Bab 7 (Kawan atau Lawan?)

Start from the beginning
                                    

"Siasat yang bisa dimengerti, setelah mereka tahu bahwa polisi berhasil menemukan jejak mereka. Menurut Chief Reynolds tadi, polisi tidak menemukan apa-apa-di dalam helikopter itu -yang bisa dijadikan petunjuk. Dan katanya, pesawat itu disewa lewat surat dan pembayarannya juga dilakukan dengan pos. Ketika orang yang kemudian menerbangkannya datang di lapangan terbang pangkalan helikopter itu, ia sudah berpakaian pilot lengkap dengan helm dan kaca mata penerbang, sehingga tidak ada yang bisa mengatakan bagaimana tampangnya. Dan tentu saja surat izin mengemudikan helikopter yang diperlihatkannya palsu, begitu pula nama dan alamatnya."

"Jadi sama sekali tidak ada gunanya," kata Pete menggerutu. "Bagaimana dengan kedua penculikmu itu?" tanya Bob.

"Sejauh ini belum ada yang berhasil mengetahui siapa mereka, apalagi menangkap," kata Jupiter. "Sidik jari yang ditemukan polisi di dalam helikopter dan mobil Mercedes tidak terdapat dalam arsip FBI di Washington. Dan Mercedes hijau yang mereka pakai, ternyata juga sewaan."

"Jadi sama sekali tidak ada kemajuan, kalau begitu," tukas Pete.

"Dikatakan sama sekali tidak ada juga tidak, Dua." Jupiter tersenyum. "Seperti kukatakan tadi, aku melakukan penelitian tadi malam, dan kurasa kita bisa-"

Sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, tahu-tahu terdengar suara yang lantang di belakang mereka.

"Di sini kau rupanya, Jupiter Jones!" Bibi Mathilda berdiri di depan tempat yang dijadikan bengkel itu. Sambil bercekak pinggang, ditatapnya keponakannya dengan mata melotot. "Dua hari yang lalu kau kan berjanji hendak menyelesaikan pekerjaan membersihkan gudang kecil itu? Dan kemarin kau berhasil membujuk-bujuk sehingga kuizinkan kau menangguhkan dulu pekerjaan itu-ya, kan? Lalu kau berjanji dengan bersungguh-sungguh bahwa pagi ini kau akan langsung mengerjakannya, ya, kan?" "Maaf, Bibi Mathilda," kata Jupiter agak malu.

"Sudah sepantasnya kau minta maaf! Kurasa ini semua karena sekarang ini minggu terakhir sebelum sekolah dimulai lagi. Minggat, bermalas- malasan, menyikat segala makanan yang ada. Lemari pendinginku kelihatannya seperti habis didatangi gerombolan tikus!"

"Tapi aku-aku sama sekali tidak-" kata Jupiter tergagap karena kaget. "Omong kosong! Lihat saja badanmu, makin lama makin bundar! Bekerja, itu yang bagus untukmu!" Bob dan Pete berusaha memprotes. "Tapi masih ada yang harus kami-"

"Apa pun juga itu, urusannya bisa menunggu! Dan kalian berdua bereskan tempat ini, sementara Jupiter menyelesaikan pekerjaannya yang sudah dimulai. Sekarang cepat, Anak muda!" Jupiter hanya bisa mengeluh. "Tolong pasangkan kembali alat-alat kita ini, Teman-teman. Aku takkan terlalu lama dengan pekerjaanku itu." "Itu kalau ia tidak sebentar- sebentar berhenti untuk mengisi perut," tukas Bibi Mathilda.

Bob dan Pete mengangguk dengan lesu, sementara Jupiter bergegas menuju ke kantor perusahaan, digiring oleh Bibi Mathilda yang melangkah dengan sikap seperti kapten pelatih Korps Marinir. Kedua remaja itu langsung mulai bekerja, merakit kembali ketiga alat isyarat mereka. Mereka melakukannya sementara dalam hati membara perasaan ingin mengetahui apa yang hendak dikatakan oleh Jupiter tadi.

Pekerjaan yang mereka hadapi tidak dapat dilakukan secara terburu- buru, karena banyak bagian-bagiannya yang berukuran kecil sekali.

Apalagi Pete bukan anak yang bisa dibilang cekatan dalam melakukan pekerjaan yang sangat memerlukan ketelitian. Tapi berkat Bob yang lebih trampil, akhirnya mereka selesai juga merakit kembali alat-alat itu.

Kemudian mereka membersihkan tempat kerja itu.

Ketika Jupiter masih juga belum muncul kembali, keduanya lantas menghampiri lubang masuk ke Lorong Dua. Maksud mereka hendak menunggu di dalam markas Trio Detektif. "Tunggu!"

(28) TRIO DETEKTIF: MISTERI KEMELUT KEMBARWhere stories live. Discover now