33.Keluarga

Mulai dari awal
                                    

(Y/n) meraih tangan Sanemi dan segera berdiri. "Aku baik baik saja, hanya sedikit sakit"

"Ah, maaf."

Sanemi dan (Y/n) langsung menoleh ke samping, sempat melupakan apa penyebab (Y/n) jatuh menghantam lantai.

"Eh! Kau kan!" (Y/n) menunjuk orang itu dengan telunjuknya. "Adiknya Sanemi?!" nadanya terdengar antusias.

Dengan cepat (Y/n) melirik Sanemi dan menunjukkan ekspresi wajah menuntut.

"Apa?!" tanya Sanemi karena di lihat dengan ekspresi seperti itu.

"Kau tidak pernah mengatakan padaku kalau kau punya adik!" (Y/n) menyimpan kedua tangannya di pinggang, meminta penjelasan pada Sanemi

Sanemi memutar bola matanya malas. "Kau kan tidak bertanya"

Keduanya kembali bertengkar, adu mulut, melupakan kecanggungan yang sempat melanda beberapa menit yang lalu.

Genya menatap bingung entah harus berbuat apa. Akhirnya ia memutuskan untuk membungkuk membuat Sanemi dan (Y/n) berhenti bertengkar.

"Maafkan saya, saya tidak sengaja" Genya mengangkat tubuhnya kembali. "Saya harus pergi, permisi"

Ketika Genya hendak berjalan melewati (Y/n) dan Sanemi, (Y/n) menahan tangan Genya sehingga ia menghentikan langkahnya.

"Hei, kau benar benar adiknya Sanemi kan?"

Genya nampak resah dengan pertanyaan tersebut, sekilas ia melirik kakaknya yang sedang memalingkan wajahnya. Setelah menelan saliva nya susah payah, dengan ragu Genya mengangguk sebagai jawaban.

(Y/n) memiringkan kepalanya. "Kalau kau adiknya Sanemi, kenapa kau terlihat sering berada di kediaman kupu kupu? Kau tidak tinggal dengan Sanemi?"

Genya terdiam, kepalanya menunduk. Tiba tiba, Sanemi pergi begitu saja dari tempat itu tanpa sepatah kata pun. Tentu saja hal itu menimbulkan pertanyaan di benak (Y/n).

"Oi, Sanemi!" panggil (Y/n), tapi tidak didengar oleh Sanemi sedikitpun.

(Y/n) geleng geleng kepala dengan sikap Pilar angin itu, ia melirik Genya sekilas dan berkata dengan riang, "Aku akan menyusul kakakmu dulu, jaa!"

(Y/n) melambaikan tangannya sembari mengejar langkah Sanemi yang begitu cepat. Genya menatap kepergian kakaknya dan Pilar Salju tanpa berkata apapun, ia menghela nafas panjang lalu melanjutkan perjalanan nya.

.

"Sanemi!!"

Sanemi menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, ia melihat (Y/n) sedang mengambil nafas sebanyak mungkin.

"Apa?!" tanya Sanemi dengan nada tidak kalem.

"Kau mau kemana?" tanya balik (Y/n) setelah nafasnya kembali lancar.

"Ke kediaman ku lah!"

"Aku ikut ya!!" (Y/n) memohon dengan kedua tangan disatukan didepan. "Boleh ya, boleh ya, kumohonnn"

Sanemi memutar bola matanya malas. "Tidak boleh! Kecuali kalau kau mau mengurus pekerjaan rumahku" ia menyeringai, menyadari dapat memanfaatkan situasi.

(Y/n) melongo dengan persyaratan Sanemi. "Apa apaan kau ini?! Aku ingin berkunjung bukan jadi pembantu!"

Sanemi berbalik sepenuhnya, ia melipat tangan di depan dada. Matanya memperhatikan (Y/n) dari atas kepala hingga ujung kaki.

"H-hei! Apa apaan dengan tatapan mu itu?!" secara reflek (Y/n) menutupi tubuhnya dengan wajah memerah.

Sanemi menatap (Y/n) malas lalu berbalik, pergi meninggalkan (Y/n). "Muka mu itu muka pembantu, tau!"

Memories || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang