"Oh, mau ke mana, Bu?"
"Nggak tahu itu Papa. Katanya mau cari jam tangan." Papa Kala suka mengkoleksi jam tangan. Lalu, Papa Kiara tertarik dengan bisnis itu.
"Ya udah, Mama hati-hati, ya,"kata Kiara.
"Iya. Kalian jangan lupa makan. Kalau makanan di sana nggak enak, makan aja lagi di luar." Indira berteriak sebelum kedua wanita itu pergi.
Kastara dan Kala sudah menunggu dengan bosan. Kastara sudah rapi mengenakan batik dengan motif tenun batak. Sementara Kala mengenakan batik khas Toraja. Sepatu keduanya terlihat begitu berkilau. Celana bahan yang dipakai juga sangat pas di tubuh mereka. Keduanya seperti Kakak beradik.
"Akhirnya~" Kastara hampir menangis menunggu keduanya berdandan.
"Iya sudah, yuk." Yuna menarik tangan Kastara tak sabar. Kiara dan Kala mengikuti di belakang.
"Kamu cantik banget pakai itu. Aku pikir nggak bakalan kamu pakai sekarang." Kala memandang Kiara takjub.
"I-iya. Sebenarnya Mama kamu yang minta aku pakai ini."
"Bagus dan cantik banget. Aku merasa kita kayak lagi di Makassar tahu nggak." Pria itu terkekeh.
"Terima kasih." Wajah Kiara merah merona mendapat pujian seperti itu.
Di lokasi resepsi pernikahan sudah ramai. Di salah satu sudut di dekat meja prasmanan, ada tiga orang Ibu-ibu duduk mengitari meja bundar. Ketiganya mengenakan pakaian dengan warna senada.
"Ya ampun panas kali kurasa,"keluh seorang Ibu dengan rambut disanggul tinggi. Ia mengenakan kebaya merah dan songket. Kipas di tangannya tidak berhenti bergerak agar keringatnya tidak mengucur deras.
"Ya cemana nggak panas. Musim panas gini, nikahnya di rumah. Coba di hotel, kan dingin pakai Ac." Wanita di sebelahnya berbisik.
Sondang tertawa lebar."Ya cemana. Udah enak-enaknya semalam itu. Bikin acara dia di Hotel mewah. Dapat kamar lagi kami. Eh, tak jadi. Betingkah pula si Gika ini, Kak."
"Iya, jadi turun derajat kita dibuatnya. Kenapa nggak di hotel lagi aja, Kak acaranya?" ibu ketiga ikut bicara karena sudah merasa tidak nyaman di sini. Tetapi, namanya acara keluarga, mau tak mau mereka harus bertahan.
"Ini pun, ya, kipas aja tak ada. Ehh~he. Yang parahlah ini sekelas Manager acaranya begini."Ibu kedua kembali melontarkan kalimat pedasnya.
"Ih, nggak tahu kau. Udah tumpur si Gika ini gara-gara batal nikah. Udah dilunasi semuanya. Ini pun ngutang-nya dia ke Bank. Kalau betingkah ya gitu, acara pun ala kadarnya lah." Ibu pertama kembali menanggapi. Namanya Sondang. Ia merupakan istri dari Paman Kandung Gika.
"Yang betul,lah, Kak?"Ibu kedua dan ketiga menatap Sondang tak percaya."Masa sampe tumpur?"
"Iya loh. Nggak percaya kalian. Ini keponakanku, ya tahulah aku,"sahut Sondang sambil terus mengibaskan kipasnya.
"Iya. Yang bodohan Gika ini malah selingkuh pula. Bukannya cantik perempuannya." Pembicaraan masih berlanjut. Matahari semakin terik, pembahasan pun semakin menarik.
Sondang mengangguk setuju."Itulah kubilang. Make upnya pun tebal kali. Cuma cantik make up aja itu dia. Tapi, itu pulak yang mungkin menarik hatinya Gika."
"Ngeri kali jaman sekarang, Kak. Kayak bangga kali bisa merebut laki orang. Kalau tahu malunya si Vanya ini, ngapain dia adakan pesta." Ibu ketiga menanggapi lagi.
"Aku iya, benci kali kalau udah dengar selingkuh. Anakku pun jadi korban selingkuhan, Kak, sampai diceraikan. Tapi, itulah, ya, kalau orang baik. Udah nikah lagi anakku sekarang. Jadi punya menantu dokter aku. Sujud syukur aku saking bahagianya. Tuhan angkat derajatnya." Akhirnya Sondang bisa pamer menantu di acara keluarganya. Terlebih sekarang, ia sudah dikaruniai cucu kembar. Kebahagiaannya sudah lengkap. Sesekali ia mengunjungi anak dan cucunya di Jakarta.
ESTÁS LEYENDO
Save the Date
RomanceWarning 21+ Kiara memergoki Gika, Calon suaminya selingkuh dengan sahabatnya, Vanya. Bukannya langsung marah-marah, Kiara justru mengumpulkan bukti perselingkuhan mereka. Lalu, di malam pernikahan, Kiara membeberkan bukti dalam bentuk video dan foto...
Kondangan_1
Comenzar desde el principio
