Baginya, tak ada yang lebih indah dibanding melihat kelopak mata itu terbuka lagi. Seringkali ia melihat dalam mimpinya gadis itu bersikap seperti biasa, memasakkan salmon daikon untuknya dan mengocehkan hal yang tidak penting. Dan disaat ia terbangun dari mimpinya, ternyata gadis itu masih terbaring di ranjang ruang perawatan. Pada akhirnya, rasa penyesalan yang teramat sangat menyerang dirinya kembali.

Karena itulah, menurutnya lebih baik memandangi kelopak mata yang masih tertutup, dibanding melihat kelopak mata itu terbuka, yang pada akhirnya menimbulkan sesak di dada saat realita menghadang. Gadis itu belum juga terbangun dari tidur panjangnya.

Giyuu baru saja pulang dari misinya, tak sedikitpun terpikirkan olehnya untuk pulang ke kediamannya sendiri, ia lebih memilih langsung menemui gadis ini.

Wajar jika matanya mengantuk, wajar jika tubuhnya kelelahan, ia hanya manusia biasa yang butuh istirahat setelah menjalankan aktivitas berat seperti membunuh iblis

Kepala ditidurkan pada pinggiran ranjang, tangan dari gadis penyebab kekhawatiran nya tetap digenggam erat. Matanya mulai terpejam, perjalanannya ke alam mimpi baru setengah jalan, hingga ia merasakan elusan di kepala. Dengan sigap matanya kembali terbuka, tubuh ditegakkan dan mata langsung mencari iris mata yang mungkin sudah siap menunjukkan dirinya kali ini

Mata Giyuu berkaca kaca, dikala iris mata yang ia rindukan telah terlihat, disertai senyuman tipis dari sang gadis

Rasa lelahnya hilang, digantikan dengan rasa bahagia setelah penantiannya selama ini akhirnya terwujud. Dengan semangat tangannya membawa gadis itu kedalam pelukan.

Usapan di punggung menandakan gadis itu membalas pelukannya. Giyuu senang, sangat bahagia.

Gadis itu segera melepas pelukannya. Ia berusaha untuk duduk walau harus dibantu oleh Giyuu

"Giyuu, apa yang terjadi?"

"Shinazugawa membawamu dalam keadaan sekarat, kau terluka parah setelah melawan uppermoon dua"

(Y/n) berusaha mengingat kejadian sebelumnya, menghela nafas panjang setelah rentetan kejadian itu mulai mengisi ingatannya kembali.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" (Y/n) menoleh saat mendengar pertanyaan dari Giyuu. Ia tersenyum tipis

"Sudah lebih baik"

Giyuu mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari (Y/n). (Y/n) memegang perutnya yang terasa sedikit sakit. Perih, itu yang ia rasakan

Giyuu mengerti dari ekspresi wajah (Y/n) "Mungkin luka di perutmu belum sembuh total, biar aku panggilkan Kochou"

Giyuu beranjak dari tempat duduknya untuk memanggil Shinobu, tapi (Y/n) mencegah Giyuu dengan memegang tangannya

"Jangan pergi, disini saja temani aku"

Giyuu mengerti dan duduk kembali di tempatnya semula. Ia memperhatikan wajah (Y/n) membuat sang pemilik wajah risih "Kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?"

Giyuu menggeleng pelan "Aku hanya merindukanmu"

Entah kenapa wajah (Y/n) serasa memanas. Ia pun memalingkan wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipinya dari Giyuu

"Ne, Giyuu, berapa lama aku tidak sadar?" tanya (Y/n) sambil menoleh pada Giyuu

"3"

"3 minggu? Sudah kuduga, luka ku pasti sangat parah ya?" ujar (Y/n) merasa tidak enak, karena ia pasti merepotkan Shinobu dan Aoi untuk merawatnya

Giyuu menggeleng membuat (Y/n) memberikan tatapan tanya "3 bulan"

Mata dan mulut (Y/n) terbuka lebar saat mengetahui hal itu "3 bulan?! Yang benar saja?!"

Memories || Kimetsu no YaibaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora