Sekian, Terima kasih.
----------
"Ayah! Aku mohon jangan biarkan mereka membawaku! Ayah!"
Pinta Jaehyuk memohon. Jaehyuk terkejut bukan main kala melihat sang Ayah berada di unit apartemennya dan mengemasi seluruh pakaiannya, menyimpan semua benda tajam ke dalam kardus untuk dibuang dan membersihkan seluruh kamar Asahi dan mengirim barang - barang sepeninggalannya kepada orang tuanya di Jepang.
Seung Hyon tak mau membuat Jaehyuk berakhir terpuruk kembali, maka tanpa pikir panjang lagi, sang dokter menerima rekomendasi rumah sakit jiwa itu. "Sudah saatnya kau untuk menerima bantuan."
Jaehyuk menggeleng ribut menolak. Pasalnya, tubuhnya ditahan oleh perawat rumah sakit jiwa Jeonju dan bersiap membawanya secara paksa jika terus melawan. Mereka juga telah merampas ponsel dan seluruh alat elektronik yang dimiliki Jaehyuk sesuai dengan aturan yang berlaku.
"Ayah, aku mohon! Aku tidak mau ke sana, aku mau tetap disini!"
"Untuk sekali ini saja, YOON JAEHYUK!" Seung Hyon, untuk pertama kalinya menaikkan suara meski hatinya tak kuat melakukannya, "Turuti kata Ayah dan terima bantuan yang kau butuhkan!"
Bukan main, Jaehyuk ketakutan melihat Ayahnya membentaknya. Jaehyuk pun dengan paksa dibawa ke Jeonju, tanpa sempat mengucapkan 'selamat jalan' kepada Ayahnya sendiri, begitu pula dengan Seung Hyon yang tak sempat mengatakan 'lekaslah sembuh' kepada putranya.
Beberapa hari semenjak berada di Jeonju, Jaehyuk berulang kali memasuki ruang isolasi yang seluruhnya terbuat dari matras, jendela di langit - langit dan satu pintu, lantaran Jaehyuk mengamuk dan terus menolak terapi apapun yang akan diberikan. Baru setelah dua minggu kemudian, Jaehyuk bersedia melakukan terapi meskipun dengan sedikit rasa terpaksa. Jaehyuk pun menerima kamar sendiri seperti pasien lain.
Jaehyuk terus saja kebingungan dengan dirinya sendiri. Dirinya tahu dia butuh bantuan dan terapi ini, dan karena itu pula Ayahnya memaksanya, namun di sisi lain, Jaehyuk juga enggan menerimanya. Sama seperti ketika Jaehyuk bersama Asahi, dia sudah tahu jika saudara angkatnya itu berusaha keras memikirkan cara untuk membantunya. Setiap malam hingga si pirang lupa waktu dan kadang kala sampai tidak tidur, Asahi terus memikirkan cara dan menyusun strategi, setidaknya untuk memberitahukan Seung Hyon apa yang dialami Jaehyuk. Namun Jaehyuk selalu memerintahnya untuk tak mengatakan apapun.
Jaehyuk ingat sewakti mereka melakukan makan malam keluarga bertiga di rumah Ayahnya hampir setiap dua minggu sekali semenjak memasuki masa SMA, Jaehyuk terus saja mengancam Asahi untuk tak memberitahukan semuanya kepada sang Ayah atau dia akan menambah memar di tubuh Asahi yang memakan waktu cukup lama untuk sembuh.
Asahi bukan seorang masokis, justru Asahi sangat tidak tahan dengan rasa sakit. Walaupun dia hanya terkena sengatan kecil seperti ketika memegang kabel charger ponsel, dirinya akan langsung memekik kesakitan. Apa lagi jika terkena kejutan listrik dari sistemnya setiap Asahi melawan, itu sudah cukup membuat Asahi menderita seolah akan kehilangan nyawanya.
Sebulan lebih Jaehyuk berada di Jeonju, atau mungkin Jaehyuk sudah tak ingat berapa lama dia berada di sana, Jaehyuk mulai dihantui pikirannya sendiri. Tiap malam di balik jendela kamar ataupun pojok ruangan, Jaehyuk terus saja berhalusinasi seolah Asahi berasa di sana. Menatapnya dengan pandangan kosong dan luka - luka terakhir yang sempat ia lihat ketika mereka bertengkar di lorong gedung kampus lantai delapan.
YOU ARE READING
JUST A RANDOM STORY ; [Jaesahi]
Fanfictionmostly random oneshoot story, some of it is rated genre so please be wise
NON ACTIVE; SEQUEL ❌
Start from the beginning
![JUST A RANDOM STORY ; [Jaesahi]](https://img.wattpad.com/cover/271505926-64-k194015.jpg)