"Sini Nak!" Jaemin mengambil alih Jisung dari gendongan Jeno. "Tuh liat ada adik bayi!"

Jisung menatap kedua bayi mungil di hadapnnya dengan penasaran. Lalu ia mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Kangmin dan Minjae bergantian. Ia tertawa geli melihat bayi mungil itu tersenyum ke arahnya.

"Na! Dik cuu, eung!" Jisung berujar dengan raut wajah antusias pada Bunanya.

Jaemin terkekeh geli. "Adik bayi lucu. Iya?"

"Jisung mau punya adik bayi yang lucu kayak gitu nggak?" Jeno bertanya.

Jisung beralih menatap ayahnya. Ia mengedip pelan sebelum akhirnya mengangguk dengan semangat.

"Tuh Na, Jisung pengen punya Adik!"

"Hih!" Jaemin mencibir. Jeno ini mengada-ngada. Jisung belum juga genap satu tahun, masa iya mau hamil lagi?

"Eh kandungan kamu gimana Chan?" tanya Renjun pada Haechan.

"Sehat kok. Kemarin baru habis USG juga." jawab Haechan.

"Wah! Kata dokter jenis kelaminnya apa?" tanya Jaemin kali ini.

"Aku sama Kak Mark minta dirahasiain. Biar jadi kejutan nantinya." jawab Haechan lagi.

"GUYS! MAKAN DULU YUK! NIH GUE UDAH BELIIN PIZZA." seru Guanlin sembari mengangkat plastik berisi empat kotak pizza.

"Asik! Makan!"

.

.

.

Lima bulan berlalu dengan cepat. Buah hati Guanlin dan Renjun juga menjadi semakin aktif. Bayi kembar itu sudah bisa membalikan badannya sendiri menjadi tengkurap, dan juga sudah bisa duduk sendiri tanpa dibantu walau hanya beberapa saat.

Tapi sore ini, Renjun dilanda pening. Kedua buah hatinya tak berhenti menangis. Renjun tidak tau apa penyebabnya. Minum susu tidak mau. Saat dicek popoknya juga belum penuh.

"SAYANG, MAS PULANG!" teriak Guanlin begitu memasuki rumah. "Eh, baby kenapa Dek?"

"Nggak tau Mas. Daritadi nggak berhenti nangis." jawab Renjun.

Guanlin mengambil alih Kangmin dan Minjae dari gendongan Renjun. Ia menimang kedua buah hatinya sekaligus. "Baby mau apa hm? Kenapa nangis?"

Ajaibnya Kangmin dan Minjae memberhentikan tangisnya. Mereka menatap sang ayah dengan mata yang basah sehabis menangis.

"Mereka pengen sama Daddynya ternyata." Renjun terkekeh. Ia menepuk-nepuk paha buah hatinya pelan.

"Jangan nangis lagi ya kesayangan Daddy. Bunda khawatir kalau kalian nangis terus."

"Mas, maaf ya.."

Guanlin mengernyit begitu Renjun meminta maaf kepadanya. "Minta maaf buat apa sayang?"

"Adek belum masak buat makan malem. Nggak sempet karena tadi Kangmin sama Minjae nangis terus. Maaf ya." sesal Renjun. Matanya yang berkaca-kaca menatap lurus pada Guanlin.

"Sstt, nggak apa-apa sayang. Kan kita bisa delivery." balas Guanlin. "Baby twins udah bobok nih. Ayo ke kamar habis itu baru kita pesan makan."

"Sini Mas, biar aku yang gendong Kangmin." ucap Renjun lalu mengambil alih Kangmin dari gendongan Guanlin. Ia kasihan melihat suaminya menggendong Kangmin dan Minjae sekaligus, walaupun sebenarnya Guanlin nggak masalah. Toh dia kuat dan bisa kok buat gendong dua buah hatinya sekaligus.

Keduanya membawa Kangmin dan Minjae ke kamar. Iya, kamar yang waktu itu di dekor oleh Renjun. Sesampainya di kamar mereka meletakan bayi kembar itu di dalam box bayi lalu menyelimutinya.

"Sleep well, twins. Daddy sayang kalian berdua!" Guanlin mencium kening Kangmin dan Minjae bergantian dengan penuh kasih sayang.

"Mimpi indah kesayangan Bunda. Bunda sayang kalian!" Sama dengan Guanlin, Renjun pun menundukan tubuhnya lalu mengecup pipi Kangmin dan Minjae bergantian.

"Adek mau makan apa malam ini?" tanya Guanlin.

"Um..Adek mau ayam bakar aja Mas. Udah lama nggak makan itu." jawab Renjun.

Guanlin mengeluarkan handphonenya dan menyerahkan pada Renjun. "Adek pesen sendiri aja ya. Pesen sepuasnya Adek. Mas mau mandi dulu, gerah banget nih."

"Okay deh. Jangan lama-lama Mas mandinya, nanti masuk angin." ucap Renjun mengingatkan.

"Iya sayang." Guanlin mencuri satu kecupan di bibir Renjun sebelum berlari menuju kamar untuk mandi dan berganti baju.

Sedangkan Renjun duduk di sofa dan memesan makanan untuknya dan untuk Guanlin.

.

.

.

"Mas capek ya? Mau Adek pijetin nggak?" tanya Renjun.

Guanlim menarik tangan Renjun membuat lelaki manis itu terduduk di pangkuannya. Ia menyibak poni Renjun yang sudah mulai panjang dengan tangannya.

"Harusnya Mas yang tanya, Adek capek ya seharian ngurus baby twins?"

Renjun tersenyum hangat. "Nggak kok Mas. Itu kan udah tugas Adek. Lagipula Adek suka kok, Kangmin sama Minjae banyak banget tingkahnya."

Guanlin terkekeh pelan. "Dek, makasih ya.."

Renjun mendongak untuk menatap suaminya. "Makasih buat apa Mas?"

"Terimakasih buat semuanya. Terimakasih udah mau jadi pendamping hidup Mas. Terimakasih udah mau nerima Mas yang banyak kekurangan ini. Terimakasih udah buat hidup Mas jadi lebih bahagia. Kalau nggak ada Adek, mungkin Mas nggak sebahagia saat ini. Terimakasih udah jadi istri yang baik buat Mas, dan Bunda yang baik buat Baby Twins. Adek itu segalanya buat Mas. Maaf kalau selama ini Mas belum bisa jadi suami yang baik buat Adek, Mas masih banyak kekurangan. Jangan pernah tinggalin Mas ya. Mas cinta banget sama Adek, ngelebihin apapun."

Renjun mau nangis dengar perkataan Guanlin barusan. Ia terharu.

"Mas, Adek juga mau bilang terimakasih. Mas udah jadi suami yang baik buat Adek, dan Daddy yang baik buat Baby Twins. Mas juga segalanya buat Adek. Terimakasih atas semua yang Mas kasih buat Adek. Adek ngerasa jadi orang paling beruntung di alam semesta ini karena punya suami kayak Mas. Adek nggak akan pernah tinggalin Mas. Mas juga jangan pernah tinggalin Adek ya. Ayo kita menua bareng-bareng. Adek juga cinta sama Mas. Cinta banget."

Mereka saling berpelukan dengan begitu mesra. Guanlin berkali-kali menciumi kening Renjun dengan lembut seolah menyalurkan rasa cintanya yang begitu dalam pada sang istri.

Setelah cukup lama Guanlin melonggarkan pelukannya, ia mengusap sisi wajah Renjun dengan satu tangan dan menatapnya intens membuat yang ditatap merona malu. Baru ingin mengalihkan pandangannya, Guanlin sudah terlebih dahulu menyatukan bibir keduanya.

Guanlin melumat bibir kemerahan Renjun dengan begitu lembut seolah takut untuk menghancurkannya. Renjun membuka mulutnya sedikit. Memberikan akses lidah Guanlin untuk masuk ke dalam rongga mulutnya dan mengabsen setiap inchi yang ada di sana.

Saat dirasa Renjun sudah mulai kehabisan napas, Guanlin pun melepaskan tautan bibir mereka. Ia mengusap saliva yang berceceran di sekitar bibir Renjun sambil menatap lelaki manis di pangkuannya itu dengan intens.

"Boleh?" Guanlin bertanya dengan sorot mata yang sirat akan nafsu. Renjun pun menunduk dan mengangguk dengan malu-malu.

"Tapi pelan-pelan ya Mas--AKHH!"


END







































































Iya beneran end:")

AFTER WEDDING (GuanRen)✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon