"Belikan aku pembalut, mau yaa?" Kata Veddira memohon.

"Ingat namaku dulu. Alfino Cyrano Roderigo," Suruh lelaki merah yang memiliki nama panggilan Alfino.

"Hehe, maafkan aku Alfifino. Aku selalu lupa akan namamu," Kata Veddira sambil menyengir ke arah Alfino.

"Alfifino?" Beo Alfino.

"Panggilan sayangku untukmu. Tidak boleh ada orang lain yang memanggilmu seperti itu, ya!" Kata Veddira.

"Hahaha, iya sayang iya,"

"Alfifino," Kata Alfino menatap penuh harap Veddira agar menghafal namanya dan memanggil nya menggunakan nama sayang darinya.

"Vadlan! Ekormu sangaat lucu," Puji Veddira.

"Kau suka?" Tanya Vadlan.

"Sekali! Oh astaga.. ekormu terlihat menggemaskan," Kata Veddira menatap kagum ekor Vadlan.

"Jangan bermain dengannya. Aku bisa membahayakanmu jika kau bermain dengannya," Larang Vadlan.

"Yasudah lah. Siap laksanakan komandan!" Kata Veddira lalu berpose hormat kepada Vadlan.

"Astaga, anak ini..,"

"Dasar penurut," Ejek Vadlan. Sayang sekali, Veddira tak dapat mendengar ejekanya.

"Ketua Dewan. Wakil ketuamu sangatlah cantik, aku ingin meminta tanda tangannya!"

"Kau tidak meminta tanda tanganku? Aku kan tampan," Tanya Farans dengan menyombongkan dirinya.

"Tidak, kau jelek, wle," Ejek Veddira lalu lari meninggalkan Farans.

"Lainkali aku akan langsung membawamu ke Ruang Bimbingan dan Konseling (BK), Nona Veddira," Kata Farans disertai kekehan.

♩ ♩ ♩ ♩

Aku membuka mata. Oh astaga, apakah ini surga?

Aku melirik sekitar. Ah tidak, ini bukan surga. Mana ada surga seperti ini? Terdapat banyak mangkuk berisikan ramuan? Sepertinya. Mengelilingi ku. Tunggu, apakah aku disantet!?

Aku membuka lebar-lebar mataku. Oh astaga, silau sekali seperti kecantikanku. Aku menoleh ke kanan dan eh? Ada para lelaki tampan yang menatapku.

"Aduh, haus...," Keluhku. Ku dengar kehebohan para lelaki yang tadi menatapku.

Tak lama setelah itu, tabib kerajaan mendatangiku. Aku bertanya kepadanya segala hal yang ingin ku tanyakan.

"Hey tabib. Ini surga bukan?"

"Bukan, Nona Veddira,"

"Dimana Nona Soraya? Apakah dia sudah ke Rahmatullah?"

"Belum, Nona,"

"Berapa lama aku tidur? 1 jam? 2 jam? 1 pekan?"

"2 bulan, Nona,"

"ASTAGA —uhuk uhuk," Aku tersedak karena tenggorokanku kering. Aku terkejut, ternyata aku latihan mati dengan sempurna.

"Dia masih sama,"

"Masih cerewet ternyata,"

"Anak itu bahkan tersedak setelah hibernasinya, ckckck,"

"Gadis bencana bahkan membuat bencana untuk dirinnya sendiri, heran,"

"Dia baru bangun dan sudah berbicara? Sepertinya ia hanya berpura-pura selama ini,"

"Putri bungsuku sangatlah menggemaskan,"

"Aku siap menyeretnya ke Ruangan BK sekarang,"

"AKU MAU MOCHI!"

"AKU MAU MOCHI!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Villainess [Completed]Where stories live. Discover now