"Jeno, Tunggu!"

Jeno menghentikan langkahnya dan melihat Doyoung dengan pandangan bertanya.

"Apa Johnny sudah cuti?"

Jeno mengangguk,  "Pesawatnya berangkat tadi malam, pasti dia senang sekali bisa pulang ke Chicago meski hanya sebentar."

Doyoung bernafas lega, "Mau aku traktir kopi?"

"Call, aku akan mengajak Mark Hyung nanti."

.

.

.

"Kau tahu tentang masalah itu kan?"

Taeil mendengus karena ia sedang serius membaca hasil MRI seorang pasien yang akan dioperasi besok. Ia meletakkan seluruh dokumennya lalu memangku wajahnya dengan satu tangan. Ia sungguh tidak mengerti kenapa semua teman-temannya suka mengganggunya dengan cara seperti ini. "Kalau aku tahu memang kenapa Doyoung?"

Doyoung meletakkan sebuah bingkisan di depannya juga segelas kopi hangat, sekilas dari aromanya seperti Latte. Lalu pemuda itu melangkah untuk duduk di sofa ruangan itu yang biasa ia gunakan untuk tidur. "Apa kau tidak bertanya?" tanya Doyoung sambil memainkan ponselnya.

"Apa itu hakku?" tanya Taeil kembali memperhatikan hasil MRI pasien setelah satu sesapan latte yang dibelikan Doyoung.

"Johnny yang memberi tahumu?"

Taeil refleks mengangguk sebagai jawaban.

"Aku minta maaf karena menghancurkan hatimu juga," kata Doyoung.

Taeil berhenti dari kegiatannya namuan ia juga tidak mengalihkan pandangannya kepada Doyoung. "Apa maksud--"

"Kau jatuh cinta kepada Seo, jangan berusaha mengelaknya Moon. Dan aku yang mendorong Johnny untuk mengungkapkan perasaannya kepada Jaehyun. Semua sudah terlanjur Moon, aku minta maaf."

"Bukan salahmu."

"Tetap saja--"

"Aku belum memutuskan apa yang akan aku lakukan Kim. Kau tenang saja, aku akan baik-baik saja. Itu bukan salahmu, kau hanya membantu Johnny untuk menjadi lebih baik kalau tidak dia tidak akan punya kesempatan itu lagi. Johnny juga memikirkan hal itu baik-baik sebelum melakukannya. Akhirnya Jaehyun memutuskan seperti itu dan kau juga ikut terluka karena keputusan Jaehyun."

Doyoung menatap Taeil seksama begitu sebaliknya.

"Aku bukan satu-satunya yang tersakiti di sini. Aku juga bukan orang yang baik Doyoung, Mungkin aku akan membuat Taeyong berhenti mengejarku."

Doyoung menarik nafas, "Jika itu terjadi kita akan ada di fase paling krusial dalam hubungan persahabatan kita Taeil. Bertahan atau Berakhir, hanya itu pilihannya."

Taeil tersenyum, "Aku tahu tapi aku punya keyakinanku sendiri Doyoung."

"Apa?"

"Masing-masing dari kita akan menemukan jalan sendiri untuk kembali bersama. Seperti itulah kita karena kita adalah danau yang tenang. Kalaupun ada yang berubah kita akan kembali tenang dengan cara kita. Johnny sedang membangun kembali hatinya yang hancur, Jaehyun sedang menenangkan dirinya, kau merenungkan tindakanmu, aku akan memikirkan tindakanku selanjutnya."

"Lalu Taeyong bagaimana?"

Taeil tahu, ia tidak akan mendapat jawaban yang diinginkan Doyoung kecuali bertanya kepada yang bersangkutan. Setelah ini mereka akan sampai pada puncak cobaan hubungan persahabatan mereka berlima. Lingkaran yang entah akan hancur atau berubah menjadi lebih kokoh. Taeil tidak ingin menebak hal itu, karena semesta punya kisah tersendiri untuk mereka.

A Calm WaterWhere stories live. Discover now