BAB. 1. Si Kucing Buduk.

66.3K 3.9K 158
                                    



"Sial, telat!" gerutu Vera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial, telat!" gerutu Vera. Gara-gara macet, Vera jadi terlambat. Dengan buru-buru Vera turun dari ojek. Sambil berjalan ­cepat ia memasukkan uang kembalian dari si Tukang Ojek ke dalam saku. Namun, sebuah uang logam tidak sependapat dengan­nya. Dengan mulus uang itu jatuh menggelinding.

Tringgg.

Uang itu ngelonyor meninggalkan Vera begitu saja. Tak peduli kalau Vera tidak mungkin membiarkan uang itu melarikan diri darinya.

"Tunggu!" Vera berlari kecil. Tangannya menggapai-gapai, berusaha menangkap uang logam yang masih menggelinding itu. Menggelinding lincah sampai ke depan lift.

Ting!

Lift terbuka.

"Dapat!"

Mata Vera berbinar-binar memandang uang di tangan. Akhirnya!

"Ck, uang receh aja dikejar!

"Dasar pelit!"

"Cukup buat beli apa uang segitu?" sindir orang-orang di dalam lift. Nada suara mereka terdengar ketus. Merasa kesal karena pintu lift ­terhalang oleh Vera.

Namun Vera tak mengacuhkan sindiran mereka. Dengan cuek ia ­memasukkan uang logam tadi ke dalam saku celananya. Vera melihat perempuan­ yang tersenyum mengejek. Dia adalah karyawan dari Divisi­ ­Pemasaran. Namanya Sofia. Perempuan yang terkenal seantero gedung karena­ cantik dan supel.

Supel apaan, huh! Bahkan dari ekspresi perempuan itu, Vera tahu ­kalau Sofia sedang merendahkan dirinya. Vera menepis lengan baju. Kesal dipandangi begitu.

Dasar perempuan-perempuan enggak punya otak!

"Sabar, Baby..."

Berengsek. Vera sangat hafal dengan suara itu. Suara yang menurut Vera mirip kucing buduk kejepit pintu.

"Dia itu... bahkan uang logam 100 rupiah pun enggak bakal dia biarkan lolos," sambung si pemilik suara.

Perempuan-perempuan lain memandang takjub. Suara berat dan seksi itu berhasil membuat mereka mengalihkan perhatian dari Vera. 

Putra Mahasim Tamam. Vera mengakui, Putra memikat dengan cara-nya sendiri. Hari ini pun dia terlihat sempurna dengan kemeja slim fit biru yang menegaskan otot-otot liat hasil latihan keras di gym. Kabar buruk bagi Vera. Penampilan Putra yang selalu tak bercela membuat Vera sulit meng­ hina fisik lelaki itu.

"Syukur deh kalau kamu tahu," sinis Vera. Orang-orang melewatinya dengan wajah sebal tapi Vera tak peduli.

"Oh ya, mau ngingetin aja. Segera selesaikan laporan dana operasional lapangan yang kamu pakai untuk proyek!" kata Vera tegas. "Jangan ditunda lagi. Aku mau input data-data itu buat laporan ke bagian akunting,"

My Lovely Housemate (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang