Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es

Start from the beginning
                                    

"Tharn, kamu ingin menjadi pahlawan..."

Thiwat yang dari tadi terdiam melihat sikapnya, akhirnya membuka mulut.

"Kalau sepanjang malam ini, kamu dengan suka rela mau memukul Long habis-habisan, aku akan melihatmu sebagai seorang pahlawan"

Seandainya Tharn mau kembali menemui temannya itu lagi, Type memang akan merasa lebih senang, karena dia bisa menatap wajah tampan kekasihnya yang datang untuk membuat orang itu menjadi samsak untuk dipukuli

". . ."

Kalimat yang terlontar membuat pria berhidung tembok itu memperlihatkan ekspresi serius, setelah itu dia menggosok kasar wajahnya

"Hah~ tidak bisa 'kan?"

Type sejujurnya masih merasa jengkel dengan kelakuan Si Brengsek Long. Selain menyakiti orang lain, dia bahkan tidak perduli bahwa tindakan yang dilakukan itu tidak pantas untuk dilakukan, dan menyangkal kenyataan. Tharn hari ini bisa tidak jatuh ke dalam tipuannya, karena dia dari awal sudah memikirkan efek negatif dan seberapa jahat sifat orang itu. Orang semacam itu, siapapun rasanya tidak sudi jika harus bernafas dalam satu tempat yang sama dengannya

"Tidak, memang tidak bisa... Aku tidak ingin melihatnya lagi"

Wajah Tharn berubah menjadi buruk saat mendengar nama orang itu disebut. Dia mungkin mengingat saat mantan sahabatnya itu tersenyum padanya. Entah berapa banyak luka yang telah ditusuk di belakang tubuh Tharn.

"Baiklah, lalu apa-apaan ini? Kamu bahkan tidak tahu 'kan apa yang selama ini dilakukannya?"

Anak dari wilayah selatan itu hanya ingin topik ini berhenti sampai di sini dan segera beralih sekarang, karena seluruh tubuhnya rasanya sakit. Belum lagi jika dihitung bagaimana perasaan yang rasanya hampir gila, dia tidak ingin lagi merasakan hal yang begini, bermain-main dengan hatinya sampai seperti ini.

"Long..."

KENAPA MASIH MENYEBUT NAMANYA?!

Type hampir berteriak di depan wajah Tharn, tapi dia hanya berpaling untuk menatap wajah kekasihnya, dan menemukan, bahwa ekspresi wajahnya terlihat sedih, membuatnya kehilangan kata-kata.

"Saat pertama kali aku bertemu dengannya, dia tidak seperti ini. Dia anak yang pendiam. Jarang bersosialisasi dengan siapapun. Aku yang pertama kali menyapanya. Meskipun begitu, dia punya keluarga yang membuatku iri. Dia diberi kebebasan untuk hidup. Bisa melakukan apapun yang ingin dilakukan. Saat kondisiku memburuk untuk meyakinkan orang tuaku mengambil jurusan kuliah, tapi Long memberitahu bahwa pikiranku ini salah, keluarganya tidak patut dicemburui. Sebab kebebasannya didapat karena orang tuannya tidak punya waktu untuknya, dia mengatakan seperti ini..."

Tharn sedang mengenang masa lalunya, Type mengijinkannya bercerita, karena prianya pasti sedang merasa sangat tidak nyaman sekarang

"Dia bilang, dia tidak merasa kesepian. Karena sekarang dia punya teman... Sejak saat itu, sikap Long mulai berubah sedikit demi sedikit. Dia tersenyum lebih baik, sering berbicara, dan dalam sekejap, dia mulai menjadi orang yang bisa dekat dengan setiap orang, sampai kupikir dia benar-benar baik... Aku tidak tahu bahwa dia memiliki pemikiran seperti itu padaku"

Sang Drummer menghela nafas panjang, sedangkan Type sadar bahwa saat ini Tharn mulai menyalahkan dirinya lagi.

Sejujurnya sisi serius seperti ini yang dibenci Type.

Jika harus kehilangan cinta dan segalanya pada akhirnya porak-poranda, kamu tidak punya pilihan selain tetap melakukan tindakan yang sama.

Ketika memikirkan ini, orang yang menatap rasanya ingin melemparkan baskom es ke mulut kekasihnya. Meskipun lidahnya terkunci rapat, tapi batinnya menjerit saat menatap dengan tenang ke arah Tharn.

🆃🅰🅼🅰🆃 Sangat Membenci Menjadi Sangat MencintaiWhere stories live. Discover now