02. Janji

6.9K 1.3K 971
                                    

"Tolong... bunuh aku!"

Sang gadis menuntut Sanzu untuk berbalik menatap manik kelam obsidian yang dimilikinya. Bukan tatapan sedih, hanya kosong, seakan tidak ada kehidupan.

Ya, tatapan yang sama seperti milik Mikey, pemimpinnya.

Sanzu menepis kasar pegangan Sang gadis dan mundur menjauh.

"Kh! Haha ha ha ha hahaha!" Pria berambut merah muda itu tertawa kencang sambil menutup mata.

"Huh?"

"Hahaha ha hahhh..." Sanzu menghela nafasnya dan kembali melempar tatapan tajam pada Sang gadis yang saat ini terdiam.

Sanzu maju dan mencekik leher gadis itu hanya dengan satu tangannya.
Ia sedikit menekan saluran pernapasannya untuk memastikan sesuatu.
Tapi, nihil gadis itu sama sekali tidak mengubah ekspresi wajahnya seperti yang Sanzu harapkan.

"Oi, kau ini gila ya?"

Mata gadis itu mengerjap lucu dan Sanzu tiba-tiba ingin muntah.
Ia melepaskan cekikannya.

"Aku tidak berselera membunuh boneka sepertimu."

"Boneka?"

Sanzu mengamati gadis itu dari ujung kepala sampai kaki, tentu saja ia sedikit curiga. Ia pun membungkuk, menjajarkan tingginya dengan Sang gadis.

"Kau, benar-benar ingin mati?"

"Iya."

"Kenapa?"

"Karena aku, menginginkannya."

Sanzu mematung, habisnya gadis itu menjawab tanpa ragu sedikit pun.

"Jawaban macam itu?!" Protes sang pria, "Berikan alasan yang bagus!"

"Alasan?"

Sanzu kembali menatap gadis kecil yang dianggapnya gila, "Sudahlah, sudah kubilang aku tidak berselera."

"Kenapa?" Tanya Sang gadis sedikit menuntut, "Bukankah tadi kau membunuh banyak orang?"

"Dengar ya, aku hanya menghukum dan membunuh pengkhianat." Sanzu mengusap kasar pucuk kepala Sang gadis, "Untuk bocah sepertimu, enyahlah!"

Sang gadis tersentak, permintaannya ditolak begitu saja sebab ia tak memiliki alasan yang kuat.
Ekspresinya berubah cemberut, kemudian tangan mungilnya memegang tangan kekar Sanzu yang masih dipucuk kepalanya.

"Bagaimana caranya jadi pengkhianat?"

"..."

Dia terdiam. Sejenak, Sanzu merasa ada yang aneh dengan kaum hawa yang kini ada dihadapannya. Permintaannya sungguh diluar akal.

"Bagaimana?"

"Hah? Mana kutahu!" Marah Sanzu.

"Apa pria diluar tadi tahu caranya?"

Sanzu terkesiap, "Tidak!! Kau tidak boleh keluar ataupun mendekati mereka!"

"Wakatta."

"Huh?" Sanzu kembali dibuat kaget sebab gadis itu menuruti perkataannya dengan mudah.

"Ah, aku bisa gila!" Batin Sanzu.

Pria itu berjalan mendekati pintu, berniat untuk kembali. Tapi sebelumnya, ia bertanya sesuatu.

"Namamu?"

"Aku... tidak tahu."

"Hah?!" Sanzu menoleh kaget, "Oh ya, aku lupa kalau kau anemia."

"Anemia?"

"Ya semacam itu lah." Sang gadis malah memandang Sanzu aneh.

"Nama ya..." Sanzu mulai berpikir, "Jamilah? Siti? Argh tidak cocok!"

Blue Moon | Sanzu Haruchiyo Where stories live. Discover now