"Maksudku, minta Taehyung Oppa saja yang datang kesini Al." Aera menjelaskan ide nya ke gadis yang sejak tadi kebingungan ini.

Seketika Alisa luruh. Tubuhnya kembali jatuh ke kursi tanpa peringatan. "Tidak Ae, Taehyung Oppa tidak boleh tau." tolaknya. Wajahnya ia tidurkan ke meja, sedang satu tangan menjadi penyangga.

"Lebih baik Taehyung Oppa kan dari pada suami mu?" sambung Lyra si gadis yang sesekali bicara itu tapi selalu mengejutkan. Jelas sekali saat Alisa langsung menegakkan kepalanya dan menatap galak ke arah Lyra.

"Kenapa? kau terlihat marah saat Lyra menyebut suami mu? apa kalian sedang tidak baik--"

"Diam!" sela ketiga gadis itu serentak.

Yeonjun langsung lemah mental. Pria jangkung itu komat kamit tidak jelas karna kesal. Pun dari pada tidak ada yang ia kerjakan, Yeonjun lantas mengeluarkan benda pipih itu dari dalam saku celana sekolah.

Mencari aplikasi message lalu mengetikkan beberapa kalimat pada kontak bernamakan; Bigboss di layar ponselnya. Pesan pun terkirim. Berisi sebuah laporan yang sudah beberapa hari ini tidak pernah Yeonjun lewatkan.

Namun kali ini kalimat yang ia kirim sedikit berbeda dari biasanya; Bos, semua berjalan lancar,

..menjadi; Apa tugasku selanjutnya?.

Kembali lagi ke tiga gadis tadi--Alisa menimbang-nimbang apa yang Lyra ucapkan. Benar juga sih, Taehyung kan kakak nya, berarti Taehyung juga adalah wali nya.

"Tunggu apa lagi?" sentak Lyra kemudian. "Cepat beri tahu kakakmu."

Mengangguk malas, akhirnya Alisa mengeluarkan benda pipih itu juga. Memfotokan surat yang sudah lusuh ia remas tadi lalu ia kirimkan ke Taehyung.

Alisa menghela nafas dan meletakkan ponselnya pasrah keatas meja. Home chat nya bahkan tidak menampilkan nama seseorang yang sejak kemarin Alisa tunggu kabar nya. Kenapa tiba-tiba sesak sekali.

Ia palingkan wajahnya yang sudah terlalu lusuh itu menatap keluar jendela. Satu tetes air mata pun lolos begitu saja. Alisa usap dengan jemarinya membawa sakit dan sesak di dalam dada. Sial! kenapa buliran selanjutnya ikut turun juga?

Lagi--ia usap lagi. Dan air mata nya turun lagi. Berulang kali Alisa usap terus dan air matanya semakin deras juga jatuh. Saat Alisa ingin menyeka kembali, Aera menahan tangannya. Seketika Alisa menoleh. Ia tatap gadis itu nanar sedang menggeleng lirih kepadanya.

"Biarkan saja." ucap Aera pelan. Di usap nya punggung Alisa menenangkan. "Sudah lama kau menahan-nahannya kan? kini keluarkan semuanya."

*******







Sudah empat puluh menit rasanya Lyra, Aera dan Yeonjun berdiri di depan kaca ruangan bernamakan ruang guru. Mereka mengintip apa yang di lakukan tiga orang di dalam sana, yakni Alisa, kakaknya dan Mina Seam.

Tampak punggung Alisa luruh dari belakang sana. Apa gadis itu menangis di depan Mina Seam dan Taehyung? itu yang Lyra dan Aera pikirkan. Pasti sulit sekali menjadi Alisa. Aera jadi bisa merasakan bahwa kalau sudah menikah itu bukan soal bagaimana kita akan mencari kebahagiaan sendiri, tapi bagaimana suami istri itu bahagia dan mempertahankan rumah tangga nya.

Dan benar saja, ketika Alisa dan Taehyung bangkit dari kursi, membungkuk sebentar ke Mina Saem lali berbalik. Bibir Aera dan Lyra seketika ikut mengecurut sedang manik itu tidak suka melihat satu temannya sedang bersedih.

Alisa tampak mengusap wajahnya sebentar sebelum ia tersenyum ke arah teman-temannya yang entah sejak kapan ada di depan ruang guru menunggu.

Ketiga nya pun serentak sedikit membungkuk lalu menyapa Taehyung. Sedang pria tampan itu hanya sedikit tersenyum membalas.

DESTINY IN MY LIFE  ||  [PJM]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang