Aku rindu ayah (part1)

527 5 0
                                    

"Ayo ayah, dorong yang kuat!!! Lebih kuat lagi, ayo ayah hahahaha" tapi ayah tidak menghiraukan teriakanku, ia tidak benar-benar mendorong ayunan itu kuat-kuat dengan alasan keselamatanku..

"Sudah dis, ayo kita pulang tuh lihat matahari sudah tenggelam, pasti bunda sedang menunggu kita dirumah" kata ayah membantuku turun dari ayunan dan merangkul tubuhku, ya.itulah aku, selalu di perlakukan sebagai gadis kecil padahal sebentar lagi usiaku genap 16 tahun

Langit sudah mulai gelap dan matahari seakan sudah enggan menampakan dirinya, kami berjalan sambil bersenandung dibawah langit sore sambil membayangkan masakan lezat yang telah dibuatkan oleh bunda khusus untukku dan ayah

"Kira-kira bunda masak apa ya dis?"

"Hmm..pasti ayam goreng....nyam nyam" kataku segera

Ayah hanya tersenyum kecil mendengar celotehan dari bibir mungilku..

***
"Eh, anak bunda sudah pulang ya...gimana tadi mainnya? Seru?"

Tanya bunda sembari tersenyum menyambut kedatangan kami

"Iyanih bun, disa sampai betah gak mau diajak pulang" sahut ayah sembari tersenyum melirik ke arahku

"Yasudah ayuk makan dulu, bunda sudah siapkan ayam goreng kesukaan disa"

Aku tersenyum menikmati makan malam bersama ayah dan bunda, tidak ada hal uang lebih indah daripada ini, Tuhan tolong jangan kau ambil kebahagiaanku

"Makan sudah selesai, ayo disa ganti pakaianmu dan lekas tidur, jangan lupa sikat gigi sebelum tidur" kata bunda mengingatkan

"Ayah, nanti sebelum tidur disa mau ayah membacakan dongeng untuk disa ya"

"Iya sayang, sudah sekarang disa ganti pakaian dulu nanti ayah menyusul ya"

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban ayah dan berjalan menuju kamarku

*tok tok tok*

"Disa, boleh ayah masuk?"

"Ya ayah, pintunya tidak di kunci"

"disa belum bobo sayang?" Kata ayah sembari membelai rambutku, belaian lembut dari tangan kekar yang mampu membuat hatiku tenang

"Belum, disa nungguin ayah. Katanya ayah mau membacakan buku cerita untuk disa"

"Iya sayang, setelah ini disa langsung bobo ya" lalu ayah membuka halaman pertama dari buku dongeng cinderella favoritku

"Pada suatu hari, hiduplah seorang putri cantik bernama cinderella, ia hidup bersama ibu tiri dan 2 saudara kandungnya"

Entah sudah berapa kali ayah membacakan cerita dongeng ini berulang kali, namun tetap saja cerita ini menjadi cerita favoritku menjelang tidur

Ayah berdeham untuk menjernihkan suaranya dan melanjutkan ceritanya

"Suatu hari, cinderella dan dua saudaranya mendapat undangan untuk menghadiri pesta di sebuah kerajaan"

Ada sesuatu yang unik dari cara ayah bercerita. Dengan bahasa tubuh dan intonasi yang tepat, seakan membuatku larut kedalam dongeng khayalan tersebut

Aku dengan tidak sabar membalikan halaman buku dongeng berilustari tersebut dengan tidak sabar

"Setelah cinderella berdansa dengan pangeran, waktu menunjukan pukul 00:00 tanda bahwa cinderella harus segera pulang, dan ketika cinderella berlari ia terjatuh dan sepatunya terlepas, pangeran mengejarnya namun tidak berhasil mendapatkanya. Tetapi pangeran menemukan salah satu sepatu cinderella yang tertinggal"

Aku tersenyum memandang wajah ayah yang sedang serius bercerita. Aku membalikan lagi halaman buku itu untuk kebagian selanjutnya

Aku bergidik; ini bagian favoritku
Ketika pangeran berhasil menemukan pemilik sepatu tersebut, dan mengajak cinderella untuk tinggal di istananya

"....dan mereka hidup bahagia selama-lamanya." Kami berdua menuntaskan dongeng itu sambil tersenyum

"Yah, bahagia selama-lamanya itu memangnya ada, kayak di dongeng-dongeng ilustrasi ini, kesannya gampang ya tapi di dunia nyata emangnya ada bahagia selama-lamanya?"

Ayah tersenyum mendengar pertanyaan dari seorang gadis berusia 15 tahun ini

"Dis, bukan hidup namanya jika tak ada airmata yang terjatuh, dan bukan hidup pula namanya jika terus airmata yang terjatuh. Suatu saat disa akan mengerti maksud ayah. Hidup tak selalu bahagia, tapi bahagia itu kita sendiri yang menciptakan..."

Tangannya bergerak menuju hati

"Bahagia yang sesungguhnya itu dirasakan disini, dan dirumah ini... Seperti ayah yang sangat bahagia ketika hidup bersama disa dan bunda, buat ayah disa adalah kebahagiaan, dan dirumah ini lah kenyamanan dan kebahagiaan berasal"

Ayah menarikku kedalam pelukannya, lalu mencium keningku pelukan pria bertubuh kekar yang sangat amat lembut yang selalu mampu membuat kenyamanan dalam jiwa ini

"Yasudah, sekarang disa tidur ya.. Besok kan disa sekolah dan ayah juga harus bekerja"

Aku tersenyum kearahnya, ayah membetulkan posisi tidurku dan menarik selimut untuk menutupi tubuhku, mencium keningku dan bergegas keluar dari kamarku

"Selamat malam malaikat kecilku..."

***
Dengan rasa kantuk yang menjalar dan rasa malas yang menggerogoti tubuhku, dengan terpaksa aku membuka mataku, membiarkan pemandangan buram di depan mataku perlahan-lahan berubah jelas. Aku dapat merasakan sinar matahari menyusup masuk di celah-celah tirai kamarku...

Selamat pagi dunia, aku memejamkan mataku. Aku dapat merasakan aroma masakan bunda tercium sampai kamarku. Lantunan lagu-lagu klasik milik ayah membuat ku ingin kembali melanjutkan tidurku

"Disa, ayo bangun nak.. Sudah siang ini hari pertama kamu masuk sekolah"

teriakan bunda membuatku bangun dan tersadar dari rasa kantuk ini. Ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah sebelumnya aku liburan panjang, wajar saja hawa-hawa malas masih menghantuiku

Aku segera bangun menuju kamar mandi dan bersiap untuk sarapan bersama ayah dan bunda

"Ayo, cepat habiskan makanannya setelah itu ayah akan mengantarkan disa sekolah sebelum berangkat kerja, kayaknya ayah bakalan sibuk banget nih hari ini"

"pulang malam lagi ya? Yah tidak ada yang membacakan disa dongeng lagi dong?" Kataku dengan raut wajah datar

Ya, ayahku adalah seorang pekerja keras yang sangat sibuk sehingga ketika ayah dirumah aku tak pernah meninggalkan satu detik pun kebersamaanku bersama ayah, dan tak heran jika banyak sekali wanita-wanita yang kagum dan terpesona melihat ayah

Siapa yang tak kagum? Melihat pria tampan pekerja keras, bertubuh atletis, berkulit sawo matang dan wajahnya ditumbuhi bulu-bulu halus bak lelaki perkasa, itulah sebab mengapa banyak sekali wanita-wanita yang mencoba mencuri hati ayahku

"Disa berangkat dulu ya bun, assalamu'allaikum.."

"Wa'allaikumsallam" sembari mencium keningku yang diiringi senyum ayah kepada bunda

***

waktu menunjukan pukul 22:05
Aku masih tetap menunggu ayah, aku gelisah karena ayah tak juga pulang dan tidak ada pula kabar dari ayah

Aku berlari kecil menuju kamar bunda, ku lihat bunda sudah terlelap tapi aku tetap saja tidak bisa terlelap sebelum mendapat kabar dari ayah, ku hubungi handphonenya sama sekali tidak ada jawaban

"Ayah kemana sih, kok belum pulang ya" dengan nada cemas

Akhirnya, setelah berjam-jam menunggu ayah yang tak juga pulang aku terlelap dengan sendirinya

***
----------------------------------------------

Hai, maaf ya ceritanya baru sampai sini, aku janji bakal aku lanjutin cerita-cerita berikutnya:) jangan lupa comment&vote ya:)

Aku rindu ayahWhere stories live. Discover now