Bab 1 - Mertua yang Menyebalkan

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Sayang, jangan terlalu sibuk. Delegasikan saja pada Azka. Aku ingin kita segera memiliki anak," ucap Bryan yang membuat dahi Lynn berkerut dan menatap tajam padanya.

Bryan hampir tidak pernah menuntut kehadiran seorang anak. Mereka telah sepakat untuk sabar menunggu Allah mempercayai keturunan dalam keluarga kecil tersebut. Lelaki dengan tinggi badan 180 cm tersebut menyadari tatapan tajam sang istri. Ia tampak menghela napas.

"Mama memberi waktu satu tahun untuk hamil," ucap Bryan, mengembuskan napas berat.

"Dan ...." Lynn sangat mengenal mertuanya yang dominan dan suka mencampuri urusan rumah tangga mereka.

"Sudahlah, Sayang. Lupakan saja." Bryan memilih untuk menghindar percakapan yang dapat memicu pertengkaran di antara mereka berdua.

"Jawab aku, Mas. Jika tidak berhasil hamil dalam setahun ini, apa yang akan Mama lakukan?" Suara Lynn bergetar, bukan karena sedih. Namun, lebih ke arah kemarahan yang ditahan. Bukan sekali, Ibu mertuanya ikut campur dalam rumah tangga mereka.

"Mama memintaku untuk menikah lagi." Bryan tidak menyembunyikan apa pun, sudah kesepakatan pada awal pernikahan jika mereka akan saling jujur, walau menyakitkan. "Aku tidak meminta kamu untuk berhenti dari bisnis sama sekali, Sayang. Namun, lebih sering di rumah agar tidak kelelahan dan cepat hamil."

Lynn menatap lekat-lekat pada lelaki yang berparas tampan di hadapannya. Ia terluka saat menyadari lelaki yang dicintainya mulai terpengaruh.

"Esok aku ke Bali bersama Azka. Setelah urusan selesai, kita akan membahas hal ini," ucap Lynn meninggalkan Bryan, dengan kecewa.

Hati pemilik bibir sensual tersebut sangat sakit. Dari awal, ia tidak setuju jika Amifta tinggal bersama mereka. Namun, Bryan memaksa dengan alasan tidak ada yang mengawasi dan menemani ibunya karena ia anak tunggal. Akhirnya terjadi apa yang dikhawatirkan. Lynn menghela napas, konflik akan mulai hadir dalam rumah tangganya karena campur tangan ibu mertua.

"Kau tidak boleh pergi ke Bali, Lynn! Biarkan Azka yang mengurus semuanya," bentak Bryan yang langsung menghentikan langkah Lynn.

"Boleh perjelas apa maksud ucapanmu, Mas?" pinta pemilik manik mata hitam tersebut.

"Bukankah perkataanku sudah jelas? Bukan karena Mama. Namun, aku sendiri memang ingin merasakan kehadiran seorang anak di rumah ini. Delegasikan semua pada Azka, perbanyak waktumu di rumah daripada mengurusi bisnis." Bryan menatap lekat-lekat pada Lynn. Ada sesuatu yang membuat ia ingin melihat istrinya tunduk pada perkataannya.

"Mas sadar dengan apa yang diucapkan?" tanya Lynn menatap langsung ke dalam manik mata suaminya.

"Sadar sekali," tukas Bryan, agak emosi ketika mendapatkan nada keberatan Lynn.

"Maaf, Mas. Aku tetap akan pergi," ucap Lynn tak kalah tegasnya.

Ia bukan hendak melawan perintah Bryan. Namun, wanita berpenampilan elegan itu tidak menyukai mertuanya yang telah menghasut sang suami.

"Kau makin sulit diatur, Lynn Alexa!" bentak Bryan.

Lynn terpaku. Tidak mempercayai pendengarannya. Lelaki yang mempunyai body goals tersebut membentaknya untuk kedua kalinya, di hari yang sama.

"Mas membentakku? Ini pertengkaran pertama selama enam bulan pernikahan. Aku harap Mas sadar, apa yang telah ucapkan dan lakukan. Hanya mengingatkan kalau telah membuat komitmen di awal pernikahan," ucap Lynn, membalikkan tubuh dengan berurai air mata.

Ia masuk ke dalam kamar mandi, tidak ingin Bryan melihatnya terluka. Pernikahan mereka mulai dilanda ujian dan semua itu disebabkan oleh wanita yang menyandang status ibu mertua.

Sementara itu, sesosok tubuh wanita setengah baya tampak tersenyum puas ketika mendengar pertengkaran anak dan mantunya. Amifta iri karena sejak menikah, anak tunggalnya lebih memperhatikan sang istri daripada dirinya. Wanita berwatak tidak baik tersebut, mulai memakai alasan momongan untuk memisahkan anak kesayangan dari Lynn.

Lynn meraih ponsel dan menghubungi tangan kanannya.

"Sore, Az. Tolong atur jadwal dan akomodasi ke Bali esok pagi. Pulangnya open saja. Jemput aku di rumah. Terima kasih."

"Lynn, kau baik-baik saja?" tanya Azka. Ia telah mengenal Lynn dengan baik.

"Tidak baik. Sudahlah, aku mau istirahat. Tolong info jam berapa harus siap. Jangan lupa bawa semua berkas laporan."

Wanita yang suasana hatinya sedang kacau itu menutup ponsel, tanpa menunggu jawaban Azka.

Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk dari Azka.

[Aku telah membeli tiket dan memesan hotel. Aku jemput esok jam 06.00]

[Oke.]

"Esok Azka akan menjemput jam 06.00. Setelah menemukan orang yang memalsukan keuangan, aku akan segera pulang," ucap Lynn, yang tidak dijawab sama sekali oleh Bryan.

Wanita berkulit putih mulus tersebut menyesal telah membuka percakapan. Pertengkaran tadi sore membuat hubungan mereka agak merenggang. Lynn makin kecewa dengan tanggapan Bryan. Ia ingin lelaki berdagu belah tersebut untuk meminta maaf karena telah membentaknya lalu memeluk dan menghibur dengan kata manis. Namun, wanita berlesung pipit tersebut tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Bryan tidak mempedulikannya dan sibuk mengurus pekerjaan kantor.

Koper telah siap, Lynn segera membersihkan diri lalu beristirahat. Bryan menatap tubuh istrinya. Dalam hati, ia menyesal telah membentak Lynn. Namun, tidak menyangkal jika perkataan ibunya telah menyadarkan bahwa usianya sudah sangat cukup untuk memiliki keturunan. Lelaki yang menyukai musik tersebut agak jengkel ketika melihat tanggapan Lynn.
















Trauma Dini HariNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ