Untitled Part 1

330 21 4
                                    


Minggu, 29 Desember 2019

Hi, aku sudah di bawah. Di taman samping apartemenmu. -JW

Jeong Won sekali lagi membaca pesan yang ia kirim, sudah lima menit berlalu dan belum ada tanda-tanda pesannya sudah dibaca.

Well, I guess it's my turn to wait, then. Ia menghela napas sambil menggosok kedua telapak tangannya. Jeong Won merutuk dalam hati karena lupa memakai sarung tangan, sweater rajut yang ia pakai masih belum cukup untuk menghalau dingin walaupun kini ia duduk di dalam gazebo. Kau pintar sekali, Ahn Jeong Won. Kau lupa memakai sarung tangan, dan sekarang coat-mu ketinggalan di mobil. Sekarang Desember, bukan April.

Ya, Desember. Tepatnya tanggal 29 Desember.

Jeong Won melirik ke arah meja di sampingnya, tempat ia menaruh dua buah tumbler berwarna hitam berisi coklat panas. Life is funny, pikir Jeong Won sambil tertawa pelan. Seharusnya saat ini ia sedang siap-siap untuk berangkat menuju bandara untuk terbang ke Itali, but look at him now, in the middle of winter, at the beautiful gazebo. Waiting for someone. A certain someone.

Sekuat apapun tekadnya, sekeras apapun usahanya, rencana yang ia susun sedemikian rupa ternyata tidak ada artinya jika dibandingkan dengan rencana Tuhan.

He wants me to stay.

He understand.

"Jeong Won-ah, I'm sure He will understand. Besides, when your brain and heart are saying two different things, your heart is right." Percakapannya dengan Ik Jun tempo hari membuatnya gelisah. Kata-kata Ik Jun seolah menamparnya, itu pertama kalinya seseorang berani berbicara dengannya tentang hal yang ia sendiri berusaha hindari, tentang perasaannya yang mati-matian ia tutupi.

"Don't you like Jang Gyeo Ul? To the point that makes you question about becoming a priest."

"If you like her, say so. I'll keep it a secret."

Saat itu ia ingin sekali menendang sahabatnya yang terlalu banyak bicara. Bagaimana si bodoh Ik Jun bisa tahu? Selama ini, pikir Jeong Won, ia sudah cukup berhasil menutupi perasaannya, tak ada yang tahu, tak boleh ada yang tahu. Karena ia sudah bertekad untuk pergi.

Tapi Lee Ik Jun terus mengoceh.

"That's why I want her to be happy. I want her to be happy with my friend Jeong Won."

Ocehan Ik Jun mengganggunya.

Membuatnya gusar.

Membuatnya tanpa sadar ikut mengaminkan ucapan Ik Jun.

Dan setelah itu, seolah percakapannya dengan Ik Jun tak cukup membuatnya gila, di perjalanan pulang tiba-tiba saja radio yang ia dengarkan memutar sebuah lagu. Ia tak tahu apa judul lagunya dan siapa penyanyinya. Tapi liriknya sungguh menggambarkan situasinya saat ini.

These days, all day
My heart is dizzy even though it's not a big deal
Why are my feet stopping?
The flowers, the wind, the children pop
All make me think of just one person

Saat itu Jeong Won merasa semesta sedang mengajaknya bercanda.

Dan lirik selanjutnya, membuatnya berandai-andai. What if..

Shall we walk together, if it's alright with you?
Wanna walk with me?
If it's awkward, I'll hold out my hand
All of those feelings I kept alone
I wanna tell you now, as I look at you
Just like this, a little closer

***

Gyosunim, maaf baru balas. Aku baru saja selesai mandi. I'll be there in 10 minutes. Maaf membuatmu menunggu. -GU

Shall We Walk Together?Where stories live. Discover now