Bab 1

112 10 17
                                    

Menggapai sesuatu yang sekiranya menarik dan belum pasti, lantas melepas beberapa hal yang sudah berada dalam genggaman. Cai Ding menyusuri koridor kampus bersama harap sebuah pertemuan.

*
*
*

"Maaf, bisakah aku bertemu dengan pemuda ini?" Menunjuk ponsel seraya menghadapkan layar pada seorang pemuda yang kebetulan melintas pada jalanan di sekitar area kampus, Cai Ding, si pemilik wajah manis dan kian manis dengan poni sepanjang alis itu, masih terengah setelah berlarian selama tiga menit.

"Tentu," si pemuda asing tersenyum secara paksa, "itu pun jika ia tidak menendangmu lebih dulu!" Memajukan wajah seraya menunjuk bahu kiri Cai Ding, si pemuda asing berlalu begitu saja setelah mengatakan kalimat pedas yang membuat hati sedikit nyeri.

"Apa aku terlihat sangat jelek? Bukankah aku pemuda paling manis ketika masih tinggal di Chongqing?" Bibir kian mengecil hingga membentuk kerutan samar, Cai Ding mengembuskan napas lelah, memutar badan, membawa kaki melangkah berkeliling seraya menunggu seseorang datang untuk membawa pulang.

Tinggal di sebuah negara asing, tidak memiliki banyak sahabat ataupun teman dekat, Cai Ding sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan luar, pun selalu bergantung pada satu orang, sosok menawan yang sepertinya begitu terkenal di lingkungan universitas.

"Gege, A-Ding lapar," merengek seraya menyandarkan punggung pada sebuah kursi panjang di sekitar area universitas setelah kaki merasa pegal sembari mengusap perut, si empu kaca mata bulat nan besar itu memilih untuk memijat kaki, menghilangkan penat untuk sejenak seraya melirik beberapa kali pada lalu lalang mahasiswa bersama senyuman kecil.

"Apa aku benar-benar terlihat aneh? Mereka bisa menyapaku, kan? Aku bisa berbicara bahasa mereka meskipun aku bukan berasal dari negara ini?" Menghela napas berat, Cai Ding menghentikan pijatan pada kaki, kemudian memutuskan untuk mencari sendiri keberadaan seseorang meskipun harus berkeliling hingga lelah.

"Hao Xing Phii! A-Ding datang!" Bayangkan sendiri betapa konyol ekspresi pemuda manis itu, kedua lengan terulur seraya membuat kepalan tinju yang mengarah ke langit, tersenyum penuh hingga memperlihatkan deretan gigi putih yang ia miliki, mengabaikan beberapa pasang mata yang tiba-tiba memberikan tatapan kebingungan ketika dihadapkan pada sosok asing yang tengah mengeluarkan suara lantang, pun di tempat yang tidak ia kenal.

"Permisi, maaf mengganggu sebentar. Bisakah kalian membantuku bertemu dengan gegeku? Hanya sebentar. Aku janji tidak akan mengganggu." Berkedip Beberapa kali, berbicara cepat bersama logat aneh meskipun tidak menghilangkan makna di dalamnya, Cai Ding memberanikan diri bertanya dengan salah seorang mahasiswa yang kebetulan tengah mengobrol di sekitar koridor kampus.

Namun, bukan sebuah persetujuan ataupun anggukan sebagai jawaban, Cai Ding mendapatkan tatapan aneh untuk sekali lagi. Si pemuda asing melihat tubuh pendek di hadapan dari ujung topi hingga sepatu, plus sweater abu orange yang menempel sedikit kebesaran pada tubuh. Jangan lupakan kacamata bulat yang menempel pada wajah.

"Apa kamu mahasiswa pindahan atau semacamnya? Maaf, hanya saja," melihat Cai Ding seraya mengernyit, "kami belum pernah melihatmu." Haruskah mereka mendapatkan gelar pemuda tampan sekaligus bodoh ketika di hadapkan pada sosok manis yang tengah kebingungan? Bukankah sudah terlihat jelas? Cai Ding menggembungkan pipi seraya mengentakkan kaki, melihat pada mahasiswa di hadapan bersama rasa jengkel ketika sangat sulit untuk bertemu dengan seseorang.

"Siapa nama gegemu?" Si pemuda menempelkan jari telunjuk pada jari, pun secara refleks tawa dari beberapa mahasiswa yang melihat tingkah menggemaskan Cai Ding tiba-tiba terhenti.

"A, itu---"

"Nakal! Beraninya mengikuti gege sampai ke kampus, heum?"

TBC.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Phi  ChaiWhere stories live. Discover now