Bab 2.

181 51 2
                                    

Shella mengempaskan badannya diatas tempat tidur. Dia hari ini benar-benar sangat capek tanpa satu hari dia istirahat hanya memindahkan barang bawaan ke rumah baru.

Rumah baru, kehidupan baru, keluarga baru. Ya, itu yang Shella jalankan sekarang. Dia akan memulai dunia baru bersama seorang pria sudah resmi jadi suami. Rangga Pratama.

Dilihat lagi ponsel galeri sendiri, disana terdapat banyak foto kenangan bersama sahabat baiknya. Sepeninggal Gee karena kecelakaan saat dia menelepon dirinya. Ponsel milik Gee mati karena baterai lowbet.

Dari keterangan pihak polisi, Gee mencari charger untuk mengisi daya baterai dengan powerbank. Karena powerbank itu ada dijok belakang tempat duduk. Gee mengambil sembari mengemudi, namun sebuah mobil besar dari arah berlawanan sedang mengelak dari mobil depan.

Gee pun dengan cepat untuk menghindar namun sayangnya peristiwa cepat. Mobil Gee terpental dan terbalik ketika menabrak pembatasan tembok tol. Gee terperangkap di dalam. Semua warga setempat pun berkumpul untuk mengevakuasi peristiwa itu.

Shella mengelus layar ponselnya, terakhir dan tinggal kenangan bersama Gee waktu nongkrong di kafe Sosmed. Sambil bercanda dan foto berdua. Disanalah permohonan dan permintaan dari Gee pun harus dijemput serta pulang kepangkuan maha Kuasa.

Rangga masuk tanpa mengetuk, Shella segera menghapus air matanya dan memasukkan ponsel ke bawah bantal. Dia pun dengan cepat menarik selimut dengan membelakangi Rangga. Shella belum siap jikalau Rangga melihat dirinya masih mengenang Gee.

Rangga buka lemari pakaian telah dirapikan oleh Shella. Dia hanya mengambil kaus polos dan handuk. Kemudian dia pun keluar dari kamar itu tanpa berbicara sepatah kata pun.

Shella yang pura-pura tidur kembali membuka kedua matanya. Suasana di rumah ini akan membawa dia menjadi dunia berbeda. Shella juga merasa Rangga jauh lebih terpukul kehilangan Gee.

Bagaimana tidak? Rangga sangat mencintai Gee, sebaliknya dengan Gee. Hingga sekarang Shella belum tau maksud lamaran Rangga datang ke rumah orang tuanya. Bahkan dia juga tidak tau kenapa Rangga yakin dia pantas jadi istri yang baik.

Bukan karena Rangga kasihan padanya, Shella seorang janda perawan ditinggal oleh mantan suami demi mempertanggungjawabkan kehamilan darin selingkuhannya. Itu bukan alasan yang tepat.

Shella bangun dari tidurnya, kemudian suara tidak asing itu mengagetkan dirinya. "Apa kamu mau ikut aku makan di luar?"

Shella segera menoleh, tatapannya tidak dapat dia elak. Rangga begitu tampan dengan baju apapun semua cocok dibadannya. Rangga sekarang sudah rapi dan wangi.

"Gak, gue mau di rumah saja," jawab Shella menolak.

"Oh begitu, baiklah," Rangga pun keluar dari kamar tanpa berkata apa pun lagi. Shella berpikir kalau Rangga akan menanyakan apakah ada yang mau dia beli saat dia berada di luar nanti.

"Ck! Pria sok cool! Simpati sikit kek. Tanya, apa mau dibeliin gitu?!" gerutu Shella mengumpat lalu dia kembali tidur lagi.

****

Shella mematikan TV karena dia terlihat sangat bosan, sudah 3 jam Rangga belum juga pulang ke rumah. Dia menatap jam dinding menempel di dekat lemari penghias bunga. Sudah sore saja, dia pun bangun dari duduk menuju dapur.

Entah apa yang Shella cari disana, yang pasti dia mencari bisa diisi oleh perut. Kulkas tidak satu pun warna yang segar oleh matanya. Hanya ada minuman dingin, dia kembali menutup kulkas dengan rasa jengkel.

Belum putus asa, dia coba menarik kursi di bawah meja makan. Kemudian dia membuka satu per satu lemari, dia berharap ada camilan atau apalah bisa dia makan. Daripada dia kelaparan karena belum diisi.

Tiba di rumah ini, Shella hanya mengisi perutnya dengan sepotong roti diisi selai cokelat mentega. Camilan favoritnya, Shella mengira di rumah baru nanti sudah terisi semua makanan stok dan camilan.

Satu per satu dia buka dan kursi dia naiki mulai bergerak tidak seimbang, saat dia meraih lemari paling ujung. Tiba-tiba kursi dia naiki harus tergeser ke samping, membuat Shella terjatuh.

Untung seseorang menangkap Shella, kalau tidak mungkin Shella akan amnesia atau terbaring seperti mayat.

"Ngapain di sana? Mau coba bunuh diri?" cerca Rangga menyadarkan Shella yang masih syok kejadian tadi.

Shella pun dengan sikap kasar turun dari tangkapan Rangga. Dengan sikap angkuh dan kesal, dia pun membalas pertanyaan dari Rangga.

"Maunya sih gitu, kemana saja sih lo? Makan di luar saja pun lama banget?! Gak ingat orang rumah lagi tungguin makanan?" sergah Shella, entah kenapa Shella begitu kesal sama Rangga.

Yang pastinya dia tidak suka ada kasih pertanyaan dengan cara ngegas begitu. Shella boleh akui, Rangga cool kalau dikasih pertanyaan kayak gitu. Tapi sikap dia itu beda pada waktu dia bersama Gee.

Ya, waktu bersama Gee sikap Rangga itu lemah lembut, terus perhatian, pengertian, pokoknya tidak pernah dilewatkan namanya suka bercanda. Walau tidak sering kali Shella bercanda dengan Rangga. Dia tau diri, pacar orang ngapain canda begituan.

Setelah menikah, sikap Rangga sangat jauh beda, suka ngegas tidak jelas, suka kasih pertanyaan menusuk jantung. Apalagi cuek banget. Semua yang dilihat oleh mata Shella itu beda, sikap Rangga mempunyai dua karakter dan tidak bisa dia bedakan.

"Tadi aku ajak kamu, kamu nggak mau?!" balas Rangga jauh lebih ketus dari Shella.

Shella mengepal kedua tangannya, dia pengin banget meninju itu muka datar sok kalem sok cool. Kalau saja dunia Shella adalah genre animasi. Mungkin dia akan menghajar babak belur muka Rangga, hingga tidak berbentuk sama sekali. Sayangnya itu bukan dunianya. Dunianya sabar menghadapi pria muka triplek.

Mengherankan Shella adalah kenapa Gee meminta diri nikah sama Rangga. Rasanya aneh? Pasti ada sesuatu dibalik hubungan Gee dengan Rangga.

"Gue kan capek habis beres-beres barang. Belum lagi jam tidur gue cuma 3 jam, mikir dong perasaan wanita. Terus elo ajak gue diwaktu gak tepat banget. Harusnya elo peka sikit, kalau bini elo gak ikut bisa beli sesuatu dibawa pulang. Atau telepon, tanya kek, mau makan apa? Ini gak, tega kasih gue tunggu ampe 3 jam lebih. Elo kira gue manusia batu gitu?!" omel Shella panjang lebar, Shella tidak peduli sikap Rangga lihat dirinya mengomel tidak jelas.

Habisnya Shella sudah sangat kesal sekali pada Rangga. Dari pertama pernikahan terus menginap di rumah orang tua, terus dibanguni subuh buat bersiap untuk tinggal di rumah baru. Shella yang masih berduka Rangga masih bawaan santai. Pria macam apa dia?

"Aku sudah telepon kamu beberapa kali, kamu saja tidak mengangkat panggilan telepon," jawabnya santai kemudian dia keluarkan ponsel dari kantong celana dan perlihatkan pada Shella kapan dan jam berapa dia menelepon dirinya.

Dan Shella pun pergi ke kamar dan mencari ponselnya, ternyata dia lupa mengaktifkan nada dering, di sana tertulis 10 panggilan tak terjawab. Shella makin bersalah atas sikap sudah bentak Rangga.

Dua Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang