"Cerewet sekali kalian. Lihatlah, mochi nya sudah habis ku makan," Sahut Kakak lelaki buta. Tentu saja dihadiahi tatapan tajam dari kedua lelaki yang tadi bertengkar. Aku menggelengkan kepala lalu pergi ke kamarku. Tanpa pamitan.

Tok tok tok

Aku menoleh saat mendengar ketukan dari jendela kamarku. Samar-samar kulihat ada sosok lelaki tinggi yang menunduk lalu menatap ke arahku.

Aku melangkahkan kaki menuju jendela. Membuka kacanya dan oh astaga, mengapa lelaki perak ada disini?

"Apa?" Tanyaku.

"Biarkan aku masuk dulu, Nona manis," Bukannya menjawab pertanyaan ku, ia malah menyuruhku untuk mempersilahkan nya masuk.

"Jawab pertanyaanku atau kau ku dorong sekarang?" Ancamku.

"Hanya mengunjungi, salah?" Jawab nya dengan diakhiri pertanyaan.

"Ah, kau merindukanku? Baiklah-baiklah kau boleh masuk," Kataku percaya diri. Sedikit menyingkir agar lelaki perak dapat memasuki kamarku dengan mudah.

"Itu apa?" Tanya lelaki perak saat melihat sepiring mochi di meja belajarku.

"Mochi. Mau mencobanya?" Tawarku. Lelaki perak menganggukkan kepala lalu langsung memasukkan satu mochi ke dalam mulutnya.

"Kenywal sekwalwi," Kata lelaki perak yang masih berusaha mengunyah mochi buatanku.

(Kenyal sekali)

"Iya, itulah ciri khasnya," Kataku datar. Tanganku terulur untuk menyentuh pipi lelaki perak. Ia tidak menepis tanganku, jadi aku mencubit pipi lelaki perak.

"Astaga, pipimu sangat lembut!" Girangku lalu menguyel-uyelkan kedua pipi lelaki perak.

Lelaki perak sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tinggi kami. Aku masih saja betah bermain dengan kedua pipi lelaki perak. Menghiraukan tatapan lelaki perak padaku.

"Kau suka?" Tanya nya.

"Suka apa?" Tanyaku lalu menatap matanya.

"Pipiku," Jawab nya.

"Heung, sukaa sekali," Jawabku dan kembali menatap kedua pipi lelaki perak.

"Baiklah, mereka milikmu sekarang," Kata nya.

"Mereka? Siapa?" Tanyaku tidak mengerti dengan ucapannya.

"Pipiku," Jawab nya.

Maafkan aku lelaki perak, aku ingin bermain denganmu lagi ;(.

Aku melihat ada sisa mochi di pipi kanan lelaki perak. Dengan jahil, aku menjilat pipi kanan lelaki perak agar dapat mengambil sisa mochi yang ada di pipinya.

Ku lihat pipi lelaki perak memerah. Ia juga mematung dengan wajah kaku. Aku terkekeh lalu mengarahkan bibirku ke telinganya. Dan berkata,

"Manis,"

Lelaki perak memalingkan wajahnya dariku. Aku tertawa melihat salah tingkah nya. Ia melirikku sekilas lalu mendengus.

"Kau nakal sekali, Nona manis," Kata nya lalu mengangkat daguku. Alhasil aku menatap matanya.

"Hm. Tidak salah, lelaki perak," Balasku membenarkan ucapannya.

"Daryan Bedros Seymour," Kata nya yang tidak ku mengerti maksudnya.

"Siapa?" Tanyaku.

"Namaku,"

"Aish, perlengkaplah kosa katamu saat berbicara. Aku tidak mengerti maksudmu," Kataku lalu mengerucutkan bibirku. Tak lupa, aku menundukkan kepalaku.

"Iya," Kata nya.

"Oke. Sekarang, silahkan pulang," Kataku mengusirnya.

"Besok sekolah?" Tanya nya sambil melangkahkan kaki menuju jendela kamarku.

"Iya," Jawabku.

"Aku akan menjemputmu," Lelaki perak yang kini namanya adalah Daryan mengecup pelipisku lalu melompat keluar dari kamarku melalui jendela.

"Tidak mau, wle," Tolakku yang tak bisa didengar olehnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Villainess [Completed]Where stories live. Discover now