43.Rasa Bimbang

Start bij het begin
                                    

Sialan. Aku lupa ada satu lagi iblis menyebalkan di sini, bahkan paling menyebalkan dari yang pernah ku temui. Tuhan, kapan kau memberiku kesempatan untuk melihat Douma terbujur kaku dengan kalimat penyesalannya? Aku menantikan saat-saat itu.

Ternyata memang benar, Satu-satunya iblis yang cukup normal hanya Akaza, meski aku masih menganggapnya brengsek karena hampir membunuh Kyou-nii. Terkadang aku pun merindukan Akaza. Kira-kira, apakah Akaza dan Koyuki-nee sudah melangsungkan pernikahan di atas sana?

Ugh, aku sedikit khawatir. Jika memang benar, apakah ada yang menghadiri pesta pernikahan mereka, ya? Akaza kan cukup sinting karena telah membunuh banyak manusia selama ini, mana ada yang mau datang dan kasih amplop. Jika tidak ada yang datang, maka siapa yang makan prasmanan di sana?! Lauknya ke buang sia-sia dong! Aelah, jadi pengen mampir ke akhirat.

Hihi, terkadang jika mengingat iblis bucin yang satu itu membuatku tertawa, dia memang lucu, tapi jalan yang diambilnya salah. Ah, tidak. Ini seratus persen bukan salahnya, semua ini salah Muzan.

"Yah, aku tau sih si bodoh ini belum pingsan, tapi aku akan memberitahu kalian apa alasannya."

HAH?! APA?! Dasar orang gila! Jadi selama ini dia tau kalau aku belum pingsan?! Ahh, menyebalkan! Lalu untuk apa selama ini aku berpura pura terdampar seperti ini? Seharusnya ku hajar saja sialan itu sedari tadi.

Namun, hal itu menimbulkan pertanyaan baru di benakku. Perkataan Muzan seolah memperkuat keingintahuanku perihal jawaban yang akan diberikan Muzan. Bukan berarti aku menginginkannya, tapi bukankah aneh jika Muzan tetap santai dan membiarkanku tiduran di dimensinya? Kenapa dia tidak menusukku lalu membuatku mati?! Setidaknya aku bisa menghadiri pesta pernikahan Koyuki-nee dan Akaza.

Dan lagi, ini menambah kecurigaanku bahwa Muzan memang bisa membaca pikiran. Bukankah tidak sadarkan diri merupakan hal yang wajar setelah semua cedera yang aku terima? Aku memainkan peran ini dengan mempertimbangkan kejadian sebelumnya. Tapi bagaimana bisa Muzan tetap tau aku tidak pingsan?!

"Lagipula Tamayo pasti sudah memberitahunya, aku tidak ingin mengakuinya tapi wanita itu memang menyusahkan."

Baiklah, ada satu hal yang aku pahami saat ini. Muzan benar-benar tidak bisa membaca pikiran. Apa yang aku ketahui dari Tamayo-san tidak berhubungan sama sekali dengan pertarungan kali ini, itu artinya masih ada rahasia lain yang belum aku ketahui. Dan ini, suatu keberuntungan!

Sudah ku duga, sepintar apapun atau sesempurna apapun makhluk seperti Muzan, setidaknya ia bisa melakukan kecerobohan. Ha! Sekarang kau tau siapa yang terkuat di sini! Astaga, jika saja aku tidak berakting sedang pingsan—meskipun sudah ketahuan, aku akan tertawa keras dan mencoba mengguncang mentalnya lagi, pasti keren. Haha! Percaya diri sekali aku ini.

Kami-sama, terimakasih. Meskipun dengan mengorbankan tubuhku sehingga penuh luka dan cedera berat, setidaknya aku mendapat sedikit hasil dari segala rasa sakit yang aku terima.

Baiklah, sekarang aku serahkan sudut pandang cerita kepada sang author.

"Pada dasarnya darahnya memang memiliki kemampuan untuk membuat iblis tahan terhadap sinar matahari." Muzan memulai penjelasannya, tatapannya tak beralih barang sedikitpun dari gadis yang tergeletak di bawahnya.

"Dan jika darahnya saja memiliki kemampuan sehebat itu, sesuatu yang menjadi inti darinya akan lebih berguna. Jantung, aku harus memakannya agar aku bisa abadi. Nah, kau sudah tau, kan?"

Muzan menekan tubuh (Y/n) dengan kakinya, melihat gadis itu tetap bergeming di tempat membuatnya bosan. Padahal ia pikir gadis itu bisa melawannya lebih lama lagi, dasar payah! Pikirnya.

Memories || Kimetsu no YaibaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu