Nutrijel kesayangan

19 2 0
                                    

Bandung,  27 Januari 2021

Suatu saat, di tempat paling tenang jauh dari kebisingan, jauh dari keramaian. Hanya aku, dan beberapa orang yang ku sayang.

Pagi itu, aku duduk di halaman depan rumah kayu sederhana, di temani satu raga yang sudah ku kenal sejak lama. Dia menginterupsi, dengan pertanyaan yang mungkin hanya iseng. Tanya nya,

“bagaimana cara kamu mengenang seseorang? Atau mungkin, kenangan paling sederhana yang akan selalu kamu ingat meski nanti dia telah tiada?”

Ku lirik dia sekilas, lalu kembali pada objek yang sedari tadi ku pandang sembari menjawab dengan tenang

“musik” jawab ku

“maksudnya?” tanya dia heran

Jeda beberapa menit, aku terdiam menatap langit menyesap teh hangat yang sedari tadi di simpan di atas meja kayu,

manis.

Kata pertama yang muncul dalam benak tentang penilaian pada teh ini, lalu setelah nya, tenang. Seolah segala beban terangkat seketika. Aku tersenyum samar, lalu ku letakkan kembali gelas teh tadi, dan ku sandarkan tubuh ku ke punggung kursi.
Perlahan ku jelaskan,

“aku salah satu manusia sederhana yang tak tahu harus melakukan apa, kamu bisa sebut aku kaku.
Aku salah satu manusia dengan banyak kata-kata tapi tak pernah bisa berkata, Kamu bisa sebut aku bisu.
Aku salah satu manusia yang sangat perasa, tapi tak mudah untuk ungkapkan rasa, kamu bisa sebut aku batu.

Namun, aku juga salah satu manusia yang banyak mau.

Contoh nya jika aku rindu, atau mungkin layu, atau mungkin ya, semacam itu.

Musik adalah satu hal yang paling mewakilkan rasa ku, setiap orang yang hilir mudik di hidupku, pasti pernah ku beri dia satu lagu.
Karena aku tahu, siapapun orang itu, dia takkan pernah lama bersamaku.

Jika ku beri dia surat penuh sajak, suatu saat mungkin akan hangus terbakar atau basah.
Jika ku beri dia barang, suatu saat mungkin akan rusak atau hilang dan terbuang.
Satu hal yang menurut ku akan selalu ada bersama jiwa nya.

Kenangan.

Aku bukan manusia manis, yang bisa romantis.
Apalah dayaku, kamu pun tahu aku ini terlalu egois.

Hanya musik, yang bisa ungkapkan rasa ku.
Cukup musik, yang paling mudah merangkai memori masa lalu.
Tak lain, musik selalu membuat ku mabuk rindu.

Aku tahu mungkin kamu akan bertanya, mengapa harus musik.

Satu hal.

Aku hanya berharap, ketika suatu saat siapapun yang pernah bersama ku, tak sengaja mendengar musik kesukaan kami dulu, dia mulai mengenang ku. Tak perlu kembali, cukup ingat aku, itu sudah sangat patut ku syukuri.
Kamu tahu, musik bisa saja tak sengaja terputar, tiba-tiba muncul di playlist yang sedang di putar, lalu mulai memutar memori yang pernah terangkai.
Ku harap seperti itu.”

Dia tertegun atas jawaban ku, lalu kembali dia lontarkan pertanyaan lain, yang seketika membuat ku gagu, dan tak tahu harus jujur atau bisu.

“musik mana yang paling membuat mu jatuh cinta?”

Aku diam, membatu.
Haruskah ku jawab? Bahwa sebagian diri ku masih terkurung masa lalu?
Perlahan aku mulai angkat bicara, semilir angin seolah menguatkan dengan  berbisik  'katakan saja, tidak apa apa'.

Ku jawab dengan tenang.

“Gangga - blue jeans”

"Itu untuk siapa?" Tanya nya lagi

"Masa lalu, rasa yang kerap kali buat ku rindu, dan jatuh cinta berulang kali"

"Kemana dia pergi?"

"Aku tak tahu, yang ku tahu kini dia punya rumah baru"

"Kamu masih berharap dia kembali?"

Lalu, ku tatap matanya sebentar, tak berselang lama ku tinggalkan dia sendirian. Tanpa ku jawab pertanyaan itu.

Karna aku sendiri, tidak tahu.

Beberapa langkah melaju, kembali ku berbalik menghadap dia, dan ku katakan

“musik tadi, untuk November ku, sebelum yang ini ada musik lain yang lebih menyayat hati. Yang dia beri untukku. Untuk lagu yang ku sebut tadi, itu dariku untuk dia. Dia rasa ku yang masih abu-abu, tak tahu sudah melaju atau masih denganku. Intinya aku rindu.
Dia milikku, meski tak seutuhnya bersamaku.
Sudah ya, aku tak mau membahas terlalu jauh. Aku terlalu pengecut untuk mau mengenang luka lama karna takut luka kembali menganga, apalagi jika aku harus kembali jatuh pada cinta yang sudah sekian tahun di paksa tiada.”

Lalu, ku langkahkan kembali kaki ku, menjauh dari arah nya. langkah yang gagah dengan hati yang patah, sebab nyatanya ada yang kembali, kembali mengusik rasa dalam hati.

bersamaan dengan mata yang tak sanggup menampung luka, dan rasa yang kembali bersemi bersamaan dengan remuk tak bersisa, lirihku mengudara mengadu untuk sampaikan sendu.
semesta, aku rindu.”

-ars


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

secangkir tehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang