2 : Jess's POV

13.2K 489 17
                                    

Aku baru saja berjalan memasuki kamarku ketika kulihat Mama sudah duduk di tepi ranjang sambil sibuk membuka-buka album foto. Mama mendongak begitu menyadari kehadiranku kemudian menyambutku dengan senyum lebar. Hijabnya yang berwarna merah muda sungguh serasi dengan pakaian yang dikenakannya. Setelah menutup album foto, tangan Mama bergerak memanggilku, mengajakku untuk duduk disampingnya.

"Mama lagi ngeliatin apa?" Aku bertanya ketika sudah berada disampingnya.

Mama mengusap puncak kepalaku sejenak kemudian tersenyum. "Mama habis lihat-lihat album foto Papa kamu dulu.."

"Mama kangen sama Papa?" Aku mendadak teringat kembali sosok Papa yang sudah lama pergi meninggalkan kami. "Apa mau Jess temenin ke makamnya besok? Kebetulan besok Jess gak ada kuliah pagi."

Mama dengan cepat menggeleng. "Tadi Mama sudah ziarah kesana."

"Tumben Mama gak ngajakin Jess ikut. Biasanya setiap kesana Mama selalu ajak Jess."

"Mama tadi kesana sama Om Andre."

Jawaban Mama sedikit membuatku tertegun. Andrean Ivandra memang sudah kukenal cukup lama. Sudah hampir setahun ini pria berkacamata dan memiliki lesung pipi itu berusaha mendekati Mama. Meskipun sudah berumur, penampilan pria berusia 40-an itu cukup necis. Berbeda dengan pria lainnya yang memiliki perut buncit dan kepala botak, Om Andre justru masih terlihat ramping dan gagah.

"Mama ngajak Om Andre ke makam Papa?" Aku mulai merasakan ada yang tidak beres dengan sikap Mama yang kali ini agak berbeda.

Mama hanya mengangguk sambil memandangi cover album foto yang masih berada ditangannya. Matanya seolah menerawang mengenang masa lalu.

"Ma?" Kusentuh lengannya perlahan.

Mama terlonjak menyadari aku masih berada disampingnya. Bibirnya kembali mengulas senyum. "Jessica.. Sepertinya Mama akan menikah lagi."

Bagai disambar petir di siang bolong aku mendengar pengakuannya. Mama akan menikah lagi? Tentu saja. Mama masih muda. Tentu dia butuh seseorang yang bisa menjadi pendampingnya kelak hingga usia senja. Tapi mendengar keputusan Mama yang menurutku sangat mendadak ini cukup membuat aku ikut kaget. Sudah belasan tahun Mama hidup sendiri dan tiba-tiba tanpa alasan yang jelas ia ingin menikah lagi. Dengan siapa?

"Apakah.. Dengan Om Andre?" Aku hampir tidak bisa menahan nada bicaraku agar tidak tercekat.

Mama hanya tertunduk.

"Apa.. Apa Mama sudah yakin?"

"Jess.." Mama menggenggam jari-jariku dengan kedua tangannya. "Mama tidak akan menikah kalau kamu tidak setuju. Saat ini hanya kamu yang paling penting untuk hidup Mama. Mama yakin kita berdua akan baik-baik saja meskipun Mama tidak menikah. Mama masih kuat bekerja dan membiayai semua keperluan kamu."

"Bukan itu Ma." Aku dengan cepat menggeleng. "Aku gak keberatan kalau Mama menikah lagi. Tapi apa Mama sudah yakin dengan pilihan Mama?"

"Keluarga Om Andre sudah datang untuk melamar Mama.."

Secepat itukah? Sejujurnya aku cukup menyukai laki-laki itu. Dia sangat sopan dan tidak pernah menyakiti hati Mama. Setiap dia berkunjung kerumah, ia selalu membawakan kami buah tangan. Jika pulang dari tugas di luar negeri, tidak jarang dia juga memberiku oleh-oleh khas negara yang dikunjunginya. Dia juga sosok humoris. Tidak butuh waktu lama baginya untuk bisa mengakrabkan diri denganku. Hanya saja..

"Ja.. Jadi Mama sudah yakin dengan keputusan Mama? Aku takut Om Andre akan menyakiti hati Mama."

"Mama sangat yakin kalau dia bisa menjadi suami sekaligus Papa yang baik buat kamu Jess."

Homophobia in LoveWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu