31.Keinginan untuk Mati

Comenzar desde el principio
                                    

Oyakata-sama menatap iba pada (Y/n). Tapi kemudian, ia teringat satu hal. "(Y/n), apa artinya orang tuamu masih ada di dunia mu sekarang ini?"

(Y/n) menggigit bibir bawahnya dan menggeleng. "Mereka pergi saat aku berumur 10 tahun"

"10 tahun?!" pekik Tengen tiba tiba dengan suara pelan, ia berusaha agar suaranya tidak terdengar, tapi heningnya ruangan itu membuat suara Tengen tersampaikan pada telinga (Y/n).

Oyakata-sama tampak merasa bersalah telah menanyakan hal itu. "Maaf, (Y/n). Aku tidak bermaksud untuk—"

"Tidak apa, Oyakata-sama" potong (Y/n) kilat. Ia mengangkat wajahnya dan tersenyum, sangat terlihat bahwa senyum itu dipaksakan. "Saya baik baik saja"

Oyakata-sama tersenyum lega, meski dalam hatinya ia masih merasa bersalah. Dengan hati hati, Oyakata-sama hendak mengeluarkan pertanyaan lagi. Ia tau, mungkin pertanyaan ini bisa menyakiti hati anaknya yang satu itu, tapi ini begitu penting baginya.

"(Y/n), boleh aku tau, bagaimana mereka bisa... pergi meninggalkanmu?"

Semua orang bisa melihat tubuh (Y/n) kembali menegang, diikuti getaran yang melanda seluruh tubuhnya. Tanpa bisa dikendalikan, air mata keluar dan membasahi pipi gadis itu. "Kematian... mereka?"

Oyakata-sama mengangkat kedua tangannya ke depan. "Maaf, (Y/n). Jika kau tidak ingin menceritakannya, kau tidak perlu menjawab pertanyaan ku"

(Y/n) menggelengkan kepalanya cepat, dengan kasar tangannya menghapus sisa air mata di pipinya. "Tidak, ini sudah waktunya aku mengeluarkan semuanya"

Oyakata-sama mendekat dan duduk tepat di hadapan (Y/n). Ia mengelus surai sewarna karamel gadis di hadapannya. "Kalau begitu, pelan pelan saja ya"

(Y/n) mengangguk menanggapi ucapan Oyakata-sama. Ia menghela nafas panjang sebelum memulai ceritanya. "Sejak saya lahir, ibu saya memang memiliki kondisi tubuh yang lemah, dia sering sekali sakit"

"Saat itu, umur saya 10 tahun. Ditengah malam, tiba tiba saya ingin sekali menemui ibu saya. Akhirnya saya memutuskan menemui dia dikamar nya. Disaat saya tiba, saya mendapatinya sedang menangis sembari menatap ke luar jendela"

"Saya menghampiri nya. Saya menanyakan 'ada apa?'. Tapi dia malah memeluk saya dan mengucapkan kata maaf terus menerus" (Y/n) mencoba menghapus air matanya, tapi anehnya air mata itu tak dapat berhenti keluar.

"Saya benar benar tidak mengerti saat itu. Tiba tiba ibu saya menyuruh saya untuk kembali ke kamar. Saya menurutinya, dan kembali tidur. Disaat saya bangun, disitu saya baru sadar bahwa malam tadi adalah terakhir kalinya saya memeluk ibu saya"

Semua orang nampak kaget dengan cerita (Y/n). Semua menatap prihatin pada gadis yang berusaha keras menghentikan tangisannya. "S-saya tidak mengerti, kenapa Kami-sama mengambil ibu saya secepat itu. Hal yang sangat saya sesali adalah, saya belum sempat menyampaikan, begitu saya menyayanginya, begitu saya menyayangi ibu saya, saya tidak sempat mengatakan itu"

Oyakata-sama seakan dapat merasakan penderitaan (Y/n). Kehilangan seseorang yang disayangi, merelakannya, dan sekarang harus diungkit kembali. Pemimpin pemburu iblis itu menepuk kedua pundak (Y/n) dan menatap dalam pada iris mata (Y/n). "Pelan pelan saja, jika kau tidak ingin melanjutkannya tidak apa"

(Y/n) menggeleng sembari menghapus air matanya. Sudut bibir yang tertarik keatas menunjukkan bahwa ia baik baik saja, tapi sorot matanya memperlihatkan kesedihan yang sangat dalam.

"Kami pun segera memakamkan ibu saya. Tetangga kami ikut membantu, Koyuki-nee dan keluarganya juga hadir dalam pemakaman itu, mengingat keluarga kami sangat dekat"

Memories || Kimetsu no YaibaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora