|Mangsa.02|

5K 470 28
                                    

«JohnTen»
∆∆∆

Ten tersentak kala dingin air menerpa tubuhnya. Matanya mengerjap dan terbuka dengan sempurna sepersekian detik kemudian. Ia mendapati Johnny yang berdiri angkuh di depannya. Si Mungil hendak berdiri, tetapi borgol menahannya. Ia melihat kembali dirinya. Kedua tangannya terborgol ke atas. Posisinya kini masih terbaring di lantai. Pakaian yang basah mencetak bagian tubuhnya dengan jelas. Ten melirik Johnny takut. Lelaki kekar itu melempar tatapan tajamnya yang membuat Ten kembali memandang lantai.

Johnny berjongkok dan mengangkat dagu Ten dengan telunjuknya. Melihat mata yang ketakutan itu membuat Johnny tersenyum miring. Ia suka ketakutan lelaki mungil di hadapannya.

Secepat kilat, Johnny membuka atasan Ten hingga menampakkan setiap lekuk tubuh lelaki kecil itu. Tangan berotot Johnny memainkan nipple Ten dengan penuh gairah. Lenguhan terlepas begitu saja dari bibir mungil Ten. Johnny menangkup wajah Ten dan menyambar bibir pucat milik Ten. Ciuman ganas itu membuat Ten kewalahan dan terengah begitu Johnny melepas persatuan bibir mereka.

Tak puas dengan ciuman pertama, Johnny kembali mengambil kuasa atas bibir Ten. Kali ini lelaki dominan menggigit bibir bawah lawannya. Darah segar menambah nikmat bagi Johnny. Ten mengepalkan tangannya guna menyalurkan rasa sakit. Ia tak bisa berbuat apapun selain pasrah dengan Sang Dominan.

Johnny melerai ciuman itu. Beralih pada nipple Ten yang begitu menggoda. Ten mengerang pelan tatkala Johnny dengan buas menghisap nipplenya.

"Stop it ... John .... " Berapa kalipun Ten memohon dan memelas, tak akan ada hasilnya. Johnny tetap melakukan apa yang ingin dia lakukan. Rintihan Ten bukan apa-apa baginya.

"Aku membayarmu untuk ini," bisik Johnny tepat di samping telinga Ten. Mendengar perkataan menusuk itu kembali membuat Ten merasa tak menentu. Semua rasa berkecamuk dalam hatinya. Ia menangis. Tanpa ada perlawanan, ia menyerahkan dirinya begitu saja pada lelaki gila di depannya. Memang bodoh dirinya dulu. Sekarangpun agaknya masih bodoh.

Ten yang terisak tak membuat Johnny menghentikan kegiatannya menjamahi Ten. Ia mengecup leher Ten dan meninggalkan banyak sekali jejak kepemilikan di sana. Tangan kiri Johnny menekan pusar Ten dengan kuat. Membuat Si Lelaki di bawahnya mengerang.

"Aku selalu suka suaramu," ungkap Johnny dengan suara rendahnya. Ten tidak tersanjung karena hal itu, melainkan bergidik ngeri. Lelaki gila ini benar-benar membuat Ten frustasi.

Johnny mengakhiri permainannya dengan sebuah ciuman ganas sekali lagi. Ia menggeser tubuhnya dari atas badan Ten. Lelaki kekar itu bangkit. Melepas borgol Ten dengan kasar hingga membuat pergelangan Ten tergores.

Tanpa peduli ringisan sakit dari Ten, Johnny mengangkat tubuh mungil itu. Membawa Ten yang bertelanjang dada dalam gendongannya menuju keluar. Untuk pertama kalinya Ten melihat cahaya mentari dari balik jendela setelah sekian lama terkurung dalam ruangan pengap itu.

Johnny membawa Ten ke kamarnya. Membaringkannya di atas tempat tidur. Kemudian, lelaki tinggi itu berjalan ke lemari pakaian dan kembali dengan setelan baju untuk Ten.

"Bersihkan dirimu segera!" titah Johnny tanpa menoleh ke arah Ten.

"Tapi-"

"Aku tak pernah menerima alasan," potong Johnny cepat. Terpaksa Ten berjalan tertatih ke arah kamar mandi. Bukan karena selangkangannya sakit, tapi karena dia benar-benar lemah. Ia belum makan pagi dan agaknya ini sudah lewat jam makan siang. Di tambah permainan Johnny yang membuatnya berpeluh.

Menyentuh air yang hangat sangatlah menyenangkan bagi Ten. Lelaki itu membersihkan dirinya dengan cepat. Takut jika Johnny menunggu lama dan memberinya hukuman berat. Usai mandi ia mengenakan pakaian yang di beri Johnny. Hoodie navy oversize melekat indah di tubuh mungilnya. Berpadu dengan celana hitam yang membuat penampilannya tampak sempurna.

Di ujung kasur kingsize, Johnny sudah menunggu Ten. Ia memberi isyarat dengan mata tajamnya agar Ten duduk di sebelahnya. Ten menuruti perintah itu.

Tangan Johnny ia letakkan di atas paha Ten. Mengusapnya dengan sensual. Ten hanya menunduk dan meremas ujung lengan hoodie navy pinjaman Johnny. Tangan Johnny bergerak menyentuh area selangkangan Ten. Lelaki mungil itu refleks menahan tangan Johnny.

"Why?" Ten menggeleng kuat. Takut untuk sekedar menjawab pertanyaan Johnny.

Wajah manis Ten diangkat oleh tangan Johnny. Si Dominan kembali meraup bibir Si Manis. Tangan Ten meremas ujung hoodie navy, sementara matanya terpejam kuat.

Johnny masih menciumi Ten. Tangannya bergerak nakal di atas paha Si Manis. Sesekali Johnny sengaja menyentuh aset berharga milik Ten. Membuat lelaki mungil itu mendesah pelan.

Usai melepas ciuman panas sepihak itu, Johnny menarik dirinya untuk berdiri. Ia menatap Ten tajam dan berpesan, "Jangan kemana-mana." Lelaki tinggi itu menghilang di balik pintu kamar mandi.

Ten masih mengatur napasnya. Ia memegangi bibirnya yang terasa bengkak. Ingin rasanya Ten mati saja. Agar ia bebas dan tak akan dimainkan lagi oleh lelaki tak waras itu. Namun, itu hanya sebatas keinginan. Ten tak punya cukup keberanian untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Pada akhirnya pun, hidup Ten hanya sebatas mainan bagi Johnny ....

∆∆∆

Mangsa [JohnTen]Where stories live. Discover now