"Jaemin, kau kenapa melamun?" Shotaro memang anak yang paling peka itu menegur temannya yang sejak tadi terdiam.

"Wajahmu sedikit pucat, apa kau sakit?" Lelaki berdarah campuran Taiwan-Korea itu menyadari aura wajah Jaemin yang terlihat pucat tidak seperti biasanya.

"Iya.. kita ke UKS saja ya." Lee Haechan menimpali pernyataan kedua temannya tentang Jaemin, ia khawatir temannya memaksa ke sekolah saat badannya sedang tidak sehat. Hal itu membuat jaemin menggelengkan kepala tidak membenarkan perkataan teman-temannya. "Aku tidak sakit, tadi aku lupa tidak memakai pelembab bibir jadinya pucat gini."

"Ya sudah, kalau tidak enak badan bilang yaa, Jaem. Itu Jeno datang." Renjun mengarahkan dagunya pada Jeno yang membawa makanan pesanan mereka dengan susah payah. 'Mau saja dijadikan budak' batin Jaemin.

Jaemin menunduk; menatap genggaman tangan Renjun di jari-jarinya dengan begitu erat.

•:•:•

Setelah meminta izin kepada guru untuk pergi ke toilet Jaemin mengurung diri untuk beberapa menit di salah satu bilik toilet, ia melirik tangannya yang basah karena keringat, bersandarkan punggungnya pada dinding; memejamkan matanya ia berusaha menetralkan nafasnya.

Tok! Tok!

"Siapa?"

"Ini aku, Renjun."

"Masuklah." Renjun segera masuk dan mengunci pintunya kembali.

"Kau tidak apa-apa?" Yang lebih tua bertanya namun hanya gelengan ia dapatkan dan senyuman konyol itu lagi terukir dibibir Jaemin.

"Sampai kapan kau akan terus seperti ini, Na? Kau harus jujur pada Jeno! Bagaimana pun kalian sudah dekat sejak kecil." Renjun berusaha menormalkan suaranya, ia mulai jengah dengan tingkah temannya satu ini.

"Aku tidak ingin membuatnya khawatir lagi, njun." Jawaban itu lagi yang selalu Renjun dengar. Jika bukan Jaemin yang memintanya ia mungkin sudah mengatakannya pada Jeno.

•:•:•

Sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian di toilet sekolah. Jaemin saat ini tidak memasuki sekolah, tapi tenang ia sudah meminta izin kepada temannya dan juga guru wali kelasnya karena ia akan berkunjung kerumah sang Nenek dan Kakek.

Saat mengetahui bahwa Jaemin tidak masuk sekolah karena ke rumah sang Nenek dan Kakek, tanpa pikir panjang Jeno segera berlari kearah kelas Jaemin dengan langkah lebar. Maksudnya dari kata kakek dan nenek itu apa?! Setelah sampai pada tujuannya ia berlari ke tempat yang diduduki Renjun saat ini.

"Dimana Jaemin? Katakan dimana Jaemin!" Jeno meninggikan suaranya tanpa memperdulikan bahwa saat ini ia telah jadi tontonan anak-anak dikelas Renjun.

"Kau ini kenapa? Kau kan juga sudah tahu Jaemin sedang pergi ke rumah Neneknya." Renjun menutup buku di tangannya lalu menghela nafas pelan sebelum melirik kearah belakang Jeno.

"Renjun, aku serius, jangan bercanda. Katakan dimana Jaemin." Jeno terus mendesak Renjun untuk mengakatan yang sebenarnya. Menghela nafas kasar; matanya menatap iris legam Jeno dengan lekat "Baiklah, tunggu aku di parkiran sepulang sekolah."

•:•:•

"Kenapa kau membawaku kesini?"

"Jangan berisik kau bisa membangunkan mereka yang tertidur, cukup ikutin saja aku."

Sesuai janji Renjun, setelah pulang sekolah kini ia membawa Jeno tempat dimana tujuannya sekarang. Walaupun Renjun harus berdebat dengan Jaemin di sekolah, Renjun menghentikan langkahnya saat sampai tempat tujuannya begitupula dengan Jeno yang mengekor di belakangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROMISE | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang