LaM 4 : Surat Perjanjian

Start from the beginning
                                    

"Ck, jadi maksudku itu aku hanya akan menjadi suamimu saja, lebih tepatnya menyandang status sebagai suami. Namun, untuk hati dan juga raga masih milik Baekhyun. Setelah kita menikah, aku akan tetap menjalin hubungan dengannya. Dan juga setelah itu kita akan pindah ke rumah yang telah aku beli, dan tentunya Baekhyun juga ikut bersamaku."

Sakit? Sangat. Aku tak pernah mengharapkan hal ini terjadi di dalam hidupku. Tidak, ini semua tidak terasa adil untukku. Aku serasa dipermainkan di sini. Aku adalah korban dari pelampiasan nafsu Jung Jaehyun, dan saat akan bertanggung jawabpun aku harus kembali merasakan sakitnya melihat suami yang masih berhubungan dengan kekasihnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakakku sendiri.

Ingin bibir ini menolak semua rencana ini, namun aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa yang berhak mengutarakan penolakan. Akupun masih memikirkan orang tuaku, tentu saja aku tak ingin mereka malu.

"Tae.."

Aku tersentak saat sebuah tangan mengusap lembut lenganku. Aku menatapnya yang sedang melihatku dengan pancaran sarat akan kekhawatiran.

"Kau melamun," Ucapnya pelan.

Ahh aku tak sadar melamun selama itu. Kini aku sedang berada di sebuah kafe dengan temanku, Johnny. Johnny adalah orang yang aku datangi saat insiden itu terjadi.

"Jadi, kau akan menyetujuinya?" Aku menatapnya sebentar dan mengangguk. "Aku tak bisa menolak, John. Kakakku sudab mengatakan pada orang tuaku bahwa Jaehyunlah pelakunya, aku tak bisa berbuat apa-apa."

"Tapi ini tidak adil, Tae. Bagaimana bisa ia menikah denganmu sedangkan hubungan mereka masih berlanjut. Gila!"

Aku sudah menceritakan semuanya kepada Johnny. Ia adalah sahabatku, dan responnya sesuai dugaanku. Ia tidak setuju dengan rencana ini. Namun, kembali lagi, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tak apa. Aku adalah orang yang kuat, jika mereka melakukan sesuatu di depanku maka aku akan menggunakan kaca mata untuk menghalangi pandanganku," Jawabku mencoba bercanda dengannya.

Johnny menghela napas kasar. "Tae, aku serius."

Oke, sepertinya ia sedang tak ingin main-main.

"Tae, please, tak usah kau teruskan jika akhirnya kau pun tak sanggup. Aku saja tak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi kau, melihat suamimu tinggal satu atap dengan kekasihnya. Orang gila mana yang sanggup melakukannya?"

"Aku." Aku mengusap tangan Johnny. "Aku bisa, John. Aku pasti bisa melewati semua ini. Aku memberitahukan ini karena kau adalah sahabatku, dan aku sudah memutuskan aku akan menjalaninya. Kau cukup melakukan peranmu sesuai porsi seorang sahabat. Kau mengerti, 'kan?"

Bisa ku lihat tatapan matanya seperti sedih dan juga penuh kekhawatiran. Aku bisa mengerti, ia pasti sangat mengkhawatirkanku. Namun, aku tak bisa membatalkan semua ini. Anggap saja aku melakukan ini karena orang tua dan juga anak yang berada di kandunganku.

"Datang padaku jika kau sudah tak sanggup dengan semua ini. Rumahku akan selalu terbuka untukmu," ucap Johnny.

"Percaya padaku, aku akan bisa melewati semua ini."

—o0o—

Author Pov

Malam harinya, setelah makan malam Taeyong langsung masuk ke dalam kamar. Biasanya ia akan menonton televisi namun kali ini ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

Look at MeWhere stories live. Discover now