*****
Jaehyun menelantangkan tubuhnya dengan kesal. Kesal dengan siapa lagi kalau bukan Sekretaris cantiknya itu. Kenapa Taeyong itu sangat menyebalkan?!
Apa pria mungil itu pura-pura tidak paham apa yang dikatakannya? Tapi rasanya tidak mungkin, Taeyong itu orang yang selalu mengatakan apa yang dipikirkannya. Bahkan dia bisa berkata-kata tanpa berpikir sedikitpun.
Tapi kenapa otaknya tak bisa menangkap maksud Jaehyun?! Tak sekali dua kali dirinya memberikan pancingan pada pria mungil itu tapi tak pernah ditangkap dengan baik.
Haruskah Jaehyun mengucapkannya secara gamblang? Hei, Jaehyun juga punya harga diri. Dimana harga dirinya akan ditaruh jika terlihat begitu jelas bahwa dirinya sedang mengejar Sekretarisnya itu.
Ya, Jaehyun menyuka—ah tidak. Lebih tepatnya memiliki perasaan yang lebih pada Taeyong, Sekretarisnya itu.
Tapi ya begitu, Taeyong itu otaknya cuma seperempat kalau kata Jaehyun. Pria tampan itu juga bingung bagaimana bisa dia menyukai seseorang seperti Taeyong?
Kalau ditilik dari wanita dan pria yang pernah dijadikannya kekasih, Taeyong sangat jauh dari tipenya. Hingga membuat Jaehyun sering pusing sendiri karena pria mungil itu.
"Hhh, lama-lama aku semakin sakit karena memikirkan Taeyong." gumamnya pelan kemudian memejamkan matanya.
*****
"Sekretaris Lee, ini laporan yang kemarin kukirimkan padamu." Taeyong mendongak ketika mendengar suara yang memanggilnya, kemudian tersenyum tipis mendapati seniornya bernama Irene Bae itu.
"Ah, terimakasih Sunbae."
Irene mengangguk, "Sama-sama." kemudian wanita cantik itu tak sengaja menggulirkan mata kearah ruangan Jaehyun. "Dimana Sajangnim?"
"Beristirahat dikamarnya." sahut Taeyong sembari membaca laporan yang Irene berikan.
"Masih sakit?" anggukan didapatkan Irene. Wanita itu mengernyit, "Tumben sekali, tidak biasanya Sajangnim sakit cukup lama. Biasanya besok harinya langsung sehat bugar."
"Mungkin dia sudah tua." Taeyong menyahut asal.
Irene menatap Taeyong datar, "Aku seumuran dengannya."
Taeyong mengangkat wajahnya dan mengerjapkan matanya, "Tapi, Sunbae awet muda seperti anak SMA." ucapnya kemudian tersenyum lucu.
Irene berdecih, "Hebat sekali kau merayuku." wanita mungil itu menyandarkan tubuhnya pada meja Taeyong, "Hei, apa kau mendengar sesuatu?" tanyanya.
"Sesuatu apa?"
"Berita heboh yang dibicarakan selama beberapa hari ini."
Taeyong mengernyit, "Berita apa?"
"Kau dan Sajangnim." ucap Irene, seketika Taeyong mendatarkan wajahnya.
"Ahh, berita tentang aku dan Sajangnim yang berkencan?" tanyanya dengan malas.
"Oh kau mendengarnya?"
"Aku tak sengaja mendengar mereka berbicara di toilet ketika aku sedang buang air." ucap Taeyong, kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Itu sangat heboh dibicarakan hingga sekarang." Irene menatap Taeyong yang mengerjakan pekerjaannya.
Taeyong menoleh pada Irene, "Jujur saja padaku, Sunbae juga berpikir seperti itukan?" tanya Taeyong dengan tatapan penuh selidik.
Irene mengangguk, "Iya, kukira kau dan Sajangnim memang berkencan." sahutnya dengan tanpa dosa.
"Mana mungkin aku berkencan dengan pria tua itu?!" seru Taeyong kesal. Kenapa orang suka sekali mengatakan hal itu?! Bagaimana bisa orang-orang menyimpulkan seenak jidat mereka?
Irene mengangkat bahunya acuh, "Kalian pergi bekerja bersama, ayolah siapa yang tidak terpikirkan jika kalian berkencan. Tak ada satupun." tangannya mengambil kacang Taeyong dan menyuapkannya kemulutnya.
"Apalagi kau terus yang merawat Sajangnim ketika sakit. Tentu saja orang akan mengeluarkan opini seperti itu." sambungnya.
"Aku jika ingin berkencan juga pilih-pilih, mana mau aku dengan Sajangnim." sungut Taeyong yang masih kesal.
Irene mengangkat alisnya, "Memangnya kau pernah berkencan?" tanyanya.
"Tidak."
"Sudah kuduga, kau bodoh." Taeyong merengut mendengar penuturan Irene.
"Kurasa Sajangnim itu tampan dan tak seburuk itu, tak mengherankan dulu dia menjadi seorang playboy yang memiliki begitu banyak wanita dan pria cantik dihidupnya." ucap Irene dengan santai sambil memakan cemilan Taeyong.
Taeyong menoleh kembali pada Irene, terdiam sejenak. "Jadi cerita Sajangnim dulu diketahui banyak orang?" tanyanya dengan suara pelan.
Irene mengangguk, "Tentu saja, aku sudah 10 tahun bekerja disini. Sudah tak terhitung aku mendapati Sajangnim yang membawa wanita atau pria cantik yang berbeda." ucapnya.
"Lalu bagaimana dengan wanita yang datang tadi?" tanya Taeyong, pikirannya sedikit terganggu tentang wanita yang mengunjungi Atasannya tadi.
"Rose? Dia yang sering bersama Sajangnim dari dulu, biasanya Sajangnim hanya akan membawa orang itu sekali ke Kantornya dan berakhir berganti dengan yang lain, tapi dengan Rose tidak." Taeyong diam mendengarkan penuturan Irene.
"Roselah yang paling bertahan lama dengan Sajangnim. Seolah Rose adalah rumah bagi Sajangnim,mungkin mereka mencintai satu sama lain." sambungnya dengan acuh. Seolah itu adalah cerita yang sudah biasa.
"Ah, begitu." ucap Taeyong pelan.
Irene menatap lamat Taeyong, sembari mengunyah. "Kenapa kau bertanya?"
Taeyong menggeleng pelan, "Tidak ada, hanya penasaran." sahutnya kemudian tersenyum tipis.
"Kukira kau cemburu." ucap Irene dengan acuh, tapi matanya selalu menatap setiap ekspresi wajah Taeyong.
"Dengan siapa?" Taeyong mengangkat alisnya.
"Dengan Sajangnim tentu saja, tidak mungkin dengan Satpam didepan." Taeyong mendatarkan wajahnya mendengar itu.
"Perasaan cemburu itu sebenarnya bagaimana?" tanyanya dengan canggung.
Irene terperangah mendengar pertanyaan Taeyong, "Kau benar-benar bodoh ya ternyata." ucapnya dengan tak percaya. "Kau pernah jatuh cinta tidak?"
Mengerjapkan matanya, "P-pernah, tentu saja." ucap Taeyong dengan malu-malu.
"Kalau pernah berarti kau juga pernah cemburu." sahut Irene, "Kalau kau tidak suka melihat orang yang kau cintai itu bersama orang lain berarti itu artinya kau cemburu."
Taeyong mengangguk, "Oh, aku sih biasa saja." ucapnya pelan.
"Apanya?"
"Tak apa." Taeyong menggeleng.
Pintu ruangan Jaehyun terbuka dengan keras hingga Irene dan Taeyong terlonjak dari tempat mereka, Irene hampir saja terjatuh ketika melihat wajah Jaehyun yang begitu datar.
"Nanti temani aku berbelanja pakaian untuk acara pembukaan Hotel milik Kim Group." ucap Jaehyun dengan datar.
"Baik, Sajangnim." sahut Taeyong dengan sopan.
Jaehyun melemparkan tatapan dingin pada Irene, hingga Irene mengerjapkan matanya melihat itu. Kemudian kembali masuk kedalam dengan pintu yang kembali ditutup keras.
Irene menatap Taeyong. "Kenapa dia?" tanyanya dengan bingung. Ya tentu saja dia bingung, apa salah dirinya hingga pria itu melemparkan tatapan dingin seperti itu? Kalau Irene tidak salah lihat pria iti tadi sempat sedikit memelototinya.
Taeyong memutar jari telunjuknya disamping kepalanya, sembari berucap, "Gila!" tanpa suara.
Irene menganga tak percaya kemudian menggeleng, "Sekarang aku percaya kalian memang tidak berkencan."
TBC
Jangan hujat Rose ya, streaming mv sama lagunya aja. Supaya hati kalian tenang, kalau aku malah mabok sama lagu bsidenya wkwk...
Happy Reading 💖
Jangan lupa vote dan komen ya~
Love you all!!!❤️❤️❤️
STAI LEGGENDO
My Crazy CEO (JAEYONG) ✔️
Storie d'amore{COMPLETE} "I still can't believe that My Crazy CEO is my husband." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
PART 9
Comincia dall'inizio
