjadi salah seorang yang menarik perhatian pemuda manis itu?" Pikiran tiba-tiba kusut, kepercayaan diri tengah menghilang secara perlahan, Chen Yu melupakan niat untuk berkenalan hingga memutuskan untuk melupakan sosok manis yang tiba-tiba memaku tatap pada sang tuan muda.

Manis, kata pertama yang terlontar ketika dua pasang mata tengah saling menyelami sebuah rasa. Menatap hingga enggan berkedip, menimbulkan sensasi aneh sekaligus hangat ketika dihadapkan pada iris kecokelatan bersama seulas senyum menawan.

Bolehkah Chen Yu berharap untuk kali ini? Ketika hati membutuhkan sosok untuk mengisi, mampukah sang tuan muda berjuang hingga berdiri pada altar pernikahan?

"A-Ding," suara berat seorang pemuda, tiba-tiba membuyarkan lamunan Chen Yu dari angan manis sebuah hubungan, "sudah malam. Kita pulang, oke?" Hao Ze Yu, pemuda yang tengah memberikan ciuman lembut pada si pemuda manis, harus menjadi penengah dari sebuah hubungan yang bahkan belum terbentuk.

"Ge, aku janji tidak akan mabuk," merengek seraya mengerucutkan bibir, Cai Ding menolak ajakan si pemuda, meminta waktu lebih lama untuk menikmati pesta.

"Tidak mabuk, heum? Lihatlah, pipimu bahkan terlihat memerah." Menarik lembut lengan Cai Ding, Hao Ze Yu tidak menyerah untuk membujuk si empu paras manis agar mau beranjak dari kursi.

"Biarkan saja dia di sini lebih lama. Lagi pula, aku sudah menganggap Cai Ding sebagai putraku sendiri." Sedikit mengejutkan, Hao Ze Yu bahkan bergeming, mencoba mencerna situasi yang tiba-tiba berubah akrab.

"Dia sahabat Feng Hao Xing. Jadi, dia juga putraku." Memberikan senyuman tulus, Nyonya Chen melirik sang putra yang tengah mematung ketika melihat tindakan nekat sang ibu.

"Bu, dia---"

"Ah, putraku akan mengantarkan Cai Ding pulang jika dia tidak ingin menginap nantinya." Chen Yu menepuk dahi, lalu memijat pelipis ketika mampu membaca isi kepala sang nyonya besar.

Ibuku bahkan satu langkah lebih cepat dariku.

TBC.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Aug 19, 2021 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

SenyumanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt